Belum lama ini kementrian PPPA mengkampanyekan pembangunan berbasis gender demi terwujud kualitas unggul untuk kalangan perempuan dan masyarakat. Seperti di kutip dari laman kementrian PPPA (24/03/21). Menurut Menteri Bintang, upaya-upaya untuk menghapus berbagai pandangan yang masih merugikan perempuan harus terus didengungkan, pembagian peran yang setara antara laki-laki dan perempuan bisa diimplementasikan, dimulai dari lingkup terkecil di masyarakat yakni keluarga kemudian lambat laun ke masyarakat secara luas.
Menteri Bintang menegaskan pemerintah terus mendorong partisipasi perempuan di bidang ekonomi serta mendukung kesempatan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di bidang politik. Menurut Menteri Bintang di tangan politisi perempuan diharapkan tercipta kebijakan yang lebih responsif dan ramah perempuan (24/03/21).
Hal senada juga disampaikan oleh menteri keuangan Sri Mulyani pada tanggal 16/12/20 di laman resmi Kemenkeu.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa APBN sebagai instrumen keuangan negara juga mengenali pentingnya kesetaraan gender. Salah satu inisiatif baru pada tahun 2021 adalah mengenalkan sebuah dana alokasi khusus nonfisik yang didedikasikan untuk dana pelayanan perlindungan perempuan dan anak.
“Ini adalah upaya bagi kita untuk memberikan peningkatan kualitas perlindungan kepada perempuan dan anak dari domestic violence atau kekerasan di dalam rumah tangga,” ujar Menkeu dalam webinar daring bertajuk "Menuju Planet 50:50 Kontribusi Bisnis Pada Pencapaian SDG' 5" yang diselenggarakan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) bekerjasama dengan Global Reporting Initiative (GRI), Rabu, (16/12).
Ia mengakui bahwa perjuangan untuk terus meningkatkan kesetaraan gender adalah perjuangan yang masih panjang. Banyak studi menunjukkan bahwa perempuan terhalang oleh berbagai hal, dari mulai keluarganya sampai kepada norma sosial, norma budaya, dan bahkan interpretasi terhadap ajaran keagamaan yang memberikan kendala lebih besar kepada perempuan untuk bisa mengekspresikan, mengartikulasikan, dan menyumbangkan peranannya yang optimal.(Rabu, 16/12).
Padahal kalau di tinjau dari akar masalahnya, penderitaan perempuan bukan karena dari status gender yang sedang dikampanyekan, tapi semua itu karena diterapkannya sistem kapitalis sekuler saat ini. Yang menilai segala sesuatu dari materi dan menafikan agama dari kehidupan. Sehingga, muncul pandangan sekuler tentang kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama, yang lebih populer dengan sebutan kesetaraan gender.
Para penggiat gender selalu menyatakan bahwa penyebab semua penderitaan perempuan adalah karena ketidaksetaraan gender. Karena itu solusi yang ditawarkan oleh mereka adalah mewujudkan kesetaraan gender dalam berbagai hal, sebagaimana yang banyak dirumuskan dalam konvensi dan konferensi sekarang ini. Mereka merancang peningkatan partisipasi perempuan dalam segala bidang, yang justru akan menjadikan nasib perempuan makin terpuruk. Karena program yang hanya membebek agenda global tanpa serius merumuskan akar masalah, tantangan dan kebutuhan negeri ini terhadap kualitas SDM-nya akan berpotensi kontraproduktif. Yang akan memunculkan masalah baru serta mengalihkan energi dan dana yang tidak sedikit.
Berbagai Penderitaan yang dialami perempuan sesungguhnya adalah cerminan cara pandang kehidupan yang tidak memberikan penghargaan dan perlindungan terhadap perempuan. Bahkan perempuan dianggap hanya sebagai komoditas dan obyek. Hal ini jelas menunjukan relasi yang salah antara laki-laki dan perempuan. Relasi yang salah ini sesungguhnya merupakan cerminan sistem kehidupan yang berlaku saat ini yakni sistem kapitalis sekuler.
Padahal sejatinya perempuan membutuhkan pembangunan berbasis ideologi Islam agar terwujud solusi bangsa, SDM unggul dan kaum perempuan yang akan mencetak generasi pembangun peradapan cemerlang.
Dalam Islam, sudah ada aturan yang jelas antara kedudukan laki-laki dan perempuan sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki- laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (Q.S. an-Nisaa’ [4]: 34)
Laki-laki dan perempuan sama-sama hamba Allah, punya kewajiban yang sama dalam hal ketakwaan kepada Allah. Namun ada peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan memperhatikan fitrah masing-masing. Hal ini bukanlah bentuk diskriminasi tapi distribusi agar terjadi kerja sama dan hubungan yang saling membutuhkan antara laki-laki dan perempuan yang sesuai syariat.
Islam memandang perempuan sebagaimana memandang laki-laki, yang memiliki posisi yang sama di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, Islam memerintahkan untuk menjaga dan memuliakan perempuan. Memperhatikan kebutuhan perempuan sebagaimana kebutuhan laki-laki. Perempuan mendapat jaminan kesejahteraan, tanpa jargon kesetaraan gender.
Karena Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjamin nafkah perempuan, mulai dari nafkah dari walinya, santunan negara, sedekah dan zakat bagi perempuan yang tidak mampu. Kalaupun perempuan harus bekerja, maka pekerjaan itu haruslah sesuai dengan kodratnya dan tanpa adanya keterpaksaan, upah mereka pun terjamin sesuai dengan kontrak kerja berdasarkan profesionalitas. Karena Islam memiliki sistem ekonomi yang handal, oleh kerenanya sistem Islam mampu menjamin nafkah perempuan tanpa mengharuskannya untuk bekerja.
Sistem Islam juga melindungi hak-hak perempuan sesuai dengan ketentuan hukum syariat, untuk itu Islam tidak memerlukan kesetaraan gender karena dengan syariat, Islam memuliakan dan menghormati perempuan sebagaimana laki-laki. Islam menjamin perlindungan bagi perempuan tanpa harus duduk di pucuk pemerintahan dan kekuasaan.
Oleh karena itu sudah saatnya perempuan menyadari bahwa sudah saatnya kembali kepada syariat Islam kaffah, sebagai satu-satunya solusi alternatif yang bisa menuntaskan permasalahan perempuan sampai ke akarnya, yakni diterapkanya sistem Islam kaffah. Sebuah sistem dari Allah SWT, yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a'lam bishshawab.[]
Oleh: Isty Da'iyah
0 Komentar