TintaSiyasi.com -- Ilmu pendidikan itu bukan kajian ilmiah akan tetapi kajian potensi hidup, maka metodenya adalah metode aqliyyah (berpikir) bukan ilmiah, maka memungkinkan ada kesalahan-kesalahan dalam ilmu pendidikan maupun psikologi. Dari sini akan kita pahami bahwa potensi setiap anak akan berbeda-beda, maka anak pun tidak selalu harus diperlakukan sama.
Adapun terkait dengan metode aqliyyah maka kita harus memahami hakekat sesuatu, dalam hal ini hakekat otak. Otak manusia itu sama berikut bagian-bagian sarafnya secara biologis. Namun otak saja tidak akan melakukan aktifitas berpikir tanpa unsur berpikir lainnya, semisal fakta, indera, dan informasi.
Jadi kecerdasan anak itu hanya karena fungsi mengkaitkan dalam otak, dan akan cerdas ketika otak anak itu sering mengkaitkan antara maklumah (informasi) yang dapat di sekolah atau tempat lain dengan fakta. Bila anak lebih cepat mengkaitkan maka lebih cerdas (sur'atul badiihah). Caranya adalah cepat penginderaan terhadap fakta dan cepat mengaitkan dengan informasi.
Agar kecerdasan ini dapat dicapai seharusnya anak sering mengkaitkan maklumah dengan fakta agar faham, tidak hanya sekadar hafal. Maka kecerdasan dalam konsep ini bisa dimulai dari usia dini.
Adapun terkait kecerdasan anak menurut yang saya pahami metodenya hanya satu talaqqiyan fikriyyan, mendidik anak dengan proses berpikir.
Kecerdasan itu tergantung pada sur'atul ihsas, fakta cepat diindera dan sur'atul rabhti, fakta cepat diikat dengan informasi. Ini yang sesuai dengan hakekat kecerdasan yang sebenarnya, ( والذكاء هو سرعة الإØساس وسرعة الربط)
Kecerdasan adalah kecepatan mengihsas (mengindera) dan kecepatan mengaitkan, maka perlu tahu kuncinya:
Pertama. Kunci cepat mengindera adalah perhatian atau (focus).
Contoh:
kalau kita naik mobil kemudian lihat zat cair mengalir di jalan tapi kita sedang berfikir sesuatu yang lain (tidak focus ) kita tidak akan sadar bahwa itu kemungkinan bensin dan bensin itu bahaya karena akan terbakar kalau bertemu dengan sedikit api.
Tapi kalau kita perhatian (focus) langsung akan lari dari sana sebelum terbakar bensinya kemudian karena ini sangat membahayakan, maka kuncinya adalah fokus (attention)
Kedua. Kunci kecepatan mengikat adalah, informasi sebelumnya (maklumah sabiqah)
Seperti halnya tadi ketika tahu bensin itu dapat membakar, maka orang akan lari menghindari tumpahan bensin tersebut untuk menyelamatkan diri. Yang seperti ini didapatkan dengan sendirinya dari kecepatan mengihsas.
Jadi anak cerdas itu tidak cukup hanya diberi maklumat sabiqah tapi juga kemampuan mengikat fakta dengan maklumah sabiqah (informasi terdahulu)
Tapi untuk menjadi cerdas harus banyak terjadi prosses pengikatan (ar-Rabt) yaitu tidak cukup hanya hafal seperti melihat cairan putih kita sebut itu minyak, ini hanya maklumah sabiqah tapi harus lihat faktanya, misal ditaruh air putih dan minyak dalam satu gelas, kemudian kita sendiri lihat air putih di bawah, air lebih berat dari minyak untuk membedakan fakta. Demikianlah kita sebagai orang tua dalam melejitkan kecerdasan anak.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting Islam
0 Komentar