TintaSiyasi.com -- Segudang impian dan rencana telah tersusun rapi, namun terkadang kita harus siap jika tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika ikhtiar dan doa sudah kita jalani, ternyata qadharullah berkata lain.
Di atas segala yang kita usahakan, ada takdir Allah yang menjadi ketentuan-Nya. Bahwa dalam hidup, tidak semua yang kita inginkan akan terwujud, sekalipun kita merasa sudah maksimal berusaha dan berdoa.
Maka, tetaplah berbaik sangka pada apa yang menjadi ketetapan-Nya. Karena bisa jadi, Allah telah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang sudah kita usahakan. Namun, Allah mempunyai cara lain untuk memberikannya kepada kita. Entah itu ditambah dengan ujian waktu, sakit, kegagalan atau yang lainnya. Maka teruslah berusaha dan tetap yakin pada-Nya.
Kita sebagai hamba hanya bisa berencana, Namun Allah lah yang menentukan hasilnya,
Maka serahkan semua hasil akhirnya kepada-Nya, walaupun itu kadang pahit tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi yakinlah, bahwa itu adalah yang terbaik, sebab bisa jadi esok akan ada bahagia di kemudian hari atau Allah akan gantikan dengan sesuatu yang lebih indah di akhirat nanti.
Dari itu, teruslah merubah diri menjadi lebih baik lagi, sebab ini menjadi modal utama dalam hidup. Jangan sampai kegelisahan dan kesedihan menjauhkan kita dari kebaikkan,dan berbuat baik. Sebab, sebaik-baik manusia adalah ia yang mau merubah dirinya lebih baik lagi.
Bersegeralah untuk berhijrah, dari keburukan menuju kenaikkan. Dan berhijrah harus tetap istiqamah lillah, tidak sedikit dari mereka yang berhijrah namun ditimpa berbagai ujian dari Allah. Ujian dalam hidup bukan berarti Allah telah menghukum hamba-Nya yang telah berhijrah.
Namun, Allah hendak melihat sejauh mana keimanan dan ketakwaan kita tetap teguh di atas jalan hijrah. Yaitu jalan kebenaran, jalan yang Allah ridhai.
Agar kita bisa bertahan di jalan hijrah, dan melewati berbagai ujian hidup pascahijrah. Maka butuh istiqamah lillah dalam ketaatan, di jalan hijrah.
Bila tidak mampu istiqamah, maka kefuturan akan senantiasa mengejar dan melanda.
Hanya orang-orang pilihan-Nya yang mampu istiqamah di atas jalan kebenaran Islam kaffah.
Lantas, bagaimana agar bisa istiqamah lillah dalam hijrah?
Yaitu perlu akidah yang kuat, Islam telah mensyariatkan akidah sebagai ikatan yang paling tinggi. Ikatan akidah ini menentukan sikap, cara pandang dan kehidupan seorang Muslim/Muslimah.
Akidah ini mengantarkan seseorang memiliki pemikiran, perasaan dan kecenderungan ingin diatur oleh aturan yang sama, yaitu Islam. Akidah juga merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa seseorang berhijrah.
Bila pertanyaan ini dijawab sesuai dengan konsep akidah yang benar, maka akan memberikan alasan yang kuat. Bahkan membuat seseorang kuat di jalan yang telah dipilih, yaitu jalan hijrah (Islam)
Dan uqdatul qubro pun dapat terjawab, pertanyaan dari mana asal manusia? Untuk apa manusia hidup? Akan ke mana setelah mati?
Ini adalah konsep berakidah yang benar. Sebab, jawaban dari ketiga pertanyaan itu hanya satu, yaitu Allah. Manusia berasal dari Allah, hidup untuk Allah (beribadah), dan akan kembali kepada Allah.
Bila ujian dari Allah datang silih berganti menerpa kehidupan dan menguji keistiqamahan kita. Maka kita akan mampu melaluinya. Sebab telah paham konsep akidah dengan tiga pertanyaan mendasar tersebut.
Dengan seperti itu, kita akan mengatakan pada masalah atau ujian tersebut. “Sesungguhnya engkau dari Allah, Allah mengirimmu sebab Allah tau aku mampu melewatimu.”
Segala yang terjadi dalam kehidupan ini berasal dari Allah. Maka haruslah meminta pada Sang Pemberi ujian hidup untuk membantu menyelesaikan masalah dan ujian yang sedang dihadapi.
Istiqamah lillah di jalan hijrah merupakan wujud ketaatan kita kepada Allah. Bila seluruh syariah Islam diterapkan di dalam seluruh aspek kehidupan. Dan mampu terealisasi dalam individu, bermasyarakat dan juga bernegara, maka manusia akan senantiasa terjaga dari hal-hal yang akan merusak hijrahnya.
Menjalani kehidupan ini dengan terikat oleh hukum syarak, berinteraksi dan bermuamalah sesuai dengan yang disyariatkan Allah.
Bahkan memenuhi gharizah (naluri) dan hajatul ‘udhuwiyah (kebutuhan jasmani) haruslah sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Sebab, ketika syariat Islam menjadi sebuah aturan yang bersifat global, yang diterapkan tidak hanya pada individu saja. Melainkan juga oleh negara. Maka segala kemaksiatan, kejahatan dan kriminalitas akan terminimalisir.
Ini karena syariat Islam memiliki aturan atau hukum yang bersifat baku. Bila ditentang, maka sanksi zawajir dan jawabir akan dilaksanakan.
Lantas, negara wajib menerapkan syariah kaffah untuk melindungi individu dan masyarakat dari segala bentuk kejahatan.
Dan di antara wujud dari istiqamah di jalan Allah adalah adanya persaudaraan Islam, yaitu ukhuwah islamiyah.
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat". (TQS. Al-Hujurat ayat 10)
Dorongan untuk mewujudkan ukhuwah tersebut adalah iman. Ukhuwah yang terbentuk karena iman harus terwujud dalam bentuk tolong-menolong di antara kaum Muslimin. Sesama Muslim akan senantiasa saling mengingatkan dan saling bermuhasabah.
Bila saudaranya lalai dan melakukan maksiat kepada Allah, maka ikatan ukhuwah ini akan menguatkan seseorang berada di atas jalan kebenaran.
Rasulallah SAW bersabda:
“Sungguh kaum Mukmin itu seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ahmad)
Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh seorang Mukmin bagi Mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang Mukmin akan merasakan sakitnya Mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala.” (HR Ahmad)
Begitu pentingnya akidah, syariah, dan ukhuwah dalam menjaga agar kaum muslimin tetap istiqamah di jalan hijrah. Dengan memahami konsep akidah, syariah, dan ukhuwah yang benar.
Maka, akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan senantiasa bermuhasabah ketika melakukan kekhilafan. Baik disengaja maupun tidak disengaja.
Maka, istiqamahlah dalam hijrah. Sebab, istiqomah adalah cara yang terbaik mendapatkan kecintaan Allah. Tidak hanya di dunia, melainkan juga di akhirat kelak.
Oleh: Ross A.R.
Aktivis Dakwah Medan Johor
0 Komentar