Setiap keluarga muslim sudah barang tentu menginginkan anak keturunan mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih dan shalihah merupakan aset berharga di dunia dan juga di akhirat bagi kedua orang tua.
Namun, ada sedikit rancu dalam keluarga muslim kebanyakan saat ini. Ketika memahami bagaimana seorang anak dapat dikatakan shalih atau pun shalihah. Apakah anak dapat dikatakan shalih atau pun shalihah yang terpenting anak mau melaksanakan sholat, menunaikan puasa, bersikap baik pada orang tua atau orang lain, namun dibalik itu dibiarkan bebas pergaulannya? Boleh dan tak mengapa seorang anak perempuan yang telah baligh tidak menutup aurat dihadapan yang bukan mahram? atau kebiasaan buka tutup kerudung yang hanya dipakai ketika bepergian jauh saja?
Sudah bukan hal yang mengherankan lagi, ketika budaya sekuler liberal telah menggerus pemikiran-pemikiran keluarga muslim saat ini, maka banyak perilaku yang menabrak syariat Islam dianggap sebagai sesuatu yang sudah lumrah atau biasa dilakukan.
Hitam putih dibuat menjadi abu-abu, hingga seakan-akan hal tersebut boleh-boleh saja dilakukan. Menjadi hal yang biasa saja karena telah banyak yang melakukannya. Contoh saja pacaran, buka tutup kerudung menjadi hal yang masih banyak didapati di masyarakat muslim.
Mendidik anak menjadi anak yang shalih mau pun shalihah menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orangtua di masa sekarang ini. Menjadi orangtua bukanlah sekedar menjadi orangtua, dapat memiliki anak sebagai penerus keturunannya, kemudian membesarkannya dan selesai tugasnya.
Ketika mengharapkan anak yang terlahir dari keturunannya dapat tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah, seorang ayah atau pun bunda harus memiliki kemampuan-kemampuan yang menunjang tumbuh kembang anak agar anak-anak dapat tumbuh memiliki karakter-karakter anak yang shalih dan shalihah sesuai tuntunan syariat Islam.
Fungsi dan Tugas pokok Orang Tua dalam Perpektif Islam sehingga Menunjang Pembentukan Karakter Anak Shalih
Seorang anak dapat dikatakan shalih atau pun shalihah bukanlah sekedar anak yang terlihat baik secara umum. Contohnya baik kepada orang lain, sopan terhadap orang yang lebih tua, tidak suka mengganggu orang lain, tidak jatuh pada penggunaan narkoba, tidak suka mabuk serta rajin beribadah.
Namun, makna shalih dan shalihah lebih luas daripada itu. Dikatakan shalih atau pun shalihah adalah ketika seorang anak tersebut taat kepada setiap perintah Allah Swt serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah Swt. Jadi ketaatan ini adalah ketaatan yang berada di dalam koridor aturan-aturan Allah Swt.
Contoh lainnya, misalkan saja seorang anak gadis yang baik, rajin ibadah namun tidak diberikan pengajaran bagaimana seorang muslimah memiliki kewajiban untuk menutup auratnya dihadapan yang bukan mahram. Atau ketika ada anak yang pintar serta cerdas, namun tidak diperhatikan pergaulannya, misal saja jatuh pada pacaran.
Inilah kerancuan makna shalih dan shalihah yang ada di benak kaum muslim. Sehingga sekali lagi perlu diluruskan definisi anak shalih atau pun shalihah adalah ketaatan kepada Allah Swt, yaitu taat kepada setiap aturan-aturan Allah Swt.
Seorang anak yang taat kepada aturan-aturan Allah Swt. akan memiliki karakter yang sesuai dengan tuntunan Islam, anak tersebut tidak akan mau merusak kehormatan wanita yang bukan mahram, tidak akan mau memakan harta haram, memiliki rasa malu ketika auratnya tersingkap, memiliki semangat atau ghirah untuk turut membela agamanya, memiliki keberanian untuk menyampaikan amar makruf nahi munkar di hadapan manusia.
Kembali penulis ingin menekankan kembali, bahwa menjadi orangtua bukanlah sekedar menjadi orang tua, memiliki anak, membesarkan mereka kemudian tugas orangtua selesai. Bukan seperti itu.
Memiliki anak adalah sebuah amanah, dimana amanah ini mewajibkan bagi ayah atau pun bunda sebagai orangtua dapat menjalankan tugasnya dengan penuh kesungguhan. Di sini Islam menuntut orangtua agar mempunyai kemampuan untuk memunculkan dan memaksimalkan kompetensinya sebagai orangtua.
Inilah yang nantinya dapat membedakan keberadaan sentuhan didikan orangtua muslim dengan yang lainnya. Islam memberikan petunjuk, tuntunan yang jelas di dalam Al Qur'an atau pun hadist tentang tugas pokok dan fungsi-fungsi sebagai orangtua.
Allah berfirman dalam surat at-Tahrim ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Sebagaimana dalam firman Allah tersebut, Allah Swt memberikan tugas yang paling utama kepada setiap muslim untuk dapat menjaga istri dan juga anak-anaknya agar terjaga dari panasnya api neraka, agar tidak menjadi salah satu penghuni neraka.
Sungguh akan menjadi sebuah kekeliruan yang besar ketika seseorang memiliki perasaan yang senang memiliki anak, akan tetapi lupa mempersiapkan dirinya sebagai orangtua, lupa membangun kompetensi dirinya.
Orangtua atau pun calon orangtua harus mampu meningkatkan kemampuan inti yang ada pada dirinya agar anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga dapat tumbuh menjadi anak shalih shalihah. Agar anak yang dididik dapat tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tua serta tumbuh rasa cintanya kepada Islam.
Keutamaan Memiliki Anak Berkarakter Shalih dalam Kehidupan Rumah Tangga
Kehadiran buah hati dalam sebuah rumah tangga bisa diibaratkan seperti keberadaan bintang di malam hari, yang merupakan hiasan bagi langit. Anak-anak adalah perhiasan dalam kehidupan dunia, kehidupan rumah tangga tanpa anak, akan terasa hampa dan suram.
Allah Swt berfirman,"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Qs.al-Kahfi: 46)
Nanum selain sebagai perhiasan kehidupan dunia, keberadaan anak juga sekaligus menjadi ujian, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…" (Qs. At-Taghaabun:14)
Makna "menjadi musuh bagimu" adalah melalaikan kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Swt.
Ketika orang tua mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, anak-anak tersebut akan menjadi aset dunia dan akhirat bagi orang tuanya. Ada beberapa keutamaan memiliki anak-anak yang shalih dan shalihah, diantaranya:
1. Doa dari anak yang shalih dan shalihah.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia mati, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: Shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan untuk orang tuanya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Inilah salah satu dari keutamaan memiliki anak shalih dan shalihah, yaitu memperoleh doa dari mereka yang tidak akan terputus bahkan meskipun sampai orang tuanya meninggal. Maka mendidik mereka adalah suatu keharusan agar mereka selalu berbakti orang tua, meskipun orang tuanya sudah tidak berada disampingnya atau meninggal.
2. Anak-anak yang berbakti kepada orang tua.
Keutamaan lainnya bagi orang tua adalah mendapati anak-anak yang berbakti kepadanya. Allah berfirman, "Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya." (Qs. al-‘Ankabuut: 8)
Dan masih banyak ayat dan hadist-hadist yang memerintahkan anak untuk berbakti kepada orang tua. Dan tiadalah orang tua mendapati anak-anak yang akan berbakti dan berbuat baik kepada mereka kecuali mereka telah mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah.
3. Diangkat derajat orang tua disisi Allah.
Cukuplah sabda Rasulullah Saw berikut menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mendidik anak, "Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.'"
Sebagian dari para ulama ada yang menerangkan makna hadits ini yaitu: bahwa seorang anak jika dia menempati kedudukan yang lebih tinggi dari pada ayahnya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa) kepada Allah Swt agar kedudukan ayahnya ditinggikan (seperti kedudukannya), sehingga Allah pun meninggikan (kedudukan) ayahnya.
4. Memperoleh kebaikan/pahala dari amal shaleh anak.
Amal kebaikan yang dilakukan oleh anak yang shalih pahalanya akan sampai kepada orang tuanya, secara otomatis dan tanpa perlu diniatkan, karena anak termasuk bagian dari usaha orang tuanya .
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya – berkata, "(Semua pahala) amal kebaikan yang dilakukan oleh anak yang shaleh, juga akan diperuntukkan kepada kedua orang tuanya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala anak tersebut, karena anak adalah bagian dari usaha dan upaya kedua orang tuanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (Qs. an-Najm: 39)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh sebaik-baik (rezki) yang dimakan oleh seorang manusia adalah dari usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk (bagian) dari usahanya."
Kandungan ayat dan hadits di atas menunjukkan sampainya manfaat (pahala) amal kebaikan (yang dilakukan) oleh anak yang shalih kepada orang tuanya, seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak dan yang semisalnya."
Diatas adalah sedikit dari banyak keutamaan memiliki anak shalih dan shalihah yang dapat penulis rangkum disini. Semoga yang sedikit ini dapat menjadi motivasi bagi orang tua untuk lebih memperhatikan pendidikan anak, utamanya pendidikan agama mereka, karena pada gilirannya semua itu manfaatnya untuk kebaikan diri orang tua sendiri di dunia dan akhirat nanti.
Modal Orangtua Mendidik Anak dalam Pandangan Islam untuk Mewujudkan Anak-Anak yang Shalih
Menjadi ayah atau pun bunda adalah anugerah yang secara otomatis melekat pada diri seseorang yang telah Allah Swt anugerahi putra atau pun putri dalam kehidupan pernikahannya. Namun, menjadi ayah dan bunda yang dapat mengantarkan anak menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah adalah suatu pilihan yang menjadi kewajiban untuk orangtua tunaikan.
Lalu apa saja modal atau kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki ayah bunda selaku orangtua untuk dapat mengantarkan anak menjadi shalih dan shalihah dalam pandangan Islam? Diantara modla atau kemampuan itu antara lain:
1. Orangtua harus memiliki visi dan misi untuk anak-anak.
Allah SWT berfirman:
رَبِّ Ù‡َبْ Ù„ِÙ‰ Ù…ِÙ†َ الصّٰÙ„ِØِينَ
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh."
(QS. As-Saffat 37: Ayat 100)
Dan di ayat lainnya, Allah SWT berfirman:
ÙˆَالَّØ°ِينَ ÙŠَÙ‚ُولُونَ رَبَّÙ†َا Ù‡َبْ Ù„َÙ†َا Ù…ِÙ†ْ Ø£َزْÙˆٰجِÙ†َا ÙˆَØ°ُرِّÙŠّٰتِÙ†َا Ù‚ُرَّØ©َ Ø£َعْÙŠُÙ†ٍ ÙˆَاجْعَÙ„ْÙ†َا Ù„ِÙ„ْÙ…ُتَّÙ‚ِينَ Ø¥ِÙ…َامًا
"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)
Berdasarkan ayat-ayat diatas telah jelas bahwa Allah Swt memberikan tuntunan yang mengarahkan kepada setiap orangtua untuk memiliki visi misi. Dimana visi misi keluarga muslim dalam mendidik anaknya adalah menjadikan mereka anak-anak yang shalih dan shalihah.
Dikatakan shalih shalihah bukan sekedar baik, bukan sekedar rajin baca Al Qur'an, rajin sholat, rajin shaum, namun diam saja ketika ada kemungkaran dihadapannya, turut terlibat ketika teman-temannya melakukan aktivitas yang mengandung kemungkaran, menjadi yang mudah terpengaruh mengikuti arah pergaulan, teman baik menjadi baik, teman jahat ikut jahat.
Sebagaimana telah dipaparkan diawal, makna shalih dan shalihah ini adalah ketaatan, keterikatan terhadap aturan-aturan Allah Swt. Inilah visi misi yang harus dimiliki orangtua yang sesuai dengan tuntunan Al Qur'an, sehingga insyaaAllah anak akan senantiasa berada dalam keshalihan. Sehingga sudah seharusnya para orangtua mau pun calon orangtua mempersiapkannya visi ini.
2. Orangtua harus memiliki kemampuan sebagai da'i dan da'iyah.
Mengapa orangtua harus memiliki kemampuan ini? Tidak dipungkiri ada anak yang tumbuh dengan rasa kebencian terhadap Islam bukan karena Islamnya. Namun lebih dipicu karena kebelummampuan orangtua mengantarkan Islam kepada anak dengan cara yang baik. Ketika orangtua menanamkan Islam dengan cara yang dapat menimbulkan rasa antipati pada diri anak.
Contohnya saja ketika meminta anak untuk sholat menggunakan kata-kata ancaman, "Nak sholat, kalau tidak sholat pasti akan masuk neraka." atau "Nak, puasa sampai magrib ya, kalau tidak ayah tidak suka.".
Cara ini dapat dikatakan, Islam ditumbuhkan dalam diri anak dengan cara penuh kebencian. Cara ini juga menunjukkan bahwa orangtua telah menjadi marketing yang buruk, orangtua yang tidak bisa menyampaikan Islam kepada anak-anaknya dengan cara yang indah, ahsan, baik dan mulia yang dapat memberikan rahmat.
Sampaikan Islam dengan cara yang baik, dengan cara yang indah sehingga yang akan muncul dalam diri anak adalah kecintaan terhadap Islam. Saatnya orangtua muhasabah diri bagaimana cara menyampaikan Islam dengan implementasi yang baik.
Begitu pula ketika mengoreksi kesalahan anak, ketika yang dilakukan orangtua dengan memberikan push atau tekanan kepada anak, sikap ini juga akan menimbulkan sikap ketidaksukaaan dan kejenuhan pada diri anak. Dan pada akhirnya memunculkan sikap antipati anak terhadap Islam.
Tanamkan Islam pada diri anak dengan cara yang ahsan, yang baik, yang indah sehingga akan tumbuh kecintaan, mahabbah terhadap agama Allah, mahabbah terhadap Allah, Rasul dan kedua oranhtua.
3. Orangtua harus memberikan lingkungan yang baik untuk anak-anak.
Anak-anak tumbuh dalam lingkungan keluarga dan juga lingkungan diluarnya. Karena itu anak-anak butuh lingkungan yang dapat mendukung tumbuh kembang kepribadian yang baik, suasana keislaman yang baik. Anak-anak lebih rentan terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.
Para alim ulama tentang bagaimana memilih rumah tempat tinggal yang ideal memiliki satu pedoman. Yaitu "Al-jaar qabla ad-daar" yang artinya, "Tetangga sebelum tempat tinggal".
Maksudnya, sebelum memilih rumah, perhatikan terlebih dahulu dengan siapa akan bertetangga. Sebab, betapapun baiknya rumah tempat tinggal, jika tetangga atau lingkungan sekitar buruk, ketenangan yang dicari tidak akan dirasakan.
Jadi ketika mencari tempat tinggal, bukan masalah bentuk rumahnya atau pun letak strategisnya. Namun bagaimana lingkungan tetangga sebelum rumah dibeli.
Pesan Rasulullah, diantara tanda kebahagian di dunia ada 4 dan salah satunya adalah memiliki tetangga yang sholih, merupakan satu tangga kebahagiaan sebagai anak Adam.
Memiliki tetangga yang saling menjaga diri dan kehormatan, saling menjaga hak-hak tetangganya juga tetangga yang saling memberikan nasehat antar tetangga.
Jangan sampai anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak menguatkan keimanannya atau tumbuh dalam lingkungan yang buruk. Jika hidup dalam lingkungan yang buruk, maka di dalam agama memerintahkan untuk hijrah ke lingkungan yang lebih baik.
4. Orangtua harus memberikan nafkah yang halal/barakah.
Orangtua atau seorang ayah memiliki kewajiban untuk menjamin bahwa nafkah yang diberikan untuk istri dan anaknya adalah nafkah yang halal baik secara dzatnya mau pun bagaimana cara mendapatkannya.
Rasulullah Saw bersabda, "Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya." (HR. Thabrani)
Janganlah mencukupi anak dengan makanan enak, pakaian bagus, sekolah dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, namun menggunakan harta yang didapatkan dari cara-cara yang tidak diridhoi Allah Swt. Rasulullah bersabda, "Demi Allah yang memegang jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang yang pernah melemparkan sesuap makanan haram ke dalam mulutnya (perutnya), maka tidaklah akan dikabulkan doanya selama selama 40 hari." (HR. Alhaafidh Abubakar bin Mardawih)
Pemberian nafkah dari harta yang haram tidak akan mendatangkan keberkahan, dan juga tidak akan mendatangkan keridhaan Allah Swt. dan akan berdosa besar di sisi Allah Swt.
Harus ada saling mengingatkan, dimana seorang istri turut mengingatkan kepada suami, bahwasanya akan lebih sanggup menahan rasa lapar namum tidak akan sanggup menahan panasnya api neraka.
Para alim ulama mengingatkan dengan keras agar seorang ayah hanya akan mencari nafkah dengan jalan halal, karena ini berdampak pada karakter yang tumbuh pada anak-anak.
Orangtua adalah figur keteladanan yang patut dibanggakan anak-anaknya. Ketika anak melihat seorang ayah yang teguh memegang prinsip agamanya, menolak yang haram, suap dan lain-lain. Maka akan tumbuh dalam diri anak untuk berusaha meneladani figur ayahnya.
Keteladanan lebih bisa dicerna oleh anak-anak dan lebih dapat membantu ketika orangtua memberikan nasehat kepada anak.
Dengan keempat kemampuan diatas yang diharapkan dapat dipenuhi oleh orangtua untuk mendidik anak-anaknya, akan mampu menumbuhkan karakter anak-anak yang shalih dan shalihah. Sebagai orangtua sudah seharusnya memiliki harapan dan optimisme yang besar kepada anak-anak untuk bisa tumbuh sebagai anak-anak yang shalih dan shalihah. Serta tidak lupa untuk selalu bermunajat, berdoa memohon kepada Allah Swt. agar anak-anak senantiasa dijaga dan dilindungi Allah Swt.[]
Oleh : Dewi Srimurtiningsih, Analis Mutiara Umat, Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo
Referensi:
- Kajian Ustadz Iwan Januar 'Apa kemampuan yang harus dimiliki orangtua?'
- muslimahorid/382-agar-buah-hati-menjadi-penyejuk-hati.html
0 Komentar