Resesi Ekonomi Kapitalis di Masa Pandemi: Inikah Cermin Sistem Ekonomi Sektor Non Riil dan Ribawi?



Pandemi COVID-19 bukan hanya menimbulkan krisis kesehatan secara global, namun juga menimbulkan krisis ekonomi. Berbagai negara telah melaporkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi selama masa pandemi Covid-19.

Bahkan, sebagian negara sudah jatuh ke jurang resesi karena setidaknya dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya minus. Terbaru adalah Inggris. Mengutip The Guardian, Rabu (12/8/2020), Inggris mengalami resesi terparah sepanjang sejarah perekonomiannya.

Badan Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II tahun 2020 minus 20,4 persen. Sebelumnya, Inggris mengalami minus 2,2 persen pada kuartal I tahun 2020.

Kerapuhan sistem kapitalisme telah menyebabkan perekonomian dunia tergoncang. Sebab, ekonomi kapitalisme berdiri di atas sektor non riil dan sistem ribawi. Sehingga rentan terjadi krisis ekonomi. Hal ini semakin diperparah karena resesi ekonomi terjadi akibat pandemi.

Berbeda dengan Islam, ketika terjadi krisis ekonomi, negara dan umat bergandengan tangan. Negara mengurus urusan umat dengan memberikan apa yang menjadi haknya seperti sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan dengan sempurna. Sedangkan umat berdiri menjadi pengasuh, penjaga dan penopang utama kekuasaan negara.


Potensi Sistem Ekonomi Yang Berdiri di Atas Sektor Non Riil Terkena Resesi

Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika PDB menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi) atau kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. 

Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

Dikutip dari Forbes, resesi ekonomi terjadi ketika PDB negatif, meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel dan kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.

Pada tahun 1974, ekonom Julius Shiskin memberikan beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan resesi yakni penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut. Ekonomi yang sehat tentunya berkembang dari waktu ke waktu, sehingga dua perempat produksi yang menyusut menunjukkan adanya masalah mendasar yang serius, menurut Shiskin. Definisi resesi ini menjadi standar umum selama bertahun-tahun. 

Saat ini, pandemi Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia, menjadi salah satu penyebab resesi di berbagai negara. Berikut ini daftar negara yang mengalami resesi di masa pandemi Covid-19 antara lain:

1. Amerika Serikat (AS)

Amerika Serikat telah memasuki jurang resesi di masa pandemi virus corona. Pada kuartal II tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS dilaporkan minus 32,9 persen. Padahal pada kuartal I tahun 2020 perekonomian AS sudah minus 5 persen.

Konstraksi pertumbuhan ekonomi ini terjadi lantaran adanya penurunan tajam pada konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara bagian.

2. Jerman

Jerman mengalami resesi setelah melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2020 minus 10,1 persen.

Tren penurunan itu sudah terjadi sejak kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Jerman tercatat minus 2 persen.

Perekonomian Jerman terpukul karena menurunnya konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor di masa pandemi Covid-19.

3. Perancis

Pertumbuhan ekonomi Perancis pada kuartal II tahun 2020 tercatat minus 13,8 persen. Ini membuat Perancis mengalami resesi.

Sebab, pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Perancis minus 5,9 persen.

Pelemahan ekonomi di Perancis ini terjadi di antaranya karena menurunya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan akibat lockdown mencegah penyebaran virus corona.

4. Italia

Italia juga mengalami resesi. Pada kuartal II tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Italia minus 17,3 persen.

Padahal, di kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Italia juga minus 5,5 persen.

5. Korea Selatan

Korea Selatan menjadi salah satu negara di Asia yang mengalami resesi setelah dua kuartal berturut pertumbuhan ekonominya minus.

Pada kuartal I tahun 2020, Korea Selatan melaporkan pertumbuhan ekonomi minus 1,3 persen. Kemudian pada kuartal II tahun 2020 mengalami minus 3,3 persen.

Kemerosotan ini terjadi karena anjloknya ekspor, investasi, manufaktur, dan jasa.

6. Jepang

Resesi juga hinggap di Jepang. Negeri Sakura itu melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2020 minus 3,4 persen.

Padahal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2019 minus 6,4 persen.

7. Hong Kong

Resesi yang terjadi di Hong Kong sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2020. Aksi protes yang memukul sektor ritel dan pariwisata membuat pertumbuhan ekonomi minus sejak kuartal III dan kuartal IV tahun 2019.

Pada kuartal III tahun 2019 minus 2,8 persen dan kuartal IV tahun 2019 minus 3 persen.

Kondisi kemudian diperburuk dengan pandemi Covid-19. Pada kuartal I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Hong Kong minus 9,1 persen, sedangkan kuartal II tahun 2020 minus 9 persen.

8. Singapura

Negara di Asia Tenggara yang pertama mengalami resesi adalah Singapura. Pada kuartal I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat minus 0,7 persen.

Kontraksi tersebut berlanjut pada kuartal II tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Singapura minus 12,6 persen.

Pemerintah Singapura memperoyeksikan ekonomi tren tersebut akan berlangsung hingga akhir tahun dengan kisaran minus 4 hingga 7 persen.

9. Filipina

Otoritas Statistik Filipina menyatakan produk domestik bruto (PBD) pada kuartal II tahun 2020 minus 16,5 persen.

Sebelumnya, Filipina pada kuartal I tahun 2020 juga mengumumkan pertumbuhan ekonomi minus 0,7 persen.

Sektor utama penyumbang penyusutan ekonomi Filipina adalah manufaktur, konstruksi, serta transportasi dan penyimpanan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal II 2020 terkontraksi atau minus hingga 5,32 persen. Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.

Kontraksi ini lebih dalam dari ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 4,3 persen hingga 4,8 persen, dengan batas bawah 5,1 persen. 

Indonesia dianggap belum mengalami resesi ekonomi karena kontraksi pertumbuhan PDB baru terjadi di satu kuartal ( resesi ekonomi 2020). Karena resesi adalah ketika pertumbuhan ekonomi dilaporkan minus dua kuartal berturut-turut atau lebih.

Selain karena pandemi Covid-19, Resesi ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 

Pertama, "guncangan" ekonomi yang mengganggu kinerja finansial. Pada 1970-an, OPEC pernah memutuskan pasokan minyak ke AS tanpa pemberitahuan yang menyebabkan resesi di negara tersebut. 

Kedua, utang yang berlebihan. Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, dan tak mampu membayar tagihan mereka, dapat menyebabkan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian. 

Ketiga, gelembung aset. Hal ini terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya pada 1990-an saat pasar saham mendapat keuntungan besar. Mantan Pemimpin FED, Alan Greenspan sering mengungkapkan istilah dengan nama "kegembiraan irasional." 

Investasi yang didorong emosi ini menggembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembungnya pecah, maka akan terjadi 'panic selling' yang tentunya dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.

Keempat, inflasi yang tinggi. inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi ekonomi. Tetapi inflasi yang "berlebihan" dapat membahayakan resesi. 

Bank Sentral AS maupun Bank Indonesia, umumnya menaikkan suku bunga untuk menekan aktivitas ekonomi. Inflasi yang tak terkendali adalah masalah yang pernah dialami AS pada tahun 1970-an. 

Kelima, deflasi yang tinggi. Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat menjadi lebih buruk. 

Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti berbelanja, mana hal ini berdampak pada ekonomi suatu negara. 

Deflasi yang tak terkendali pernah dialami Jepang yang menyebabkan resesi. Jepang berjuang sepanjang tahun 1990-an untuk keluar dari resesi tersebut. 

Resesi ekonomi yang dialami oleh berbagai negara saat ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem kapitalisme ketika menghadapi krisis.


Efektivitas Cara Mengatasi Resesi Ekonomi Dalam Sistem Kapitalisme

Para pemimpin negara-negara besar berjanji akan bekerja sama untuk menghentikan ekonomi yang terjun bebas setelah pandemi.

Seiring wabah itu menyebabkan lebih banyak negara melakukan lockdown dan membuat ekonomi global terhenti, para pemimpin menekankan perlunya negara-negara untuk bekerja sama dan bergerak cepat untuk mengatasi kerusakan.

"Pandemi COVID-19 adalah tragedi manusia dan krisis kesehatan global, yang juga menimbulkan risiko besar bagi ekonomi dunia,” menurut pernyataan bersama dari negara-negara anggota G7, yang terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat.

Para pemimpin negara G7 menyatakan bahwa mereka memutuskan untuk mengoordinasikan langkah-langkah dan melakukan apa pun yang diperlukan, menggunakan semua alat kebijakan, untuk mencapai pertumbuhan yang kuat di negara-negara G7 dan untuk melindungi terhadap risiko penurunan ekonomi. Langkah-langkah tersebut bertujuan mendukung segera dan sebanyak mungkin pekerja, perusahaan, dan sektor-sektor yang paling terpengaruh.

G7 juga menekankan pihaknya akan bekerja sama dalam “manajemen perbatasan”, menyusul pengurangan drastis pergerakan lintas batas karena adanya upaya untuk memperlambat penyebaran penyakit.

Dengan aksi jual pasar yang dipicu oleh karantina massal dan pembatasan perjalanan, pemerintah di negara-negara terkaya di dunia dituntut untuk menunjukkan mereka dapat mengendalikan situasi ini.

Para pemimpin negara-negara G7 menginstruksikan menteri keuangan mereka agar berkonsultasi setiap minggu untuk menerapkan langkah-langkah kebijakan dan “mengembangkan tindakan tepat waktu dan efektif lebih lanjut.”

Para menteri kesehatan juga akan berunding setiap minggu untuk mencoba mengoordinasikan informasi kepada publik.

Para pemimpin G7 telah mencatat adanya gangguan pada rantai pasokan karena penutupan transportasi.

Mereka meminta lembaga-lembaga global seperti IMF untuk “dengan segera” mengeluarkan bantuan keuangan bagi negara-negara yang membutuhkannya.

“Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan tekad untuk mengimplementasikan langkah-langkah ini untuk menanggapi keadaan darurat global ini,” tutur mereka.

Mereka mengatakan G7 “bertekad tidak hanya untuk mengembalikan tingkat pertumbuhan ke level sebelum pandemi COVID-19, tetapi juga untuk membangun fondasi untuk pertumbuhan masa depan yang lebih kuat.”

Di AS, Gedung Putih menyebut konferensi video itu “bersejarah” dan mengatakan para pemimpin G7 akan berupaya untuk “mempercepat respons kesehatan dan ekonomi nasional terhadap pandemi virus corona untuk menyelamatkan nyawa dan memulihkan pertumbuhan ekonomi.”

Sementara itu, negara-negara yang tergabung dalam G-20 memberikan solusi empat arah dalam menyelesaikan pandemi ini. Hal ini tertuang dalam KTT G20 virtual (26/03/2020) yang didedikasikan untuk pembahasan mengenai penanganan virus corona. 

G20 berjanji untuk menyuntikkan lebih dari $ 5 triliun ke dalam ekonomi global dan meningkatkan kerja sama keseluruhan.

Secara umum, langkah-langkah yang diusulkan oleh para pemimpin dapat dibagi menjadi empat kelompok. 

Kelompok yang pertama adalah medis

G20 berjanji untuk meningkatkan produksi produk medis dan berjanji untuk membuatnya murah dan mudah diakses, berbagi bahan penelitian tentang COVID-19, membiayai perjuangan melawan virus, dan mendukung sistem kesehatan di seluruh dunia.

Juga diputuskan untuk mengadakan pertemuan para menteri kesehatan G20 pada bulan April untuk berbagi praktik terbaik dalam memerangi virus, dan pada pertemuan para menteri kesehatan, keuangan dan perwakilan WHO di kemudian hari untuk menciptakan “inisiatif global untuk mempersiapkan dan memerangi pandemi,” yang harus mengambil peran koordinator global dalam pengembangan dan distribusi vaksin, diagnosis dan perawatan.

Kelompok keputusan kedua adalah ekonomi 

Selain suntikan lebih dari $ 5 triliun yang telah disebutkan, G20 mengundang menteri keuangan dan bank sentral dari negara-negara yang berpartisipasi untuk mengembangkan rencana bersama untuk melawan dampak virus corona. 

Permintaan telah dikirim ke IMF dan Bank Dunia untuk merekomendasikan negara-negara peserta langkah-langkah politik yang diperlukan untuk mengatasi krisis. Selain itu, para pemimpin menyambut upaya organisasi-organisasi ini untuk mendukung negara-negara yang rentan.

Kelompok tindakan ketiga adalah perdagangan

G20 berjanji untuk bekerja untuk memastikan pergerakan tanpa henti dari produk medis, produk pertanian penting dan produk penting lainnya lintas batas “untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan manusia.” Tujuan melawan “campur tangan yang tidak perlu dalam perdagangan internasional” juga dinyatakan. Para menteri perdagangan dari negara-negara yang berpartisipasi telah diberi tugas untuk menilai konsekuensi dari pandemi untuk perdagangan dunia.

Kelompok tindakan keempat berfokus pada kolaborasi global

G20 berjanji untuk bekerja dengan WTO, IMF, Bank Dunia, dan bank regional lainnya untuk mendukung pekerjaan mereka. “Kami mendesak organisasi-organisasi ini untuk meningkatkan koordinasi, termasuk dengan sektor swasta, untuk mendukung negara-negara berkembang yang menghadapi konsekuensi COVID-19 di sektor ekonomi, sosial dan kesehatan,” kata pernyataan itu. Para pejabat terkait diberi tugas, antara lain, untuk membantu orang-orang yang tidak dapat kembali ke tanah air mereka karena penyeberangan perbatasan.

“Aksi global, solidaritas, dan keterlibatan internasional dibutuhkan lebih dari sebelumnya untuk memerangi pandemi ini. Kami yakin bahwa dengan upaya bersama kami akan mengatasi krisis. Kami akan melindungi kehidupan masyarakat, memulihkan stabilitas ekonomi global dan meletakkan dasar bagi pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, ”kata dokumen itu.

Berbagai langkah telah dilakukan negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme dalam menghadapi pandemi ini. Sayangnya, mereka melupakan akar masalah dari penyebab terjadinya krisis dalam sistem ekonomi kapitalisme.

Resesi ekonomi global yang sekarang melanda berbagai negara disebabkan karena mereka menerapkan sistem ekonomi kapitalisme yaitu pasar bebas dan tidak adanya intervensi negara. 

Akar masalah resesi ekonomi ada 4 (empat) yaitu

1) Disingkirkannya emas sebagai cadangan mata uang dan digantikan menjadi dolar. 

2) Hutang-hutang riba yang semakin menggelembungkan hutang itu sendiri. 

3) Sistem yang digunakan di bursa dan pasar modal yaitu jual beli saham, obligasi, dan komoditi tanpa adanya akad serah terima yang jelas. 

4) Kebebasan dalam hak kepemilikan (misalnya privatisasi dalam hasil bumi).

Untuk itu diperlukan sistem pengganti yaitu sistem ekonomi Islam yang akan memberikan solusi yang ampuh untuk semua krisis ekonomi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi dapat dicegah jika sistem ekonomi Islam diterapkan yaitu: 

1) Sistem ekonomi Islam telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang sehingga tidak ada pendominasian mata uang tertentu
(dolar). 

2) Sistem ekonomi Islam telah melarang riba.

3) Melarang penjualan komoditi sebelum dikuasai oleh penjualnya dan mengharamkan sarana penipuan dan manipulasi yang dibolehkan dalam kapitalisme.

4) Sistem ekonomi Islam juga melarang adanya kebebasan dalam hak kepemilikan.

Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan langkah-langkah dalam sistem ekonomi Islam ketika terjadi resesi.



Strategi Sistem Ekonomi Islam dalam Mengatasi Resesi Ekonomi yang Melanda Dunia di Masa Pandemi

Daulah Islam pernah mengalami krisis ekonomi yang membuat kehidupan masyarakat menjadi hancur-lebur bahkan membuat kelaparan di mana-mana.

Daulah Islam pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah mengalami krisis ekonomi yang hebat. Rakyat Daulah Islam kelaparan massal. Yang sakit pun ribuan. Roda ekonomi berjalan terseok-seok. Bahkan sudah sampai level membahayakan. 

Di antara masyarakat ada yang berani menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. Bahkan binatang buas pun sampai berani masuk ke perkotaan. Walhasil, krisis ekonomi ini, sungguh adalah sunnatullah. Bisa dialami oleh sebuah negara. Termasuk Daulah Islam.

Dalam buku The Great Leader of Umar bin Khathab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa pada tahun 18 H, orang-orang di Jazirah Arab tertimpa kelaparan hebat dan kemarau. Kelaparan kian menghebat hingga binatang-binatang buas mendatangi orang. Binatang-binatang ternak mati kelaparan.

Tahun itu disebut sebagai tahun kelabu. Angin saat itu menghembuskan debu seperti abu. Kemarau menghebat. Jarang ada makanan. Orang-orang pedalaman pergi ke perkotaan. Mereka mengadu dan meminta solusi dari Amirul Mukminin.

Hal pertama adalah menjadi teladan terbaik bagi rakyatnya dalam menghadapi krisis ekonomi ini. Ia mengambil langkah untuk tidak bergaya hidup mewah. Makanan ia seadanya. Bahkan kadarnya sama dengan rakyat yang paling miskin atau bahkan lebih rendah lagi.

Kedua, Khalifah Umar langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Diriwayatkan dari Aslam, Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”

Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat ribu orang. Selang beberapa hari, jumlah orang yang datang dan yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang. 

Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan. Saat hujan turun, saya melihat Khalifah Umar menugaskan orang-orang untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi mereka makanan dan pakaian ke perkampungan. 

Banyak terjadi kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur. 

Ketiga, musibah yang melanda, juga membuat Khalifah semakin mendekatkan diri kepada Allah, meminta pertolongan Allah SWT Pemilik alam seisinya. Suatu ketika Khalifah Umar mengimami salat isya bersama para jamaah yang lalu pulang, sementara ia terus salat hingga di penghujung malam. Setelah itu, Umar keluar rumah mendatangi perkampungan dan meronda.

Khalifah juga langsung memimpin taubatan nasuha. Bisa jadi bencana atau krisis yang ada akibat kesalahan-kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh Khalifah dan atau masyarakatnya. Khalifah menyerukan taubat. Meminta ampun kepada Allah agar bencana segera berlalu.

Keempat, kepada rakyatnya yang datang karena membutuhkan makanan, segera dipenuhi. Yang tidak dapat mendatangi Khalifah, bahan makanan diantar ke rumahnya, beberapa bulan sepanjang masa musibah. Malik bin Aus (berasal dari Bani Nashr) juga menceritakan bagaimana sepak terjang Khalifah Umar dalam menangani krisis ini.

Kelima, tatkala menghadapi situasi sulit, Khalifah Umar bin Khaththab meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan. Gubernur Mesir, Amru bin al-Ash mengirim seribu unta yang membawa tepung melalui jalan darat dan mengirim dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada Khalifah Umar.

Fragmen di atas menunjukkan kesigapan pemimpin kaum Muslim dalam menyelesaikan krisis; ketika mendapati pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi menutupi semua kebutuhan dalam rangka menyelesaikan krisis. Pemerintah pusat langsung memobilisasi daerah-daerah wilayah Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut. Khalifah Umar langsung mengirim surat dan utusan langsung untuk mengurusi hal ini, agar bantuan segera terkondisikan dan disiapkan.

Keenam, langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab ketika terjadi bencana adalah menghentikan sementara hukuman bagi pencuri. Hal ini dilakukan bukan karena mengabaikan hukum yang sudah pasti dalam Islam, namun lebih disebabkan karena syarat-syarat pemberlakuan hukum untuk pencuri tidak terpenuhi. Saat itu orang mencuri dan memakan barang milik orang lain karena sangat lapar. Itu semata untuk menyambung nyawanya karena memang tidak bisa mendapatkan makanan. Mereka bukanlah orang yang bertindak sekehendaknya dan tidak bermaksud mencuri.

Selain tidak menghukum pencuri yang mencuri karena terpaksa demi sekadar menyambung hidup, Khalifah Umar juga menunda pungutan zakat pada saat krisis. Khalifah menghentikan pungutan kewajiban zakat pada masa krisis. Saat kelaparan berakhir dan bumi mulai subur, Umar kembali mengumpulkan zakat pasca krisis.

Artinya, Khalifah menilai itu sebagai utang bagi orang-orang yang mampu agar bisa menutupi kelemahan bagi orang-orang yang memerlukan dan agar di Baitul Mal ada dana setelah semuanya diinfakkan.

Dengan demikian, konsep Islam mampu mengatasi resesi ekonomi dengan solusi tuntas bukan solusi abal-abal semisal sekarang. Allah pun memilihkan pemimpin amanah dan mampu menjalankan tugasnya sebagai pelayan sekaligus pelindung manusia sekalian. Maka, mari berbenah menuju Indonesia berkah di bawah naungan penerapan Islam.[]



Oleh: Achmad Muit
Analis Politik Islam
Dosen Online UNIOL 4.0 Diponorogo

1. Yantina Debora, "Apa Itu Resesi Ekonomi dan Faktor Penyebabnya?" 2020.

2. Nur Hidayati, " G7 Akan Lakukan Apa Pun Demi Lindungi Ekonomi," 2020.

3. Diah Ramandani, " G20 vs COVID-19 : Bagaimana Pemimpin G20 Mengendalikan Virus Corona," 2020.

4. Ahmad Ahyar, "Konsep Islam dalam Mengatasi Resesi Ekonomi Dunia", 2020 


Posting Komentar

0 Komentar