TintaSiyasi.com -- Mendengar paparan Ahmad Rusydan, Ph.D, pakar mikrobiologi, juga dr Amin, praktisi kesehatan yang menangani pasien Covid-19 ini banyak ilmu yang kita dapatkan, sekaligus membentuk mindset yang benar. Masalah Covid-19 yang selama ini banyak disalahpahami, sehingga melahirkan sikap yang salah, jelas telah menyebabkan kompleksitas yang luar biasa. Ditambah dengan kebijakan yang tidak sistemik, menyeluruh dan terukur dari awal, menyebabkan ledakan kasus ini seperti puncak gunung es.
Covid-19 adalah virus. Virus ini, sebagaimana virus yang lain, adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan memiliki khasiat tertentu. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui dua lubang, hidung dan mulut, kemudian masuk dan bersarang di paru. Serangan virus ini bisa menyebabkan pengentalan bahkan darah beku, yang mengakibatkan penderita kekurangan oksigen. Meski masing-masing penderita kondisi daya tahan tubuhnya bisa berbeda-beda. Karena itu, ada yang bisa sembuh, dan tidak jarang yang berakhir dengan kematian.
Bagaimana kita mendudukkan masalah ini? Pertama, dalam konteks qadha dan qadar, kita harus meyakini, bahwa qadha dan qadar, baik dan buruknya, dua-duanya berasal dari Allah. Qadha adalah perbuatan yang menimpa kita, yang tidak bisa kita elakkan. Sedangkan qadar adalah khasiat yang diciptakan oleh Allah pada benda, termasuk mikroba. Covid-19 dengan khasiatnya adalah bagian dari qadar yang Allah ciptakan. Kita juga tahu, bagaimana dia masuk ke dalam tubuh kita? Melalui dua lubang hidung dan mulut. Karena itu, untuk menangkal atau menghindari masuknya virus ini di dalam tubuh kita, cara pertama adalah disiplin memakai masker, tidak banyak bicara, dan sedikit interaksi dengan orang asing. Ketika bicara tidak membuka masker.
Kedua, termasuk disiplin mencuci tangan, agar kuman yang menempel di tangan, ketika digunakan untuk mengusap mata, hidung atau mulut tidak menjadi alat penghantar masuknya virus. Begitu juga dengan pakaian dan badan, setelah terpapar bakteri dari luar segera mandi dan dibersihkan.
Ketiga, sebelum terkena virus, dilakukan penguatan fisik, dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi ini untuk memberikan proteksi dari dalam, agar virus yang menyerang bisa ditangkal oleh daya tahan tubuh yang telah divaksin. Selain vaksinasi, juga bisa dilakukan penguatan fisik, dengan mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin. Menghindari gula, atau konsumsi karbohidrat yang berlebihan, supaya daya tahan tubuh kita kuat.
Ketiga, berolahraga secara rutin, demi menjaga kesehatan tubuh.
Keempat, selain ikhtiar secara fisik, juga harus dilakukan ikhtiar secara non-fisik, baik secara psikis maupun spiritual. Dalam situasi yang serba amburadul, bahkan nyaris tidak ada yang bisa diharapkan, mindset yang benar ini penting. Ketika tidak bisa berharap kepada sistem yang ada, maka kita harus berikhtiar secara personal, agar tetap sehat dan kuat. Karena, ini dibutuhkan untuk dakwah dan mengemban risalah. Karena itu, niatkan menjaga kesehatan dan tetap hidup sehat sebagai bagian dari misi mengemban dakwah. Karena dakwah ini harus diemban oleh orang-orang yang sehat.
Ingat, betapapun hebat ilmu dan kemampuan seseorang, jika sakit, maka semuanya tidak ada artinya. Karena tidak bisa mengemban amanah. Tidak bisa menyampaikan ilmunya. Tidak bisa berdakwah. Jadi, hidup sehat itu penting. Menjaga kesehatan itu juga penting.
Dengan akal dan cara berpikir yang benar, kita bisa berikhtiar maksimal agar tetap bisa hidup sehat, dan menjaga kesehatan. Dengan akal dan cara berpikir yang benar, ketika kita sakit, maka ingat, ada tugas dakwah yang menanti, maka kita harus bangkit, dan sehat. Berobat dan berikhtiar agar sembuh dari sakit. Niatkan, semuanya untuk menunaikan risalah, mengemban dakwah.
Karena itu, selain ikhtiar fisik, terus menerus kita harus menguatkan hubungan dan perlindungan dari Allah. Dengan melanggengkan dzikir, selesai shalat Rawatib, dzikir pagi dan petang, dan dalam kondisi-kondisi lapang dan susah. Menjaga qiyamul lail, shalat Dhuha, membaca Al-Qur’an, dan terus-menerus mengokohkan iman adalah modal utama kita. Terutama iman kepada qadha dan qadar, tawakal, rizki, dan ajal. Selalu husnudhan kepada Allah.
Inilah mindset dan sikap yang benar dalam menghadapi pandemi ini.
Oleh: KH Hafidz Abdurahman, M.A.
Khadim Ma'had Syaraful Haramain
Catatan dari Majelis Taushiyah, Doa dan Dzikir Akbar, Ahad, 4 Juli 2021
0 Komentar