Tentang Shafiyyah binti Huyyay


Cantik dan cerdas, itulah gambaran sosok dari Shafiyyah binti Huyay ini.  Bahkan sampai membuat isteri-isteri Rasulullah saw yang lain cemburu. 

Namun,  bukan tentang itu yang ingin saya bahas,  melainkan tentang rasa.  Rasa benci dan rasa cinta. 

Shafiyyah pernah mengatakan, “Aku sampai pada Rasulullah Saw awalnya yang aku paling benci adalah beliau (karena ia telah membunuh Huyay ibnu Akhtab, ayah Shafiyyah dan Kinanah, suami kedua Shafiyyah, pen.).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Sesungguhnya kaummu pernah melakukan demikian dan demikian.” Shafiyyah lantas menyatakan,

فَمَا قُمْتُ مِنْ مَقْعَدِي وَمِنَ النَّاسِ أَحَدٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ

“Tidaklah aku berdiri dari tempat dudukku hingga aku menyatakan bahwa saat ini yang paling aku cintai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ishaq bin Rahawaih dan Abu Ya’la.).

Ya,  Shafiyyah adalah salah satu dari 11 isteri Rasulullah Saw, darinya kita belajar bahwa dari rasa benci menjadi cinta. Dan mencintai Rasulullah saw adalah bagian dari kesempurnaan Iman. 

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cinta hakiki kepada Rasulullah saw. sekaligus menjadi bukti cinta kepada Allah SWT. Sebaliknya, cinta kepada Allah SWT harus dibuktikan dengan mengikuti dan meneladani Rasulullah saw., yakni dengan mengikuti risalah yang beliau bawa. Itulah syariah Islam. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31)

Dan syariah Islam takkan bisa tegak secara kaffah tanpa adanya sebuah institusi pelaksana syariah tersebut, yakni adanya sebuah daulah yang menjalankannya. 

Jika belum ada daulah tersebut, maka itu adalah kewajiban kita untuk mewujudkannya. Terus bersabar dalam perjuangan ini,  hingga ia tegak atau kita diwafatkan dalam memperjuangkannya.[]

Oleh Adi Victoria
Penulis, Pengemban Dakwah

Posting Komentar

0 Komentar