Kulihat tanahku tandus
Terbengkalai tenaga pun hangus
Digantikan upah yang sedikit, tertikung rayuan pengusaha yang berpura-pura
Kulihat banyaknya kursi
Tapi, mematikan rakyatnya beropini
Kini, tak peduli lagi keluh kesah dan penindasan yang terjadi
Kudengar tanah beta menangis
Menuai angan berharap kebijakan tak lagi bengis
Melangkah dan berlari bersama menuju gedung menyuarakan hak yang sama
Tibanya diabaikan, dianggap lelucon dan dikesampingkan
Sedihnya tanah beta
Dulu, dibuai dan dibesarkan bunda
Sekarang justru dilindungi dan terbuai antara perselingkuhan penguasa dengan pengusaha
Sistem ini memang sudah buntu
Dari lahir hingga langit tak lagi biru
Negeri yang luas kini menyempit dengan lilitan utang
Solusi yang hakiki dianggap racun dalam karang
Bulan yang indah tak lagi terang
Matahari yang bersinar kini terhalang awan
Tatkala palu diketok, kursipun melayang dan sumber daya alam terbang mengikuti pemilik modal
Beta punya apa?
Ketika semuanya sudah berselingkuh
Dengan kebijakan yang bersikukuh
Kau gelar karpet merah untuk pengusaha
Sedangkan beta dikasih keset merah seolah tak berdosa
Bertahun-tahun merdeka
Tapi, tak pernah mandiri dan dewasa
Kekayaan alam diekspor
Kebutuhan pangan tetap impor
Tambang hanya milik investor
Izin pun menjadi molor
Sudah terlalu banyak waktu yang terbuang
Untuk sekadar bertahan dengan sistem buatan manusia
Yang mendatangkan keluhan
Airmatapun selalu tak tertahan
Saatnya beta ini mencari solusi yang tiada merugi
Percaya diri pada sistem Ilahi yang selalu sudi
Melindungi segalanya, tanpa harus mendua
Di balik kejemuan penguasa yang suka eksekusi masa
Oleh: Husnul Kh
(Pegiat Dakwah Sosmed & Mahasiswa Madura)
0 Komentar