Di tengah gaya hidup hedonis dan individualis dalam lingkaran sekuler kapitalistik liberal, masih ada anak muda yang peduli politik. Dilansir dari Merdeka.com (21/3/2021), Indikator Politik Indonesia melakukan survei kepada 1200 responden yang berusia 17-21 tahun. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi. Sebanyak 7 persen sama sekali tidak percaya kepada partai politik. Hasil survei juga menunjukkan hanya 3 persen anak muda yang sangat percaya pada partai politik. Sebanyak 7 persen sama sekali tidak percaya. Sebanyak 54 persen anak muda masih percaya pada partai politik.
Setidaknya dari hasil survei di atas menunjukkan adanya perasaan kegalauan di kalangan anak muda. Mereka belum bisa menentukan perlunya perubahan politik, di lain sisi juga adanya ketidakfahaman terhadap sistem politik alternatif. Ini terlihat meskipun menganggap politisi dan partai tidak mampu mengatasi persoalan, namun masih berharap penyempurnaan praktik demokrasi menjadi solusi.
Masih adanya sikap sadar politik dalam diri anak muda saat ini, haruslah benar-benar dibarengi dengan gambaran dan harapan perubahan hakiki. Mereka harus melek politik Islam. Jadi, diharapkan mereka akan memiliki arah perjuangan yang tidak terbelokkan dari arah perubahan hakiki. Mampukah anak muda mengembannya?
Kondisi Anak Muda di Tengah Sistem Sekuler Liberal
Anak muda adalah bibit-bibit baru yang diharapkan mampu merubah dunia menjadi lebih baik. Tak dipungkiri sistem demokrasi kapitalistik yang berasaskan sekuler dan mendewakan gaya hidup liberal, telah menjatuhkan para penerus generasi kejurang keterpurukan yang lebih dalam. Jerit para orangtua berharap mampu mencetak keturunan mereka menjadi anak-anak yang bersyakhsiyyah Islamiyah semakin berat saja.
Berbagai macam persoalan telah menjerat generasi. Akidah sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan berpengaruh kuat pada kepribadian mereka. Anak-anak tumbuh menjadi anak muda yang enggan diatur dengan agamanya. Ditambah lagi maraknya gaya hidup liberal, menjatuhkan mereka semakin dalam dalam lubang yang menjauhkan mereka dari agamanya. Tekanan kapitalistik menambah kepribadian mereka yang jauh dari rasa empati.
Berikut gambaran kondisi anak muda yang tumbuh dalam sistem sekuler kapitalistik liberal:
Pertama. Tidak mengenal lagi halal haram.
Budaya sekuler telah mengikis kemampuan anak-anak untuk terdidik lebih dekat dengan agamanya. Dalam lingkaran sekuler anak-anak tumbuh menjadi anak muda yang sulit mengenali jalan petunjuk agamanya. Agama tidak boleh mengatur jalan hidup mereka, pemikiran ini terpatri dalam benak para anak muda. Mereka dibuat lupa, bahkan tidak tahu bahwa Al Quran adalah petunjuk bagi hidup orang-orang yang ingin menempuh jalan takwa. Anak muda dibuat terlena lupa ada aturan yang harus dipatuhinya. Dalam sistem ini, anak muda tumbuh tak lagi mengenal halal haram. Mereka tidak tahu haramnya pacaran, karena tontonan televisi seakan menghalalkannya. Mereka lupa jilbab itu wajib, karena saking banyaknya yang menanggalkannya.
Kedua. Enggan diatur dengan syariat Islam.
Kondisi yang melenakan saat tak lagi mengenal halal haram menjadikan para anak muda kian enggan diatur dengan syariat Islam. Memunculkan rasa dan anggapan syariat Islam hanya akan mengekang jalan hidupnya. Berbagai dalih akan terlontarkan untuk menghindari kewajiban taat kepada syariat Islam. Rasa berat menjalankan syariat Islam akan menuntun mereka lebih percaya kepada orang-orang yang suka mengotak-atik syariat Islam, ditafsirkan menurut kepentingan para musuh-musuh Islam. Mereka lebih percaya menutup aurat tidaklah wajib, tapi menjilbabi hati lebih utama.
Ketiga. Hedonis.
Gaya hidup hedonis juga salah satu kondisi yang tengah menjangkiti anak muda dalam sistem yang mendewakan gaya hidup liberal. Demi mewujudkan kesenangan dunia, banyak anak muda terjerumus dalam narkoba, minuman keras, obat-obat terlarang dan seks bebas. Mereka terlena dengan kepuasan dunia yang sesaat. Tak mengenal halal haram hingga enggan diatur dengan syariat Islam semakin jauh mengentarkan masa depan mereka jatuh pada gaya hidup hedonis.
Keempat. Individualis.
Belum lagi beratnya hidup dalam sistem kapitalistik, telah mengantarkan anak muda jatuh dalm sifat individualis. Mereka kehilangan empati, yang terpikir bagaimana dpt bertahan dalam himpitan sistem ini, hingga lupa ada orang-orang di sekitar mereka yang harus juga memperoleh kepedulian mereka. Mereka melupakan kesusahan orang lain, yang terpenting dia telah mampu keluar dari kesusahan diri sendiri. Mereka tidak peduli kebijakan penguasa yang semakin menghimpit kebanyakan orang, yang terpenting diri sendiri mampu terlepas dari himpitan tersebut.
Kelima. Pragmatis.
Kapitalitik juga mampu mengantarkan anak muda menjadi lebih pragmatis. Apapun akan dilakukan demi terwujud segala keinginan dan kebutuhan untuk memenuhi nafsu mereka. Halal haram tak lagi jadi soal, yang utama adalah memenuhi segala macam kebutuhan mereka. Hingga tak mengagetkan jika sering dijumpai anak muda lebih rela menjatuhkan mereka pada praktek prostitusi hanya demi mendapatkan materi untuk memenuhi segala macam keinginan mereka secara instans.
Itulah kondisi-kondisi anak muda yang dicetak dalam sistem sekuler kapitalistik liberal. Sudah menjadi tabiat sistem ini membawa kepada peradaban yang rusak. Sistem buatan manusia hanya akan memenuhi satu kelompok kepentingan manusia dan menjatuhkan kepentingan kelompok manusia lainnya. Menjauh dari aturan Sang Pencipta semakin menjatuhkan peradaban manusia semakin terpuruk lebih dalam.
Pudarnya Harapan Anak Muda Wujudkan Perubahan Hakiki di Tengah Sistem Sekuler Liberal
Sistem sekuler liberal saat ini, semakin mengakar kuat dalam benak kaum Muslimin, termasuk juga para anak muda sebagai generasi penerus peradaban. Sistem saat ini telah nampak menghasilkan peradaban yang rusak. Anak muda yang diharapkan mampu menjadi agen perubahan demi mewujudkan perubahan hakiki semakin memudar jauh dari harapan.
Kehancuran generasi yang dihasilkan peradaban kapitalistik yang berakidah sekuler dan mendewakan gaya hidup liberal memang telah memudarkan harapan bahwa anak muda yang menjadi bagain generasi peradaban ini dapat mampu mewujudkan perubahan hakiki. Namun, setidaknya dari hasil survei pada pengantar menunjukkan adanya sedikit harapan, adanya anak muda yang masih peduli dengan kelangsungan peradaban manusia menjadi lebih baik.
Harapan ini terlihat pada perasaan kegalauan di kalangan anak muda. Mereka belum mampu menentukan perlunya perubahan politik. Tapi, di lain sisi juga adanya ketidakfahaman mereka terhadap sistem politik alternatif. Ini terlihat meskipun menganggap politisi dan partai tidak mampu mengatasi persoalan, namun masih berharap penyempurnaan praktik demokrasi menjadi solusi.
Kegalauan itu akibat anak muda saat ini sudah memudar bahkan lupa sejarah kegemilangannya. Kejayaan nenek moyang mereka yang mampu memimpin 2/3 dunia tidak lah tergambar dalam benak mereka. Figur-figur kepemimpianan Islam dan para ksatria yang lahir dalam sistem Islam telah tergantikan figur-figur artis yang gaya hidup mereka jauh dari figur seorang Muslim.
Anak muda yang hidup dalam sistem sekuler kapitalistik liberal telah terkerdilkan bahwa keetrpurukan saat ini karena memang faktor genetis dan nenek moyang mereka adalah orang-orang primitif dan terbelakang. Pemikiran ini, akibat penjajahan Barat yang mencoba mengaburkan bahkan menghapuskan ingatan kaum Muslim atas kehebatan dunia Islam.
Biang kerok sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan telah menggerus pemikiran umat Muslim, tercekoki oleh pemikiran-pemikiran barat. Islam bebas beribadah namun jangan sekali-kali membawa Islam dalam bernegara, inilah kondisi umat Islam saat ini. Karena imperialisme Barat menyadari sepenuhnya akan kehebatan kekuatan Islam dan menganggap kembalinya kehidupan Islam adalah sebuah ancaman. Maka menghalangi kebangkitan Islam adalah upayanya.
Sistem sekuler liberal benar-benar menjadi jalan memudarkan harapan menjadikan anak muda mampu mewujudkan perubahan hakiki. Namun, kehancuran kepribadian anak muda yang diakibatkan sistem sekuler liberal ini harus segera diakhiri.
Strategi Mewujudkan Anak Muda Melek Politik Islam Demi Wujudkan Perubahan Hakiki di Tengah Sistem Sekuler Liberal
Strategi mewujudkan anak muda untuk dapat mewujudkan perubahan hakiki adalah dengan mengenalkan mereka dengan sistem politik alternatif sebagai pengganti sistem demokrasi kapitalistik, yaitu politik Islam. Mereka harus sadar bahwa praktik politik dalam sistem demokrasi tidak mampu mengatasi persoalan, tidak mampu memberi solusi tuntas problematika kehidupan umat manusia.
Generasi muda Islam harus mengenal dan melek politik Islam agar benar-benar mendapat gambaran bagaimana sebuah perubahan yang mampu membangkitkan dan memiliki harapan mewujudkan perubahan hakiki menjadi nyata. Anak muda sebagai generasi muda Islam harus mampu memunculkan kekuatan publik untuk menuntut warisan pusaka nenek moyang mereka dapat dikembalikan lagi, dan dapat menghadirkan Islam kembali ke tengah kehidupan.
Prof. Fahmi Amhar mengharuskan kaum Muslim mengingat-ingat, bahwa kaum Muslim pernah memiliki nenek moyang yang hebat dan mewariskan pusaka peradaban yang juga cemerlang. Dan kaum Muslim juga perlu tahu, bahwa kehebatan itu dulu by design, karena kaum Muslim bersentuhan dengan peradaban yang hebat, yakni peradaban Islam, yang diemban oleh para khalifah, sejak era Khulafaur Rasyidin, hingga Khilafah Utsmani yang akhirnya runtuh tahun 1924 (Tintasiyasi.com, 17/8/2020).
Karenanya, wajib bagi generasi muda Islam faham politik Islam agar bisa menghadapi tantangan kekinian yg bisa membelokkan mereka dari perubahan hakiki. Ini lah masa mulkan jabriyan yang membutuhkan peran pemuda Islam untuk mengakhiri ajalnya, membawa kebangkitan Islam yang akan diturunkan Allah melalui tangan-tangannya.
Generasi muda Islam harus mengetahui, bahwa Islam dan politik merupakan dua hal yang tak terpisahkan, memisahkan Islam dengan politik adalah biang kemunduran kaum Muslim. Dan telah terbukti, saat ini kaum Muslim semakin jauh dari ajarannya, syariah Islam terasa asing, siapa yang ingin ber-Islam kaffah dilabeli radikal. Memegang Islam bagai memegang bara api yang membara.
Memisahkan politik Islam dari kehidupan dan agama berarti menghancurkan Islam, sistem, dan hukum-hukumnya, serta memusnahkan umat, nilai-nilai, peradaban dan risalahnya. Politik (siyasah) mempunyai makna mengatur urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri. Negara memiliki kewajiban mengurusi kepentingan umat, sedangkan umat melakukan koreksi terhadap pemerintah. (Syekh Abdul Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, 2017)
Generasi muda Islam tidak boleh sekedar fokus belajar dan menambah informasi semata, menjadikan intelektual hanya semata-mata kenikmatan dan kemewahan berpikir saja. Generasi muda Islam harus mampu mempengaruhi dunia, dengan mengikuti aktivitas politik dan memahami politik international, untuk mengatur urusan-urusan dunia serta metode yang mampu mempengaruhi dunia. Karena begitu seorang Muslim memeluk akidah Islam, maka wajib untuk menyelamatkan manusia dari penderitaan, ketidakadilan, kehinaan dan perbudakan.
Generasi muda Islam harus memiliki kesadaran politik, yaitu pandangan terhadap dunia dengan sudut pandang khusus, yang tiada lain adalah akidah Islam. Yaitu sudut pandang Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah. Dengan begitu generasi muda Islam melek politik Islam, berani terjun ke dalam kancah kehidupan, mengemban dakwah Islam untuk merubah kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam, menghancurkan pemikiran-pemikiran kufur dan membangun pemikiran-pemikiran Islam. Membina umat dengan tsaqafah Islam dan meleburnya dengan Islam. Melakukan kontrol, kritik dan koreksi atas kebijakan penguasa. Membawa risalah melanjutkan kehidupan Islam. Jadi, jalan mewujudkan perubahan hakiki yang harus ditempuh generasi muda Islam adalah berjuang dengan politik Islam.
Penutup
Kondisi anak muda di tengah sistem sekuler liberal membuat mereka sulit bahkan tidak lagi mengenal halal haram. Kondisi itu membuat mereka semakin enggan diatur dengan syariat Islam. Mereka lebih terjerumus dalam gaya hidup hedonis, semakin individualis dan lebih pragmatis. Sudah menjadi tabiat sistem ini membawa kepada peradaban yang rusak. Sistem buatan manusia hanya akan memenuhi satu kelompok kepentingan manusia dan menjatuhkan kepentingan kelompok manusia lainnya. Menjauh dari aturan Sang Pencipta semakin menjatuhkan peradaban manusia semakin terpuruk lebih dalam.
Sistem sekuler liberal benar-benar menjadi jalan memudarkan harapan menjadikan anak muda mampu mewujudkan perubahan hakiki. Namun, kehancuran kepribadian anak muda yang diakibatkan sistem sekuler liberal ini harus segera diakhiri.
Strategi mewujudkan anak muda untuk dapat mewujudkan perubahan hakiki adalah dengan mengenalkan mereka dengan sistem politik alternatif sebagai pengganti sistem demokrasi kapitalistik, yaitu politik Islam. Islam dan politik merupakan dua hal yang tak terpisahkan, memisahkan Islam dengan politik adalah biang kemunduran kaum Muslim. Memisahkan politik Islam dari kehidupan dan agama berarti menghancurkan Islam, sistem, dan hukum-hukumnya, serta memusnahkan umat, nilai-nilai, peradaban dan risalahnya. Jadi, jalan mewujudkan perubahan hakiki yang harus ditempuh generasi muda Islam adalah berjuang dengan politik Islam.[]
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst
Oleh: Dewi Srimurtiningsih
(Dosol Uniol 4.0 Diponorogo)
0 Komentar