Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam Konferensi Perempuan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 2021 menyebutkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan di tahun 2019 lebih rendah dari laki-laki. IPM perempuan pada angka 69,18 adapun laki-laki 75,96. Dalam analisis Menteri Bintang Puspayoga hal ini menunjukkan ketimpangan yang dialami perempuan dari ekonomi hingga kekerasan pada perempuan.
Adapun salah satu faktor penyumbang rendahnya IPM perempuan menurut Menteri Bintang adalah kontruksi sosial patriarki. Dan untuk itu harus ada kerja keras menghapus budaya patriarki. Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Kesetaraan Gender Agustina Erni mengatakan bahwa pemerintah bersinergi dengan berbagai pihak untuk mengurangi ketimpangan gender (kemenpppa.go.id, 25/3/2021).
Indeks Pembangunan Manusia Ala Kapitalisme
Konsep Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index diperkenalkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 1990. IPM ini digunakan untuk mengklasifikasi suatu negara apakah terkategori maju, berkembang atau terbelakang. Selain itu IPM juga digunakan untuk mengukur pengaruh kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup (wikipedia.org).
IPM dibentuk dari 3 dimensi yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan standard hidup layak. Dengan tiga dimensi tersebut, maka pembangunan manusia dikatakan berhasil jika; pertama, pemanfaatan sumber daya masyarakat bisa diarahkan pada pembinaan kesehatan sehingga bisa mencegah rakyat meninggal lebih awal. Kedua, pembangunan manusia bisa mewujudkan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang memadai. Ketiga standar hidup layak dilihat dari daya beli masyarakat atau purchasing power parity.
Berdasarkan 3 dimensi tersebut dimensi ke tiga yakni standar hidup layak menjadi sorotan lebih. Dimensi ini terkait dengan kebijakan ekonomi dan kualitas hidup. Dengan memperhitungkan jumlah penduduk yang bekerja, menganggur, miskin dan pendapatan nasional bruto.
Menonjolnya aspek ekonomi tidak bisa dilepaskan dari watak kapitalisme yang mengukur segala sesuatunya dari ukuran materi/kapital. Maka wajar, jika yang disorot oleh Menteri PPPA setelah mengetahui angka IPM perempuan mengarah pada pemberdayaan ekonomi perempuan dengan perjuangan gender dan penghapusan kontruksi patriarki. Karena dengan kesataran peran dan menjadi mesin ekonomi, wanita dalam sistem kapitalisme akan memiliki bergaining position dan tidak diremehkan.
Namun, tidakkah dilihat, semakin hari pembangunan manusia di sistem kapitalisme ini malah menimbulkan jurang. Jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin. The Interpreter media Australia menyebut bahwa kekayaan 4 orang terkaya di Indonesia setara dengan 100 juta penduduk (merdeka.com, 11/2/2020).
Ketimpangan akses kesehatan demikian juga. Siapa yang bisa menikmati layanan kesehatan berkualitas? Jawabannya adalah mereka yang berduit. Siapa yang bisa menikmati pendidikan tinggi? Jawabannya mereka yang berkantong tebal.
Lantas, perjuangan gender mampukah mengubah konsep strata pelayanan dalam pendidikan, kesehatan dan ekonomi? Dan mengubah IPM perempuan?
Pembangunan Manusia dalam Islam
Islam memandang manusia baik laki-laki maupun wanita sebagaimana firman Allah SWT.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku." (Qs. Adz Dzariyat: 56)
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling takwa diantara kamu." (Qs. Al Hujurat: 13)
Pembangunan manusia di dalam Islam ditujukan untuk terlaksananya tujuan penciptaan manusia. Yaitu melaksanakan ibadah baik ibadah vertikal maupun horizontal. Sehingga dimensi pembangunan manusia tidak cukup pembangunan dimensi dunia, melainkan pembangunan dimensi dunia untuk meraih kehidupan berkuliatas di akhirat yaitu surga. Adapun Indikator kualitas manusia ditentukan oleh tingkat ketakwaan individu.
Untuk mewujudkan pembangunan manusia dimensi dunia akhirat tersebut, negara dalam sistem Islam akan menjamin terjaganya 8 maslahah dhoruriyat meliputi; menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta benda, menjaga kehormatan, menjaga keamanan, menjaga negara.
Penjagaan 8 maslahah dhoruriyat ini, untuk setiap rakyat baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga akan terjamin kualitas hidup mereka. Negara menjamin pendidikan, kesehatan, layak hidup, keamanan, ibadah dan pelaksanaan syariat Islam skala personal, bermasyarakat hingga bernegara.
Dengan demikian, kaum perempuan tidak perlu memperjuangkan kesetaraan gender untuk meraih kesejahteraan. Dan tidak perlu kerja keras menghapus kontruksi patriarki. Karena Islam tidak mengenal patriarki. Islam memberikan jaminan yang sama kepada laki laki dan perempuan. Syariat Islam memuliakan laki-laki dan wanita.
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِن فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. An Nisa': 32)
Khatimah
Keberhasilan pembangunan dalam Islam diukur dari keberhasilan negara menghantarkan rakyatnya menjadi pribadi yang bertakwa dan diterapkannya seluruh hukum Allah SWT. Inilah pembangunan manusia dimensi dunia akhirat yang akan diwujudkan oleh sistem Islam. Wallahu a'lam bishshawab.[]
Oleh: Puji Astutik
(Pelaku Dakwah Literasi)
0 Komentar