Kehidupan yang Sempit bagi Siapa Saja yang Berpaling dari Zikrullah


TintaSiyasi.com-- Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, washsholatu wassalamu ala rasulillah, waala alihi washohbihi waman walah, wabadu:

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ (124)

"Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit, dan Kami menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS Thoha ayat 124).
 
Imam Ibnu Katsir ra dalam kitab tafsirnya berkata: 

( ومن أعرض عن ذكري ) أي : خالف أمري ، وما أنزلته على رسولي ، أعرض عنه وتناساه وأخذ من غيره هداه ( فإن له معيشة ضنكا ) أي : في الدنيا ، فلا طمأنينة له ، ولا انشراح لصدره ، بل صدره [ ضيق ] حرج لضلاله ، وإن تنعم ظاهره ، ولبس ما شاء وأكل ما شاء ، وسكن حيث شاء ، فإن قلبه ما لم يخلص إلى اليقين والهدى ، فهو في قلق وحيرة وشك ، فلا يزال في ريبة يتردد . فهذا من ضنك المعيشة .

"Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu,". Yakni; menyelisihi perintahKu dan apa yang Aku turunkan kepada RasulKu. Dia berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil petunjuk dari yang lainnya. "maka baginya kehidupan yang sempit". Yakni; di dunia, dia tidak memiliki ketenangan, tidak ada kelapangan di dadanya, tapi dadanya sempit karena kesesatannya, meskipun penuh nikmat lahirnya, berpakaian sesukanya, makan semaunya, dan tinggal dimana saja, tapi
 hatinya selagi belum ikhlas menerima keyakinan dan petunjuk, maka selalu dalam kegoncangan, kebingungan dan kebimbangan. Dan dia selalu dalam keraguan dan kebimbangan. Maka inilah arti kesempitan kehidupan." (Tafsir Ibnu Katsir). 

Kesimpulan: Arti dzikriy menurut Tafsir Ibnu Katsir ialah perintah Allah dan apa-apa yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, yakni syariat agama Islam. Sedang kehidupan yang sempit itu terjadi sejak di dunia. 

Imamul Mufassiriin Al Qurthubi berkata:

ومن أعرض عن ذكري، أي ديني وتلاوة كتابي ، والعمل بما فيه . وقيل : عما أنزلت من الدلائل . ويحتمل أن يحمل الذكر على الرسول ؛ لأنه كان منه الذكر 

"Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu", yakni dari agamaKu, membaca kitabKu dan mengamalkan kandungannya (mengerjakan perintahnya serta menjauhi larangannya)". Dikatakan : "Berpaling dari dalil-dalil yang menunjukkan atas kekuasaan Allah". Dzikri juga bisa diartikan Rasulullah, karena beliaulah yang telah membawanya." (Tafsir Al Qurthubi). 

Kesimpulan: Berpaling dari dzikriy artinya dari agama Islam, membaca dan mengamalkan kitab Al-Qur'an, atau berpaling dari Rasulullah SAW, yakni dari Assunnah. 

Di bawah adalah tafsir Imam Thobari dengan ringkas. Aththobari ra berkata:

يقول تعالى ذكره ( وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي ) الذي أذكره به فتولى عنه ولم يقبله ولم يستجب له، ولم يتعظ به فينـزجر عما هو عليه مقيم من خلافه أمر ربه ( فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا ) 

"Allah taala berfirman; "Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu", yang Aku peringatkan dia dengannya, lalu dia berpaling darinya, tidak menerimanya, tidak meresponnya, tidak mengambil mauizhoh dengannya sehingga dia meninggalkan perbuatannya, dan dia terus menyelisihi perintah Robbnya, "maka sungguh baginya kehidupan yang sempit".

عن ابن عباس، قوله ( فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا ) يقول : الشقاء . . . عن مجاهد، قوله (ضَنْكا) قال : ضيقة

Dari Ibnu Abbas Firman Allah, "maka sungguh baginya kehidupan yang sempit". Ibnu Abbas berkata;  "Syaqo' (kesengsaraan atau kecelakaan)"
Dari Mujahid, firman Allah, "Dhonka", Ia berkata; "Dhoyyiqoh (kehidupan yang sempit)". 


Di Mana dan Bagaimana Kondisi dan Tempat yang Sempit Itu?

Imam Thobari ra menjelaskan (secara ringkas): Pertama. Di akherat, yaitu di neraka Jahanam, ketika makanan mereka adalah Dhori (pohon duri dari api), Zaqum (pohon yang buahnya pahit dan tidak enak dimakan yang tumbuh di neraka jahannam) dan Ghislin (cairan yang keluar dari kulitnya ahli neraka seperti nanah yang busuk). Kedua. Kehidupan yang haram, karena sesuatu yang haram itu meskipun luas dan banyak, maka sempit dan menyempitkan.

Ikrimah ra berkata:

هي المعيشة التي أوسع الله عليه من الحرام

"Ia adalah kehidupan yang diluaskan oleh Allah dari haram".

Abu Hazim ra berkata:

 رزقا في معصيته

"Rizki dalam kemaksiat kepada Allah".

Imam Dhohak ra berkata:

 الكسب الخبيث، العمل الخبيث، والرزق السيئ.
"Usaha yang buruk, pekerjaan yang buruk, dan rizki yang buruk".

Ibnu Abbas ra berkata:

 كلّ مال أعطيته عبدا من عبادي قلّ أو كثر، لا يتقيني فيه، لا خير فيه، وهو الضنك في المعيشة

"Setiap harta yang Aku berikan kepada seorang hamba dari hamba-hambaKu, sedikit atau banyak, dimana hamba tidak bertaqwa kepadaKu pada harta itu, maka tidak ada kebaikan pada harta itu. Dan itulah kesempitan dalam kehidupan".

Diceritakan: "Bahwasanya ada suatu kaum yang sesat dan berpaling dari haq. Mereka telah memiliki keluasan rizki dan dunia dalam genggamannya. Tetapi kehidupan mereka sempit. Karena mereka meyakini bahwa Allah azza wa jalla tidak mengganti kehidupan mereka ketika mereka menginfakannya dalam kebaikan. Mereka buruk sangka dan mendustakan Allah. Dan ketika ketika mereka sudah mendustakan Allah dan buruk sangka kepadaNya, maka menjadi sempitlah kehidupannya. Itulah dhonka, kesempitan yang sesungguhnya". 

Said Alkhudri ra berkata:

 عذاب القبر يضيق عليه قبره حتى تختلف أضلاعه

"(Kehidupan yang sempit adalah) adzab kubur. Kuburnya disempitkan sehingga tulang-tulang nya hancur".

Abu Said ra berkata:

 المعيشة الضنك: عذاب القبر، إنه يسلط على الكافر في قبره تسعة وتسعون تنينا تنهشه وتخدش لحمه حتى يُبعث، وكان يقال: لو أن تنينا منها نفخ الأرض لم تنبت زرعا.

"Kehidupan yang sempit ialah adzab kubur. Sungguh dikerahkan kepada orang kafir sembilan puluh naga yang menyemburkan api dari mulutnya, yang menggigit dan mencabik-cabik dagingnya sampai ia dibangkitkan (pada hari kiamat). Dan dikatakan; "Seandainya satu naga darinya meniupkan api ke bumi, maka tidak akan bisa menumbuhkan tanaman".

Abu Hurairah ra berkata:

 يطبق على الكافر قبره حتى تختلف فيه أضلاعه، وهي المعيشة الضنك التي قال الله : مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى 

"Dihimpitkan atas orang kafir kuburnya sehingga tulang-tulangnya hancur. Itulah kehidupan yang sempit sebagaimana Firman Allah... ".

Abu Jafar berkata: "Pendapat yang paling dekat kepada kebenaran adalah pendapat yang mengatakan bahwa kehidupan yang sempit itu adzab kubur. Abu Hurairah ra berkata; Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 أتَدْرُونَ فِيمَ أُنـزلتْ هَذِهِ الآيَة ( فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ) أتَدْرُونَ مَا المعيشَةُ الضَّنْكُ؟ " قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: عَذَابُ الكافرِ فِي قَبْرِهِ، والَّذِي نَفْسِي بَيَدِهِ أنَّه لَيُسَلَّطُ عَلَيْهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ تِنِّينا، أتَدْرُونَ ما التِّنِينُ: تسْعَةٌ وَتسْعُونَ حَيَّه، لكلّ حَيَّه سَبْعَةُ رُءُوسٍ، يَنْفُخُونَ فِي جِسْمِهِ وَيَلْسَعُونَهُ وَيخْدِشُونَهُ إلى يَوْمِ القِيامَةِ 

"Apakah kamu tahu pada siapa ayat ini (QS Thoha: 124/ diatas) dirurunkan? Apakah kamu tahu apakah kehidupan sempit itu?", sahabat menjawab: "Allah dan Rasulullah yang lebih tahu". Rasulullah bersabda: "Adzabnya orang kafir di kuburnya. Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya, sesungguhnya dikerahkan atasnya sembilan puluh sembilan ular naga. Setiap ular punya tujuh kepala yang menyemburkan api pada tubuhnya, menyengat dan mencabik-cabiknya sampai hari kiamat".

Allah SWT telah meneruskan dengan firmanNya;

وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى

"Dan sungguh adzab akherat lebih berat dan lebih tetap".

Maka dengannya diketahui bahwa kehidupan yang sempit yang telah Allah jadikan untuk mereka adalah sebelum adzab akherat. Karena ketika kehidupan yang sempit itu di akherat, maka tidak ada arti yang difahami bagi firmanNya; "Dan sungguh adzab akherat lebih berat dan lebih tetap". Karena ketika tidak ada adzab bagi mereka yang mendahului sebelum adzab akherat sehingga adzab akherat itu lebih berat dan lebih tetap, maka batallah makna firmanNya; "Dan sungguh adzab akherat lebih berat dan lebih tetap".

Ketika demikian adanya, maka kehidupan yang sempit yang dijadikan Allah bagi mereka tidak lepas dari kehidupan dunia atau di dalam kubur mereka sebelum hari kebangkitan, bukan di akherat. Ketika terjadi di kehidupan dunia, maka setiap orang dari kaum kuffar yang berpaling dari dzikrullah, maka sempitlah kehidupannya. 

Sedang firman Allah:

وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaaan buta".

Abu Sholeh berkata: "Laisa lahuu hujjatun / Buta artinya tidak memiliki hujjah". Imam Mujtahid berkata: "Anil hujjati / Buta dari hujjah". Dan dikatakan: "Yuhsyaru amal bashori / ia dihimpun dalam keadaan buta penglihatan matanya". Dan Abu Jakfar berkata:

 والصواب من القول في ذلك ما قال الله تعالى ذكره، وهو أنه يحشر أعمى عن الحجة ورؤية الشيء كما أخبر جلّ ثناؤه، فعمّ ولم يخصص

"Yang tepat dari pendapat tersebut adalah sesuai firman Allah, yaitu ia dihimpun dalam keadan buta dari hujjah dan dari melihat sesuatu, sebagaimana diberitakan Allah. Jadi firman itu umum, tidak dikhususkan".


Tinjauan Ayat dari Sisi Ilmh Ushul Fiqh

Mari perhatikan surat Thoha ayat 124 ini lafadz per lafadz. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ 

"Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Lafadz من (man / siapa saja) termasuk lafadz yang memiliki arti umum, siapa saja; laki-laki (mudzakkar) atau perempuan (muannats); satu orang (mufrod), dua orang (mutsanna) atau tiga orang lebih (jama); muslim maupun kafir. Karena muslim yang berpaling dari peringatan Allah hukumnya adalah kafir (murtad). 

Lafadz ذكر yang dimudhofkan kepada ي mutakallim menunjukkan arti khusus, dzikir punya Allah, baik berupa mauizhoh, agama, syariat, atau rasul. Bukan dzikir dari selain Allah SWT. 

Lafadz معيشة (kehidupan) berupa isim nakiroh juga memiliki arti umum, baik kehidupan berupa tempat tinggal, tempat kerja, ekonomi, pribadi, jamaah, masyarakat atau kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedang lafadz ضنكا (yang sempit) hanyalah shifat/naat yang menentukan corak kehidupan yaitu yang sempit, kebalikan dari yang luas. 

Kehidupan dimaksud adalah kehidupan sebelum hari kebangkitan dari kubur atau dari kematian dari kehidupan dunia sampai kehidupan alam barzah atau alam kubur. Karena Allah telah melanjutkannya dengan firmanNya, ونحشره يوم القيامة أعمى (dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta). Ini adalah qorinah bahwa kehidupan yang sempit itu sebelum hari kiamat, sebelum keadaan buta. Karena hari kiamat adalah tempat keadaan yang buta, bukan kehidupan yang sempit. Lafadz أعمى (yang buta) juga isim nakiroh yang berarti umum, bisa buta dari hujjah atau buta mata penglihatannya sehingga tergelincir ketika melintas shiroth mustaqim. 

Lalu diterapkan atas ayat tersebut kaidah syara yang populer, yaitu:

العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب

"Penilaian itu dengan keumuman lafzdznya, bukan dengan kekhususan sebabnya".


Negara yang Berpaling dari Dzikri

Dzikri seperti diatas memiliki makna khusus, yaitu dzikr punya Allah, yakni dzikrullah. Yaitu mau`izhoh, syariat, agama, atau utusan Allah SWT. Negara yang berpaling dari dzikrullah adalah negara yang tidak menerapkan hukum-hukum (syariat) Allah yang memancar dari aqidah Islam, yang terhimpun menjadi ideologi, yang memancarkan semua jenis sistem yang dibutuhkan oleh negara, untuk mengatur jalannya roda pemerintahan. Jenis-jenis sistem itu adalah; sistem pemerintahan (khilafah), sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem sangsi hukuman, dan sistem politik dalam dan luar negeri, dimana semuanya harus islami, karena memancar dari aqidah Islam. 

Negara manapun di dunia dan negara apapun bentuknya, ketika berpaling dari dzikrullah, maka semua kondisi, semua lini dan dimensinya pasti diterjang dan ditimpa oleh kehidupan yang sempit.

Proses dan jalannya roda pemerintahannya sempit, banyak biaya tapi hasilnya nihil dan lebih buruk dari sebelumnya; ekonominya sempit, terjatuh dan tersungkur, karena berbasis pada riba dan pajak juga hutang yang menggunung; pendidikannya sempit, carut-marut tidak pokus dan tidak terarah karena banyak kepentingan kapitalis yang numpang; pergaulannya sempit, laksana binatang ternak dan binatang buas, bahkan lebih buruk. Mulai dari poyah-poyah, hura-hura, tawuran, saling bunuh, sampai sex bebas yang melahirkan aborsi (bayi mati) dan bayi hidup yang tak jelas ayahnya; sangsi hukum bagi pelanggar aturan dan penjahatnya sempit, tidak sebanding dengan pelanggaran dan kejahatannya. Sehingga tidak membuat jera dan tidak pula menjadi penebus dosa di akhirat; dan politik dalam dan luar negerinya sempit, hanya menjadi kepanjangan tangan dan sistem penjajah dan kompromi dengan penjajah. 


Akhir Kata

Ketika seorang, dua orang, tiga orang, atau jama'ah dengan anggota terbatas saja bisa diterpa kesempitan hidup atau kehidupan yang sempit, ketika mereka berpaling dari dzikrullah, lalu apa anggapan Anda ketika negara yang mengatur dan mengendalikan puluhan sampai ratusan juta manusia berpaling dari dzikrullah? Tidak ada pengecualian, kecuali pasti diterpa dan dihantam oleh kehidupan yang sempit. Karena itu Kami pengemban dakwah syariah dan khilafah terus berdakwah sampai negara ini, bahkan dunia seluruhnya, diatur dengan sistem pemerintahan Islam, khilafah. Bukan karena Kami mau menghancurkan negara, tapi karena Kami telah melihat dan merasakan kehancuran sebuah negara. Sehingga tidak ada cara dan jalan lain untuk menyelamatkan negara, kecuali kembali kepada dzikrullah, melalui penerapan sistem khilafah. Wallahu a'lam. []


Oleh: Ustaz Abulwafa Romli

Posting Komentar

0 Komentar