Kami Bersama Ustadz Felix Siauw


"Dari ustadz yang dibilang bacaan Qur'annya belepotan itulah awal saya mengenal kesempurnaan Islam: Dari akhlak sampai ke sistem pemerintahan" Liza Burhan

Suatu kritik datang dari seorang yang disebut-sebut ulama terkait bacaan Qur'an oleh ustadz. Felix Siauw seorang pengemban dakwah muda yang memiliki jutaan follower. Namun kritikan atas secuil kelemahan darinya sebagai seorang hamba yang tidak bisa terlepas dari kesalahan itu berbuntut pada pembullyan habis-habisan dari orang-orang yang sedari awal sudah menaruh ketidaksukaan terhadap diri dan aktivitas dakwahnya.

Saya pun coba mencari-cari sepak terjang para pembullynya itu, hmm pantas saja yang keluar ternyata notabenenya adalah orang-orang sekuler liberal anti terhadap dakwah penerapan Islam di bumi Nusantara dan di seluruh dunia. Pendukung penista agama, pengikut fatwa tentang tidak wajibnya berjilbab bagi muslimah dan para penjilat penguasa dan lain sebagainya. Jadi saya rasa ustadz Felix tidak perlu merasa bersedih hati karena yang membully tersebut jelas-jelas bukanlah dari kalangan ulama Hanif dan orang-orang yang shalih.

Di awal tahun 2014 tepatnya saya memfollow akun Twitter ustadz Felix Siauw yang pertama kali saya lihat di beranda twiter saya, terus terang awalnya saya mengira dia bukanlah seorang ustadz karena sekilas melihat passionnya, dengan kepala plontos dan mata sipitnya yang saya kira beliau adalah pembicara dari agama budha atau hindu kala itu. Tapi setelah saya coba buka video-nya ma sya Allah gaya bicaranya yang cepet namun jelas, bernas nan mencerdaskan, renyah dan sangat mudah untuk dipahami, dipenuhi dengan hujjah-hujjah syar'i, Ideologis, logis, argumentatif dapat memuaskan akal dan mententramkan hati. Saya tidak menyangka ternyata dia adalah seorang pendakwah dari agama saya (Islam) maa sya Allah.

Sejak saat itu saya aktif mengikuti kultwit-kultwit di time linenya. Dari membahas tentang akhlak, pakaian wanita hingga ke sistem pemerintahan Khilafah, iya KHILAFAH. Dari sering mengikuti kultwitnya itulah saya pertama kali mendapat maklumat tentang Khilafah dari nama hingga kepada arti dan definisinya. Sebuah sistem pemerintahan dan kepemimpinan umum umat Islam sedunia yang seharusnya hari ini ada dan diterapkan.

Hingga rasa penasaran saya kian meronta-ronta dan ingin mengetahui lebih dalam dan lebih dalam lagi apa itu Khilafah. Hingga atas izin dan kemudahan dari Allah saya diberikan akses untuk mempelajari Islam lebih mendalam melalui istrinya.

Singkat cerita, pagi-pagi sekali saya diantar oleh suami menyambangi tempat kajian khusus bagi akhawat di daerah Daan Mogot Jakarta barat yaitu kala itu bertempat di kantor ustadz Felix sendiri yang berada di lantai dua sebuah ruko yang di lantai dasarnya adalah tokoh hijab usaha ustad dan istrinya. Saya mendapatkan sambutan yang sangat hangat dari istrinya di awal mau masuk ke tempatnya tersebut.

Betapa bahagianya saya kebetulan kajian yang pertama saya hadiri itu sekaligus ikut menghadirkan ustadz Felix sebagai pembicaranya yang kala itu membahas terkait kewajiban menutup aurat bagi muslimah. Saya yang waktu itu belum memahami ilmu tentang menutup aurat yang benar langsung dibuat terperangah sekaligus tercerahkan atas apa yang baru dan mulai saya fahami waktu itu. 

Saya baru memahami ternyata ada perbedaan antara Jilbab (gamis) dan Khimar (kerudung) dan segala macam aturan dan tuntunan yang sesuai syariat Islam dalam mengaplikasikannya. Begitu pun dengan pemikiran-pemikiran dan cara pandang Islam terhadap suatu persoalan problematika kehidupan mampu membuat kepala dan hati saya terbuka yang tidak saya rasa dan temukan melalui majelis-majelis ilmu yang sebelumnya saya datangi. Ohya karena menjadi salah satu peserta yang paling jauh asalnya, kala itu saya mendapat hadiah buku tentang Hijab Syar'i dari ustadz Felix, buku karya tulisan ustadz Arief B Iskandar yang isinya sangat luar biasa dan mencerdaskan.

Alhamdulillah berawal dari sana, hingga saat ini Allah tuntun dan masih  istiqamahkan saya dan suami untuk terus mengkaji Islam, terus belajar menjadi seorang muslim sejati dan berada barisan pengemban dakwah yang memperjuangkan kebangkitan Islam dalam barisan jama'ah yang sama dengan ustadz Felix Siauw.

Kembali kepada para pembully ustadz Felix, mau seberapa keraspun anda berusaha mencari-cari kesalahan darinya harus anda ketahui emas tetaplah akan menjadi emas walau ada yang berupaya kuat memendamnya ke dalam lumpur yang hitam. Ustadz Felix selalu berusaha memperlihatkan akhlak seorang mukmin yang baik kepada para pembencinya. 

Segala bullyan atau tuduhan miring hingga persekusian yang pernah dia terima tidak pernah dia balas dengan tindakan serupa namun dia menunjukkan kelasnya sebagai seorang muslim sejati dengan terus berkarya untuk umat dan kebangkitan Islam. Ustadz Felix memang hanyalah manusia biasa yang tidak bisa disamakan dengan malaikat tanpa cacat. Tapi mengapa kalian yang sibuk membully dan menuduhnya layaknya iblis yang selalu berusaha menghalang-halangi seseorang dari jalan kebenaran?

Adanya kesalahan dalam bacaan Al-Qur'an tidak sepatutnya dijadikan bahan bullyan apalagi merendahkan tentang status ustadz seseorang dan pengemban dakwah yang sadar akan kewajibannya sebagai hamba Allah dan seorang muslim. Malulah jika merasa punya bacaan atau hafalan Al-Qur'an yang bagus tapi akhlak buruk, enggan memperjuangkan Islam, diam tatkala al-Qur'an tidak dijadikan acuan di dalam mengatur kehidupan, pemikirannya cenderung sekuler bahkan liberal. Suka menuduh dan menebar fitnah tanpa sandaran yang jelas, hilang suara terhadap berbagai kedzaliman para penguasa.

Manusia yang baik akan senantiasa menutupi kekurangan pribadi saudaranya walau kekurangan itu sebesar gajah. Dan saling mensupport dalam meraih jalan yang diridhai-Nya. Derajat mulianya seorang hamba di hadapan Allah bukanlah diukur dari seberapa fasih dan tartilnya dia dalam menghafal dan membaca al-Qur'an akan tetapi seberapa besar ikhtiarnya dalam berusaha mengamalkan isi-isi al-Qur'an. Memiliki bacaan Al-Qur'an yang bagus itu perlu tapi mengamalkan dari isi-isinya adalah wajib.

Seorang mualaf yang dianggap baru mengenal Islam namun pemikiran dan sikapnya bersandar kepada Islam lalu dia pun istiqamah dan teguh dalam memegang dan memperjuangkan Islam, bahkan mencerdaskan pemikiran umat terhadap agamanya itu JAUH LEBIH MULIA daripada yang merasa sedari lahir sudah mengaku Islam dan merasa lebih baik keislamannya namun penuh dengan kelalaian, jahil, selalu sibuk menghalangi serta memerangi orang-orang dari kebenaran dan memusuhi saudara-saudaranya yang berada dalam jalan memperjuangkan Islam agamanya.[]

Oleh Liza Burhan
Analis Mutiara Umat

Posting Komentar

0 Komentar