TintaSiyasi.com-- Belum berakhirnya agresi yang dilakukan Israel terhadap Palestina melalui penjajahannya hingga kini, bagi yang telah memahami akar permasalahan tentu itu semakin menunjukkan bahwa, betapa Palestina membutuhkan kekuatan negara adidaya yang bisa melindunginya dan tanahnya dari tangan-tangan kaum kafir penjajah seperti halnya Israel. Tak pelak, ide dan aspirasi umat Islam terhadap wajibnya penegakan sistem shahih khilafah yang akan menjadi kekuatan sekaligus pelindung bagi kaum muslimin dari penjajahan kaum kafir, semakin masif digencarkan dan didakwahkan umat. Hal tersebut tampak dalam trending topik di jagat maya, yang diwarnai dengan berbagai narasi dan poster-poster atas dukungan kepada Palestina dan dengan tagar #KhilafahLiberatesAlAqsa #KhilafahSolusiPalestina.
Namun tampaknya, masih ada saja pihak-pihak yang tidak suka dan menaruh kebencian atas gagasan yang sesuai dengan bisyarah Rasulullah tersebut. Umat muslim yang masif mendakwahkan khilafah itu dinarasikan dengan penumpang gelap dan penebar agenda pro Khilafah di tengah demo mendukung Palestina. Bahkan sampai ada analisa yang berupa mengcluster-clusterkan antara yang pro khilafah dan yang kontra khilafah. (https://pers.droneemprit.id/kampanye-khilafah-dalam-isu-palestina/). Alhasil sangat terkesan di dalam narasi tersebut, adanya ketidaksukaan dan sentimenitas atas gagasan penerapan sistem Islam tersebut. Padahal bagi seorang muslim, tidaklah pantas memposisikan dia pro atau tidak dengan khilafah, sebab khilafah sendiri adalah ajaran Islam yang wajib didakwahkan dan ditegakkan oleh umat Islam.
Tak hanya sampai di situ, narasi kebencian terhadap dakwah khilafah tersebut sebelumnya juga sudah terlontar dari seorang tokoh pejabat ternama negeri ini, yang coba mengaitkan khilafah sebagai serangan atas Indonesia di tengah konflik yang menderah Palestina. Menurutnya tidak patut bagi masyarakat untuk mengurusi Palestina yang bukanlah menjadi urusan kita, namun lebih baik fokus kepada serangan "ideologi" khilafah atas negeri ini.
"Palestina dan Israel bukan urusan kita (Indonesia), melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi. Urusan Indonesia adalah nasib kita dan hari depan anak cucu kita," "Untuk nasib bangsa kita, saya mohon KEKAL Akmil 1967 tidak diam saja, tapi mikir, ngomong, dan berbuat sebisanya. Negara kita sedang diserang oleh pemikiran ideologi khilafah," katanya seperti dilansir dari Berita Satu di Jakarta, Rabu (19/5/2021).
Sungguh ironis, gagasan mulia khilafah selalu disasar dan dijadikan kambing hitam atas kemelut permasalahan bangsa dan kaum muslimin. Khilafah dipandang bak penyakit berbahaya yang harus dibasmi. Narasi demi narasi yang bertujuan mencitra burukan khilafah dan para pejuangnya terus saja didengungkan dalam setiap permasalahan. Pantaskah hal tersebut dilakukan oleh umat di suatu negeri yang begitu bangga mengaku sebagai pemeluk Islam di dunia ini?
Agenda di Balik Narasi Sesat yang Mengatakan Gagasan Khilafah sebagai Serangan bagi Negeri Ini
Duka kaum muslimin atas masih berlangsungnya penjajahan kepada umat Islam di Palestina dan di belahan dunia lainnya saat ini, ternyata juga masih dilengkapi dengan penjajahan terhadap ajaran-ajaran agamanya. Sungguh ironis, dakwah dan gagasan khilafah yang merupakan ajaran Islam dan wadah agar tegaknya syariat Islam ini, terus menerus berupaya dinarasikan menjadi ajaran berbahaya dan sangat mengancam.
Kebencian kaum sekuler terhadap khilafah telah membuat mereka lupa bahwa dari mana asal mereka berada. Padahal kebencian dan fitnah-fitnah keji terhadap khilafah, sama saja dengan kebencian dan fitnah terhadap Allah dan Rasul-Nya sebagai sumber perancang sistem khilafah.
Bagaimana mungkin ada seorang yang mengaku muslim bisa-bisanya mengatakan bahwa khilafah adalah ancaman dan bentuk serangan atas negeri ini. Padahal sesungguhnya yang telah merusak dan secara nyata telah memporak-porandakan kehidupan di negeri, adalah ideologi-ideologi kufur kapitalisme dan liberalisme bahkan sosialisme. Namun ideologi Islam dengan ajaran Islamnyalah yang lagi-lagi berusaha dikambinghitamkan.
Tidak cukup sampai di situ, mereka pun secara terstruktur dan tersistematis juga berupaya mengajak semua kalangan untuk memusuhi khilafah atau mereka letakkan khilafah sebagai common enemy di negeri yang mengaku sebagai pemeluk agama Islam terbesar di dunia ini. Dengan mengkotak-kotakkan antara kelompok umat Islam yang pro dan kontra terhadap khilafah.
Inilah sesungguhnya yang disebut dengan proxy war ala kafir Barat penjajah dalam merusak Islam dan umatnya. Narasi-narasi yang sarat dengan kebencian terhadap khilafah ini, sangat kental dengan hegemoni kemauan Barat, maka artinya justru hal itu adalah bentuk serangan terhadap Islam di negeri-negeri kaum muslimin, yang saat ini berada dalam cengkeraman ideologi kapitalisme sekuler yang telah merasuki jiwa dan pemikiran kaum muslimin.
Upaya-upaya yang coba mengkotak-kotakkan antara golongan pro dan kontra khilafah, serta narasi yang mengatakan khilafah sebagai perusak dan serangan atas negeri ini, sejatinya adalah kepanjangan dari agenda deradikalisasi dan moderasi Islam di Indonesia sebagai negeri yang bermayoritaskan pemeluk Islam.
Moderasi Islam sendiri yaitu bertujuan untuk menjauhkan umat dari ajaran Islam yang sebenarnya dengan mengambil jalan tengah, atau berkompromi dengan kebenaran dan syariat Islam. Para pemilik ide moderasi Islam atau Islam moderat ini mengklaim dirinya sebagai penebar Islam washatiyah. Padahal secara epistemologis, istilah washatiyah tidaklah sama dengan kata moderat. Islam moderat justru lebih banyak mempropagandakan nilai-nilai Barat dibandingkan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Jadi bagaimana mungkin antara washatiyah yang sesuai dengan Al-Qur'an mau disamakan dengan kata moderat yang berasal dari filsafat Barat.
Fakta yang paling mudah dilihat saat ini yakni, monsterisasi terhadap ide khilafah ajaran Islam. Dengan memberikan stigma Islam radikal kepada umat Muslim yang pro dan memperjuangkan khilafah, yang bertujuan agar diterapkan syari'at Islam secara kaffah/keseluruhan.
Selanjutnya sebutan Islam moderat bagi yang mendukung demokrasi dan Undang-undang sekuler, dan berpandangan bahwa semua agama sama hingga melakukan sikap toleransi yang kebablasan. Para pengikut Islam moderat ini pun biasanya akan menolak formalisasi syariah oleh negara, maka tidaklah heran jika otomatis mereka akan anti terhadap khilafah.
Karena Islam moderat yang diinginkan oleh Barat adalah Islam yang menafikan penerapan syariah Islam secara kaffah oleh negara. Karena bagi barat, tegaknya Daulah Islam adalah ancaman terbesar bagi ideologi kapitalisme yang telah berhasil mereka tebarkan di seluruh dunia.
Di dalam negeri kita sendiri, sikap pemerintah dalam menyikapi konflik antara Palestina dan Israel ini misalnya, bagi umat yang melakukan pembelaan terhadap Palestina sambil mengibarkan panji-panji tauhid simbol persatuan dan kekuatan umat, akan serta merta dicap sebagai penumpang gelap dan kaum radikal, sedangkan yang hanya mengibarkan bendera-bendera negara yang menjunjung tinggi nasiolisme akan dikatakan sebagai Islam moderat.
Begitu juga dengan yang berusaha teguh mendakwahkan khilafah sebagai solusi atas Palestina serta merta dicap sebagai kelompok radikal, adapun yang biasa-biasa saja bahkan tidak perduli atas penderitaan muslim Palestina, dikatakan sebagai kelompok moderat dan penjaga NKRI sejati.
Sungguh, inilah strategi Barat untuk merusak Islam dan umatnya dengan propaganda-propaganda jahat yang harus sesegera mungkin disadari oleh seluruh kaum Muslim. Kendati propaganda serangan Barat terhadap ajaran Islam melalui isu radikalisme dan ide moderasi Islam ini, justru mendapat sambutan positif dari negeri-negeri Muslim, khususnya di Indonesia yang notabene memang penganut paham sekularisme.
Dampak Buruk bagi Masyarakat Terutama Umat Muslim atas Narasi-Narasi Sesat Terhadap Khilafah Ajaran Islam
Bila dibiarkan dan tidak segera disadari oleh kaum muslimin, narasi-narasi dan propaganda jahat atas ajaran Islam ini akan semakin berbahaya bagi kelangsungan hidup dan akidah umat Islam. Monsterisasi demi monsterisasi terhadap khilafah Islam ini kelak akan melahirkan islamophobia dan sikap antipati terhadap ajaran Islam, terutama bagi umat Islam sendiri baik di Nusantara maupun di seluruh dunia.
Dengan begitu pada akhirnya, keinginan Barat akan semakin berjaya dalam melanggengkan hegemoni ideologi kapitalisme sekulernya, dalam naungan sistem demokrasi yang banyak diterapkan oleh negeri-negeri kaum muslimin.
Dengan proyek antiradikalisme atau deradikalisasi yang dibalut oleh ide moderasi agama ini, setidaknya ada empat dampak buruk yang akan dihadapi umat sebagai akibat juga dari narasi maupun propaganda Barat, yang selalu berupaya menyerang gagasan khilafah ajaran Islam.
Pertama: Yaitu akan menumbuhkan keraguan (skeptis) pada umat Islam akan kebenaran ajaran agama dan syari'at-Nya. Yang berakibat pada tumbuhnya sikap netralitas dan relativitas terhadap ajaran Islam dan dalam memandang kebenaran. Maka tidak heran, di dalam pandangan mereka, ketika melihat ada seorang Muslim yang berusaha taat total secara fanatik dalam memahami Islam, terlebih-lebih menampakkan dakwah khilafah, maka serta merta akan mereka cap sebagai fundamentalis, radikalis, ekstremis islamis hingga teroris.
Kedua: Yakni menghilangkan rasa kebanggaan umat Islam terhadap ajaran agama dan syariatnya sendiri. Yang berakibat umat akan merasa rendah diri terhadap aturan-aturan Islam, phobia terhadap khilafah dan syari'at Islam, namun mengagungkan bahkan terjadi pemujaan terhadap ide-ide liberalisme yang berasal dari Barat. Adapun ide-ide yang berasal dari Islam akan dipandang sebagai sesuatu yang radikal, ekstremis dan mengerikan.
Ketiga: Rusaknya peradaban dan kepemimpinan berpikir umat. Yang berakibat pada kian terjebaknya umat Islam ke dalam pemikiran liberal dan pluralisme agama yang jelas sangat bertentangan dengan Islam. Mereka akan menganggap semua agama adalah sama, dan memahami makna toleransi secara kebablasan. Persatuan umat Islam yang sejatinya adalah satu tubuh, akan dirusak dengan cara pandang yang salah. Persaudaraan antara kaum muslimin disekat-sekat oleh faham nasionalisme yang hubungannya hanya sebatas antar kebangsaan semata.
Keempat: Terjadinya gerakan westernisasi di segala aspek kehidupan umat Islam. Yang menganggap paradigma Barat sebagai sesuatu yang wajib ditiru, diagungkan dan dijadikan sebagai kiblat dalam menjalani kehidupan, dengan meninggalkan tsaqafah, ideologi dan aturan hidup yang diajarkan Islam. Umumnya hal tersebut terimplementasi melalui empat F bidang kehidupan: fun, fashion, film dan food yang menjadi gaya hidup kehidupan kaum muslimin. Cara bergaul, berekonomi, bersosial hingga berpolitiknya jauh dari nilai dan aturan syari'at Islam. Kesetaraan gender ala Barat dan pengeksploitasian terhadap kaum perempuan, akan semakin dianggap hal wajar dan lumrah di tengah kehidupan kaum muslimin.
Itulah dampak buruk yang akan semakin menerpa umat Islam, atas masifnya narasi sesat dan propaganda-propaganda jahat terhadap dakwah khilafah ajaran Islam.
Strategi Umat Islam dalam Mengahadapi Berbagai Narasi dan Propaganda yang Selalu Berupaya Menyudutkan Khilafah Ajaran Islam
Sejatinya narasi dengan embel-embel Islam moderat dan Islam radikal yang terus didengungkan ini, sesungguhnya bertujuan untuk merusak keyakinan dan pemahaman umat terhadap Islam sebagai agama yang penuh perdamaian, cinta persatuan, toleransi, adil dan menebarkan kebaikan kepada seluruh alam semesta. Terlebih kepada khilafah sebagai institusi tunggal yang akan menjadi jalan untuk menerapkannya. Dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam istitusi khilafah itulah, kebaikan Islam baru akan dapat dirasakan dan akan menjadi rahmat bagi seluruh manusia di dunia.
Itulah yang sesungguhnya ditakuti oleh Barat, yang kemudian melalui antek dan kaki tangannya selalu berupaya membelokkannya menjadi pemahaman yang salah yang ditanamkan di negeri-negeri kaum muslimin. Melalui berbagai narasi dan propaganda sesat terhadap gagasan khilafah ajaran Islam. Maka, adalah hal yang wajib bagi kaum muslimin untuk melakukan strategi dalam melawan balik upaya-upaya jahat tersebut.
Adapun strategi yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut:
Pertama: Menjelaskan kepada umat tentang makna Umat[an] Washath[an] yang sebenarnya. Secara etimologi, al-wasath adalah sesuatu yang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding, pertengahan (Al-Ashbahani, Mufradât AlFâzh al-Qur’ân, II/entri w-s-th). Bisa juga bermakna sesuatu yang terjaga, berharga dan terpilih; karena tengah adalah tempat yang tidak mudah dijangkau: tengah kota (At-Tahrîr wa at-Tanwîr, II/17).
Umat[an] wasath[an] yang dimaksud adalah umat terbaik dan terpilih karena mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Jalan lurus dalam surat al-Fatihah adalah jalan tengah di antara jalan orang yang dibenci (yahudi) dan jalan orang sesat (Nasrani)(Tafsir al-Manâr, II/4).
Karakter umat washtiyyah ada empat: umat yang adil dan pilihan (QS Ali Imran [3]: 110);terbaik dan pertengahan antara ifrâth(berlebihan) dan tafrîth(mengurangi)(Tafsir ar-Razi, II/389-390). Jadi makna washatiyah dalam perspektif tafsir ini tidak sama dengan makna moderat dalam pandangan Barat, seperti yang sedang berusaha terus dikampanyekan di negeri ini.
Kedua: Terus menerus melakukan perang pemikiran dengan melawan stigma radikalisme terhadap ajaran dan perbuatan yang sejalan dengan syari'at Islam. Dengan berupaya menjelaskan kepada umat bahwa, adanya lebel Islam radikal dan Islam moderat adalah cara yang mengikuti keinginan Barat untuk menjauhkan umat dari Islam, serta untuk menciptakan polarisasi di kalangan kaum Muslim agar terpecah-belah, sebagai strategi atas agenda terbesarnya untuk menghambat kebangkitan Islam dengan tegaknya kembali khilafah Islam.
Ketiga: Penting bagi umat untuk terus memberikan pencerahan dan penjelasan tentang hakikat kebenaran (Islam), sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadist secara menyeluruh, tujuan dari penciptaan manusia, kehidupan dan alam semesta. Agar sedikit demi sedikit umat akan faham dan dapat membentengi dirinya dari serangan ide Islam moderat dan pemahaman sesat tentang makna radikal.
Keempat: Melakukan edukasi atau pemahaman kepada umat tentang bahaya imperialisme epistemologi Barat, yang digencarkan melalui berbagai istilah menyesatkan sebagai propaganda menyerang dan menfitnah Islam. Agar umat dapat terhindar dari kebodohan dan sikap membebek kepada ide-ide di luar Islam.
Kelima: Istiqamah dalam dakwah dan memperjuangkan khilafah yang dibarengi juga dengan penjelasan kepada umat akan kebenaran khilafah, sebagaimana yang telah disepakati atas kewajiban menegakkannya oleh para ulama. Barat melalui antek dan para sekutunya tentu akan terus akan melakukan peperangan terhadap khilafah dan ajaran-ajaran Islam yang lainnya, karena kebangkitan atau tegaknya khilafah merupakan lonceng kematian bagi kekuasaan neolib kapitalis Barat yang saat ini sedang menguasai seluruh dunia.
Dari uraian di atas dapat kami tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Upaya-upaya yang coba mengkotak-kotakkan antara golongan pro dan kontra khilafah, serta narasi yang mengatakan khilafah sebagai perusak dan serangan atas negeri ini, sejatinya adalah kepanjangan dari agenda deradikalisasi dan moderasi Islam di Indonesia sebagai negeri yang bermayoritaskan pemeluk Islam. Tujuan dari ide moderasi Islam atau Islam moderat adalah Islam yang menafikan penerapan syariah Islam secara kaffah oleh negara. Karena tegaknya Daulah Islam adalah ancaman terbesar bagi ideologi Kapitalisme yang telah berhasil mereka tebarkan di seluruh dunia.
Setidaknya ada empat dampak buruk yang akan dihadapi umat sebagai akibat juga dari narasi maupun propaganda Barat, yang selalu berupaya menyerang gagasan khilafah ajaran Islam.
Pertama: Yaitu akan menumbuhkan keraguan (skeptis) pada umat Islam akan kebenaran ajaran agama dan syari'at-Nya.
Kedua: Yakni menghilangkan rasa kebanggaan umat Islam terhadap ajaran agama dan syariatnya sendiri.
Ketiga: Rusaknya peradaban dan kepemimpinan berpikir umat.
Dan keempat: Terjadinya gerakan westernisasi di segala aspek kehidupan umat Islam.
Adapun strategi yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut:
Pertama: Menjelaskan kepada umat tentang makna Umat[an] Washath[an] yang sebenarnya.
Kedua: Terus menerus melakukan perang pemikiran dengan melawan stigma radikalisme terhadap ajaran dan perbuatan yang sejalan dengan syari'at Islam. Dengan berupaya menjelaskan kepada umat bahwa, arti dan tujuan dari lebel Islam radikal dan Islam moderat.
Ketiga: Penting bagi umat untuk terus memberikan pencerahan dan penjelasan tentang hakikat kebenaran (Islam), sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadist secara menyeluruh, tujuan dari penciptaan manusia, kehidupan dan alam semesta.
Keempat: Melakukan edukasi atau pemahaman kepada umat tentang bahaya imperialisme epistemologi Barat, yang digencarkan melalui berbagai istilah menyesatkan sebagai propaganda menyerang dan menfitnah Islam.
Kelima: Istiqamah dalam dakwah dan memperjuangkan khilafah yang dibarengi juga dengan penjelasan kepada umat akan kebenaran khilafah, sebagaimana yang telah disepakati atas kewajiban menegakkannya oleh para ulama.
Oleh: Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum (Pakar Hukum dan Masyarakat) dan Liza Burhan (Analis Mutiara Umat)
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpgainst
0 Komentar