TintaSiyasi.com-- Meski tiap Agustus teriakan kata merdeka bersahutan.
Namun ratapan rakyat kecil makin merintih.
Tak lagi sanggup bertahan hidup.
Perut kering dalam kehampaan masa depan.
Negeri merdeka setengah tiang.
Merdeka, tapi terus diratapi rakyatnya sendiri.
Sebab nasib mereka tak kunjung membaik.
Janji pemilu hanya pepesan kosong belaka.
Negeri merdeka setengah tiang.
Rakyat hanya disuguhi hiburan makan kerupuk.
Atau lomba panjat pinang, lomba warisan penjajah.
Bahkan, kadang hiburan yang dibumbui amoralitas.
Teriakan merdeka tak lebih dari kebuntuan belaka.
Lihatlah rakyat melarat makin bertambah.
Mengapa utang negara makin menggunung?
Sementara pajak makin mencekik kerongkongan.
Negeri merdeka setengah tiang.
Ketika hukum dan ideologi penjajah masih diadopsi.
Negara masih bertekuk lutut di bawah hegemoni negara lain.
Di saat slogan kadaulatan sebatas lip service tanpa makna.
Negeri merdeka setengah tiang.
Mereka tapi belum sempurna.
Merdeka tapi masih terjajah.
Merdeka tapi air mata rakyat terus berdarai.
Merdeka sepenuh tiang itu.
Tatkala rakyat terlepas dari belenggu manusia.
Berhijrah kepada kehambaan kepada Allah semata.
Dalam seluruh dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. []
Oleh: AhmadSastra
KotaHujan, 16/08/21 : 09.30 WIB
0 Komentar