TintaSiyasi.com -- Pada akhir abad ke 15 M, setelah Frans Ferdinand menikah dengan Ratu Isabella dari Aragon, daya tempur kerajaan Kristen di Spanyol makin bertambah kuat saja. Apalagi kekuatan Islam yang bisa dijadikan tempat untuk bertahan di Andalusia hanyalah tinggal Granada.
Pada tanggal 2 Februari 1492, Granada pun akhirnya jatuh ke tangan penguasa Kristen Spanyol. Lembaga inkuisisi yang dibentuk oleh geraja dengan semangat reconquista melakukan pengusiran, pembersihan dan pembunuhan bagi siapa saja yang tidak mau meninggalkan agama Islam dengan siksaan yang keji tak terkira.
Umat Islam di Andalusia banyak yang kemudian meninggalkan Andalusia dengan bekal apa adanya. Yang tetap tinggal di Andalusia mencoba bertahan dengan kehinaan dan siksaan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka lalu berteriak mengirim surat kepada Khalifah Turki Utsmani untuk diselamatkan dari beratnya siksaan dan penghinaan Penguasa baru Andalusia namun belum juga ada tanggapan.
Teriakan tersebut terdengar pula oleh perompak bersaudara yang dikenal dengan nama Barbarossa, atau si Janggut merah penguasa perairan Mediterania. Sebagai seorang Muslim, Barbarossa kemudian tergerak hatinya untuk menolong saudara seiman mereka, lalu membantu saudara Muslim mereka untuk menghindar dari kekejian penguasa baru di Andalusia.
Pada tahun-tahun berikutnya, Barbarossa bersaudara berhasil merangsek dan menyerbu Andalusia serta menyelamatkan puluhan ribu umat Islam untuk mereka ungsikan ke Afrika Utara.
Peristiwa heroik ini terdengar oleh Sultan Beyezid dan akhirnya Barbarossa bersaudara diminta untuk bekerja sama dengan Angkatan Laut Turki Utsmani menyerang Spanyol di Andalusia.
Perjanjian Tordesilas yang membagi dunia menjadi dua bagian, yaitu wilayah Portugis dan Spanyol memberikan kesempatan bagi Portugis untuk masuk ke daerah Afrika dan merebut banyak wilayah kekhilafahan Turki Utsmani disana.
Apalagi dendam reconquista yang telah membakar mereka selama 700 tahun lamanya, akhirnya mendapatkan kayubakar dengan ditaklukkannya Andalusia. Mereka semakin bersemangat untuk mengalahkan umat Islam, bahkan bercita-cita untuk masuk ke Madinah dan mencuri jasad Rasulullah SAW.
Dari Andalusia mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kemaritiman serta persenjataan untuk menjalankan misi gerejawi mereka yaitu: gold, gospel and glory.
Barbarossa bersaudara tentu saja tidak tinggal diam. Bersama-sama angkatan laut Turki Utsmani, mereka kembali bergerak untuk menghalau dan mengusir Portugis dari wilayah muslim dan mengalahkan kekuatan angkatan laut mereka di Afrika.
Kisah heroik Barbarossa bersaudara menjadi legenda berabad-abad lamanya. Bangsa Eropa menceritakan Barbarossa sebagai perompak kejam, licik dan bengis untuk menutupi kekalahan mereka. Sedangkan umat Islam akan selalu mengenang mereka sebagai pahlawan yang baik hati, penuh kasih sayang dan berakhlak mulia. Wallahu a'lam bishshawwab.
Oleh: Trisyuono Donapaste
Aktivis Penggerak Perubahan
0 Komentar