TintaSiyasi.com -- Sebuah bangunan peradaban tak bisa dilihat secara fisiknya saja, bukan sekadar tentang kemajuan teknologi dan sainsnya. Kecanggihan alat transportasi ataupun kemegahan infrastruktur tak dapat menjadi claimed bahwa ideologi pembentuk peradaban tersebut adalah ideologi yang benar dan shahih.
Ulama Aswaja KH. Rokhmat S. Labib juga menuturkan bahwa kebaikan ideologi yang membentuk sebuah peradaban yang paling penting dilihat dari perilakunya, bukan kemajuan teknologi dan sainsnya. Perilaku orang-orang yang dibentuk oleh peradaban tersebut, apakah perilaku-perilaku yang baik atau justru perilaku jahat, yang menebarkan kejahatan dan menimbulkan penderitaan. Jadi, kebaikan sebuah ideologi yang membentuk sebuah peradaban tidak boleh dilihat secara fisik, tetapi justru perilaku tindak-tanduk dan hasil yang dilakukan terhadap umat manusia.
Kapitalisme yang menjadi ideologi pembentuk bangunan peradaban hari ini, memiliki sistem sosial yang terbentuk dari asas sekuler yang menjadi akidah ideologi ini, materialistik yang menjadi tujuan kebahagiannya, serta liberal yang menjadi gaya hidupnya. Ketiga unsur tersebut menjadi pembentuk sistem sosial dalam peradaban kapitalisme, sekaligus membentuk karakteristik perilaku orang-orang dalam peradaban ini.
Dalam sosiologi, sistem sosial adalah jaringan terpola dari hubungan yang membentuk keseluruhan yang koheren, yang ada antara individu, kelompok, dan institusi. Seorang individu dapat menjadi bagian dari banyak sistem sosial secara bersamaan; contoh sistem sosial meliputi unit keluarga inti, komunitas, kota, negara, kampus perguruan tinggi, korporasi, dan industri (wikipedia).
Seperti apakah denyut materialostik sekuler dalam sistem di peradaban kapitalisme hari ini? Apakah perilaku orang-orang yang dibangun oleh peradaban kapitalisme adalah wujud khairu ummah atau malah mewujud menjadi umat yang terburuk?
Karakteristik Perilaku Manusia yang Terbentuk dalam Sistem Kapitalisme
Barat merupakan sosok real peradaban kapitalisme, sedangkan negeri-negeri Muslim masih bisa dibilang tak terkontaminasi secara kaffah (menyeluruh) meskipun cara pandang kapitalisme pasti mewarnai perilaku umat Muslim.
Dalam peradaban kapitalisme, karakteristik perilaku manusia otomatis tersetting secara sistemis mengikuti cara pandang kapitalisme yang materialistik, sekuler, dan liberal. Ini karena baik secara individu, kelompok bahkan dalam lingkup negara terhubung mengikuti bagaimana sistem kapitalisme mengatur kehidupan mereka di segala lini. Seperti apa sistem kapitalisme membentuk karakteristik perilaku manusia dan membentuk tata kehidupan sosial yang seperti apa?
Pertama, kapitalisme yang menjadikan materi sebagai tujuan kebahagian.
Materialistik merupakan sikap seseorang yang memandang kebahagian atau pencapaian dari sisi materi semata. Sikap ini akan menjadikan seseorang tumbuh menjadi narsistik dan tidak pernah merasa puas. Seseorang dengan sikap materialistik biasanya percaya bahwa memiliki barang berkualitas tinggi adalah definisi kesuksesan. Bahkan, bisa jadi merasa harga dirinya ditentukan oleh harga barang atau produk yang ia miliki.
Orang-orang materialistik memiliki paradigma bahwa uang lebih dari segalanya dan lebih dari apapun. Mereka bekerja bukan sekadar untuk menjadi sukses, tapi memang sudah terobsesi dengan uang. Tentu saja obsesi ini tergiring karena menjadikan uang atau materi sebagai kunci kebahagian. Apalagi memang secara logika, dengan uang segala macam keinginan dapat terpenuhi.
Sikap materialistik yang terinstal dalam diri seseorang akan menjadi semakin parah saat menyatu dengan sifat dasar manusia yang memang tidak pernah puas, selalu ingin lebih dan lebih, menjadikan cenderung tamak. Orang yang materialistis juga lebih cenderung berfokus pada apa yang tidak dimiliki dan tidak dapat bersyukur atas apa yang dimiliki.
Kedua, kapitalisme menjadikan sekuler sebagai akidahnya.
Dalam wikipedia, sekuler dimaknai sebagai sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Nidhamul Islam, menyatakan bahwa kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Ide ini menjadi akidahnya (sebahai asas), sekaligus sebagai qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) serta qaidah fikriyah (kaedah berpikir). Berdasarkan qaidah fikriyah ini, mereka berpendapat bahwa manusia berhak membuat peraturan hidupnya.
Ketika ide ini diemban oleh negara, meskipun negara masih mengakui eksistensi agama, namun pada dasarnya menganggap bahwa kehidupan dunia ini tidak ada hubungannya dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Inilah bahayanya ketika akidah ini telah mencampuri akidah Islam umat Muslim. Karena di dalam Islam, mengakui keberadaan Pencipta baik sebelum dunia, ketika di dunia, maupun sesudah dunia. Dan Islam memiliki aturan-aturan (hukum syara') yang mengikat manusia ketika di dunia yang kelak harus dipertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Pencipta kelak sesudah di dunia. Jadi, ketika akidah ini melekat pada diri seseorang akan menjadikannya semakin jauh dari agamanya. Akan tercipta masyarakat yang sekuler.
Masyarakat dunia Barat pada umumnya dianggap sebagai masyarakat sekuler. Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak dapat menentukan keputusan politis. Beberapa masyarakat menjadi semakin sekuler secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial (wikipedia).
Ketiga, kapitalisme memberikan kebebasan (liberal).
Dalam peradaban kapitalisme, individu diberikan kebebasan sepenuhnya baik dalam ekonomi, bebas memiliki kekayaan tanpa batasan kepemilikan. Begitu pula dalam bertingkah laku, ada hak asasi manusi (HAM) yang akan melindungi kebebasan individu-individu. Jadi wajar saja dalam peradaban kapitalisme ini, ekonomi lebih banyak dikuasai oleh para kapitalis, sehingga semakin tercipta jurang sosial yang tinggi antara si kaya dan si miskin. Perzinahan bukan lagi kejahatan ketika suka sama suka. Begitu juga dengan LGBT bukan lagi dianggap sebagai penyimpangan, namun diakui sebagai wujud penerapan HAM.
Peradaban kapitalisme membentuk setiap individu menjadi individu-individu yang semakin materislistis, dengan pola pikir sekuler, dan berperilaku bebas (liberal). Maka, wajar dalam bangunan peradaban kapitalisme ini akan ditemui individu yang memiliki karakteristik yang serakah, hedonis dan egois. Masyarakat yang tercipta adalah masyarakat yang orang-orangnya individualis, pragmatis, praktis. Dan dalam tataran negara, akan tercipta sebuah negara yang gemar menjajah dengan berbagai cara demi mengeruk kekayaan negara lain, menindas negeri lain yang lemah, menciptakan kezaliman-kezaliman demi sebuah tujuan yang ingin diraihnya.
Denyut Materialistik Sekuler dalam Sistem Sosial Mewujudkan Umat Terburuk di Sistem Kapitalisme
Sistem sosial dalam peradaban kapitalisme dibangun di atas pondasi sekuler, orang-orangnya berpacu demi meraih materi sebanyak-banyaknya, dan hidup bebas semaunya. Cara hidup seperti itu, telah menjadi cara hidup orang-orang di Barat. Bisa jadi disebut sebagai perwujudan peradaban kapitalisme yang sesungguhnya. Bahkan di negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia, berjalan mengikuti langkah-langkah mereka, akibat ideologi kapitalisme yang menguasai dunia hari ini. Seperti apakah dampak tata kehidupan sosial di dalam peradaban kapitalisme?
Pertama, materi tidak mampu menjamin kebahagiaan, menciptakan manusia-manusia serakah, dan memperpanjang kemiskinan.
Mungkin secara nampak, kita sekarang mendapati dunia telah memasuki kemajuan teknologi yang serba canggih. Mulai dari sarana transportasi yang berkembang pesat, mesin-mesin elektronik penunjang aktivitas sehari-hari yang serba canggih, gedung-gedung pencakar langit berlomba-lomba dibangun, namun semua kecanggihan teknologi dan sains tersebut tidak serta merta membuat umat manusianya menjadi bahagia.
Orang-orang materialistik menginginkan yang terbaik dari yang terbaik, seperti ponsel terbaru atau mobil kelas atas. Tetapi ketika keinginan itu tidak terpenuhi, ia tidak bahagia. Penelitian menunjukkan bahwa individu materialistik lebih cenderung mengalami depresi dan tidak puas dengan kehidupan. Penelitian dalam jurnal Personality and Individual Differences menjelaskan orang materialistik merasa lebih sulit untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki, yang menyebabkan mereka menjadi gelisah, sebagaimana dilansir dari laman Medical News Today.
Seorang penulis bernama James Roberts, dari Hankamer School of Business Baylor University, mengatakan fakta bahwa kita dapat beradaptasi dengan baik ketika memahami bahwa harta benda tidak sama dengan kebahagiaan. Karena semakin banyak mengumpulkan harta, kami tidak mendapatkan yang lebih bahagia, hanya meningkatkan poin referensi. Rumah baru seluas 2.500 kaki persegi menjadi dasar keinginan untuk memiliki rumah yang lebih besar. Steve Taylor Ph.D dalam Psychology Today menjelaskan materialistik merupakan reaksi terhadap ketidakpuasan batin. Sebagai manusia, normal bagi kita untuk mengalami perselisihan psikologis yang disebabkan oleh gejolak pikiran kita yang tak henti-henti sehingga memicu pikiran negatif (Tirto.co.id). Jadi, secara fitrahnya kepuasan materi tidak mampu menjamin kebahagiaan yang hakiki.
Dalam peradaban kapitalisme, kasus bunuh diri di dunia masih menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization menunjukkan ada 800.000 orang di dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Dengan kata lain 1 orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap 40 detik secara global. Dengan jumlah ini WHO menyebutkan bunuh diri masuk sebagai 20 besar penyebab kematian di dunia. Dan angka tertinggi bunuh diri didominasi oleh negara-negara sekuler (Kompas.com, 15/5/2022).
Lithuania, negara di kawasan eropa, angka bunuh diri mencapai 31,9 per 100.000 orang. Negara ini pernah dijuluki sebagai negara paling depresi di dunia. Rusia, negara bekas Uni Soviet ini indeks angka bunuh diri mencapai angka 30 per 100 ribu orang. Beberapa faktor yang menyebabkan bunuh diri di Rusia adalah depresi, masalah ekonomi, kesenjangan sosial, kriminalitas, dan lain sebagainya. Guyana, negara di pesisir utara Amerika Selatan ini indeks angka bunuh diri sebesar 29,2 per 100 ribu orang. Kasus bunuh diri di Guyana mayoritas disebabkan oleh depresi, pemerkosaan, kemiskinan, penyakit kronis, minim keterampilan karena rendahnya pendidikan, dan pengangguran. Korea Selatan, memiliki indeks angka bunuh diri hampir 26 per 100 ribu orang. Kebanyakan kasus bunuh diri yang terjadi di korea selatan dipengaruhi oleh faktor depresi, baik itu dalam hal pekerjaan, pendidikan, karir, maupun keluarga. Jepang, angka kematian akibat bunuh diri mencapai 18,5 per 100.000 orang.
Bahkan, di Swiss telah melegalkan penggunaan “mesin bunuh diri” yang menjanjikan kematian relatif tidak menyakitkan dan damai dalam waktu kurang dari satu menit. Mesin berbentuk kapsul itu membuat penggunanya mati melalui hipoksia dan hipokapnia, dengan mengurangi oksigen di dalam ke tingkat kritis (News.okezone.com, 7/12/2021).
Selain itu, peradaban kapitalisme yang memiliki tujuan memperoleh materi sebanyak-banyaknya, menjadikan sebuah negara menjadi fasilitator bagi kaum kapitalis (pemilik modal) untuk menguasai kekayaan-kekayaan negara lain secara legal.
Di Indonesia saja, yang memiliki kekayaan alam berlimpah, namun dalam sistem kapitalisme menjadikan kekayaan alam tersebut tidak dapat dinikmati oleh warga negaranya. Bahkan, tingkat kemiskinan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang 1,04 juta jiwa menjadi 26,5 juta jiwa pada September 2021 dibanding Maret 2021. Sebagai indikator untuk mengukur kemiskinan pada September 2021, garis kemiskinan nasional sebesar Rp 486,17 ribu per kapita per bulan. Dengan rincian, Rp 360 ribu per kapita per bulan untuk kebutuhan makanan dan Rp 126,16 ribu per kapita per bulan untuk kebutuhan non-makanan (Databoks, 17/1/2022). Angka ini bisa dipastikan lebih tinggi dari kenyataannya, pasalnya indikator untuk mengukur garis kemiskinan senilai kurang lebih 500 ribu rupiah per bulan, sangat jauh mustahil memenuhi kebutuhan dengan terus meningkatnya harga barang dan jasa, termasuk naiknya berbagai tarif dan pajak yang ditetapkan pemerintah.
Beberapa negara yang menguasai kekayaan alam Indonesia, di antaranya: (Galamedianews.com, 15/4/2021).
Pertama. Inggris, dengan British Petroleum (BP) yang menjadi operator lama sektor migas di Indonesia. BP sendiri mengelola blok gas tangguh di Papua lewat anak perusahaan BP Berau Ltd, investasi terbaru perusahaan asing asal Inggris ini di blok tersebut mencapai 12,1 miliar dolar AS. Bahkan, kabarnya perusahaan dan investor lain asal Inggris sedang mengincar sektor sumber daya strategis lain, khususnya industri ramah lingkungan.
Kedua. Prancis, dengan perusahaan Total mengelola blok migas Mahakam di Kalimantan Timur. Total bekerja sama dengan Inpex Coorporation dalam mengelola blok Mahakam. Pada 2013, Total memproyeksikan, blok Mahakam memberikan pendapatan sebesar 8,92 miliar dolar AS.
Ketiga. Kanada, dengan Canadian International Development Agency mengembangkan 12 proyek di Sulawesi. Semua proyek ini berhubungan dengan sumber daya alam Indonesia. Khusus di Sulawesi Tengah investasinya mencapai 2 miliar dolar AS lho. Melalui Niko Resources yang menjadi perpanjangan tangan perusahaan migas asal Kanada, kini ada 20 blok yang dikelola dan menjadi pengelola blok terluas di Indonesia.
Keempat. China. Salah satu investasi besar mereka di Tanah Air adalah bidang batu bara. Selain itu, sumber daya alam seperti nikel juga diincar oleh perusahaan asal China. Perusahaan tambang skala menengah dan besar China bergerak di seluruh wilayah, mulai dari Pacitan, Jawa Timur, Pulau Kabaena, dan Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan besar adalah PT Haeng Sung Mini Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel di Halmahera, Maluku dengan target produksi mencapai 200 juta ton. Lalu ada PetroChina perusahaan migas China juga mengelola beberapa blok sumber daya alam di Indonesia.
Kelima. Amerika Serikat (AS). Di bidang tambang dan pengelolaan blok migas, AS merupakan salah satu pemain utama di Indonesia. Freeport Mc Moran, perusahaan tambang yang mengelola lahan di tembaga Pura Mimika Papua. Produksi tambang di situ perhari mencapai 220.000 ton biji mentah emas dan perak. Selain Freeport, ada Newmont perusahaan asal AS yang mengelola beberapa tambang emas dan tembaga di kawasan NTT dan NTB. Tahun 2017, setoran perusahaan ke pemerintah mencapai Rp 689 miliar. Selain itu, ada Chevron memiliki jatah menggarap tiga blok dan memproduksi 35 persen migas Indonesia. Disusul ConocoPhillips yang mengelola enam blok migas. Serta masih banyak perusahaan asal AS lain yang mengusai sumber daya alam Indonesia.
Penguasaan sumber daya alam di Indonesia oleh negara-negara kapitalis kakap ini hanya salah satu contoh, masih banyak negeri-negeri Muslim yang kaya sumber daya alam, namun secara sistem dimiskinkan dalam peradaban kapitalisme. Inilah salah satu contoh karakteristik perilaku manusia dalam peradaban kapitalisme ketika mengelola negara didukung oleh sistem yang menghalalkannya. Penjajahan gaya baru, perampokan secara legal atas nama investasi dan kerjasama, telah menciptakan kemiskinan yang tak berkesudahan di dunia.
Presiden World Bank David Malpass mengatakan, penduduk dalam kategori sangat miskin bakal bertambah 60 juta jiwa tahun ini. Kategori sangat miskin merupakan individu yang hidup dengan pendapatan USD 1,9 atau Rp 27 ribu per hari. Pada 2015, warga dunia yang masuk kategori tersebut mencapai 734 juta jiwa atau 10 persen dari total populasi global (jawapos.com, 2020).
Kedua, sekuler menjadikan manusia jauh dari nilai-nilai agama, berbuat bebas (liberal) mengikuti hawa nafsu dan kesenangan sesaat.
Gaya hidup bebas mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lebih jauh terjerumus ke dalam hedonisme. Apapun akan dilakukan demi meraih kesenangan, tak lagi ada batasan halal haram. Mulai dari maraknya pacaran, perselingkuhan, narkoba, minumam keras, lgbt, dan lain-lain. Ke semua perilaku rusak tersebut menggiring pada kejahatan lain mulai dari perzinahan, aborsi, kekerasan seksual, pembunuhan dan masih banyak lagi turunan angka kriminalitas yang diakibatkan dari gaya hidup bebas ini.
Yang menjadikan lebih miris adalah, peradaban kapitalisme tidak menjadikan kerusakan ini seakan menjadi ladang memperoleh materi sebanyak-banyaknya. Dalam peradaban kapitalisme, pornografi yang menjadi biang maraknya kekerasan seksual menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Aborsi pun tak lepas dari jalan untuk meraup materi sebanyak-banyaknya. Minuman keras yang menjadi induk seluruh kejahatan tak lagi haram dalam peradaban kapitalisme. Dapat dipastikan, peradaban kapitalisme telah menggiring manusia menjadi umat yang terburuk sepanjang peradaban manusia.
Fakta aborsi di dunia, melansir worldpopulationreview.com (22/12/ 2021), Rusia menjadi negara dengan tingkat aborsi tertinggi. Angkanya mencapai 53,7% per 1.000 perempuan. Vietnam menjadi negara kedua dengan tingkat aborsi tertinggi. Tingkat aborsi di negara ini mencapai 35,2% per 1.000 perempuan. Bahkan di Vietnam, aborsi dilegalkan. Menurut National Standards and Guidelines (NSGs) for Reproductive Health Services, aborsi di Vietnam boleh dilakukan sampai usia kehamilan 22 minggu. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tingkat aborsi mencapai 228 per 100 ribu angka kelahiran hidup. Aborsi sudah menjadi ladang bisnis. Permintaan dalam bisnis ini sangat tinggi sehingga menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Setiap tahun, sedikitnya 2 juta janin digugurkan dengan omzet mencapai miliaran rupiah. Sedangkan, setiap tahun tak kurang dari 56 juta tindakan aborsi dilakukan di seluruh dunia.
Fakta narkoba, dalam World Drug Report UNODC tahun 2020 tercatat sekitar 269 juta orang di dunia menyalahgunakan narkoba (penelitian tahun 2018). Jumlah tersebut 30% lebih banyak dari tahun 2009 dengan jumlah pecandu narkoba tercatat lebih dari 35 juta orang (the third booklet of the World Drugs Report, 2020). Iran merupakan negara dengan pengguna opioid terbesar di dunia mencapai 3,1 juta orang. Amerika Serikat juga menjadi negara ketiga tertinggi dengan penduduk yang menggunakan kokain setelah Guatemala dan Kolombia, yaitu sebanyak 1,12 juta orang. Rusia memperkirakan sekitar 2 juta orang pengguna narkoba dari kalangan remaja. Lebih dari 15 juta orang di Inggris dilaporkan pernah mencoba obat-obatan terlarang (idntimes.com, 15/7/2021).
Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku manusia di dalam perdaban kapitalisme yang menggiring manusia berjalan lebih jauh ke arah kerusakan.
Materialisme menjadikan manusia semakin serakah, selalu menginginkan yang lebih. Melegalkan penjajahan negara-negara kapitalis besar terhadap negara-negara lemah, hingga menciptakan penindasan, kemiskinan tersistem yang tak berkesudahan, melanggengkan kezaliman. Sekuler liberal menjadikan manusia semakin hedonis, individualis jauh dari nilai-nilai agama, terperosok ke dalam lingkaran setan kejahatan yang tak berkesudahan pula. Mulai dari narkoba, perzinahan, lgbt, minuman keras berujung pada meningkatnya angka kriminalitas pemerkosaan, pembunuhan, aborsi, kekerasan seksual, dan lain-lain. Denyut materialistik sekuler dalam sistem sosial mewujudkan umat terburuk di sistem kapitalisme.
Mewujudkan Khairu Ummah dalam Peradaban Islam
Jika melihat sejarah, tercatat bahwa semasa Khilafah Utsmaniyah dengan rentang kurang lebih 500 tahun, angka kriminalitas yang terjadi menurut catatan sejarah dari Universitas Malaya Malaysia, sepanjang kurun waktu itu hanya ada sekitar 200 kasus yang diajukan ke pengadilan. Jumlah ini sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan tindak kriminalitas yang terjadi saat ini. Inindapat menjadi bukti bahwa peradaban Islam memimpin jauh di depan untuk menciptakan manusia-manusia yang jauh dari perilaku-perilaku buruk.
Allah SWT berfirman: "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110).
Label khairu ummah, telah disematkan oleh Allah SWT kepada umat Islam. Namun, ini tentunya ketika umat memegang agamanya, Islam. Dan menjadikan Islam sebagai pola pikir dan pola sikapnya. Menjadikan Islam sebagai pengatur seluruh urusan kehidupannya, baik di ranah keluarga, masyarakat hingga negara.
Dalam sistem Islam, negara memiliki kewajiban meriayah rakyatnya. Di segala lini kehidupan diatur dengan pengaturan Islam. Termasuk dalam sistem sosialnya, ada batasan-batasan yang harus diperhatikan, demi mewujudkan khairu ummah.
Dalam sistem sosial, menyangkut tentang interaksi antara laki-laki dan perempuan. Mengenai pandangan Islam terhadap hubungan laki-laki dan perempuan tidaklah sekedar hubungan untuk menyatukan naluri melestarikan jenis semata. Namun juga, melarang aktivitas yang dapat mendorong timbulnya naluri melestarikan jenis yang tidak sesuai dengan hukum syara’. Sebagaimana firman Allah di dalam surat al-Israa ayat 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
Di dalam kitab An-Nizham Al-Ijtima’I fi Al-Islam, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani pada bab Pengaturan Hubungan Pria dan Wanita, menjelaskan aturan interaksi pria wanita dalam kehidupan umum. Dengan hukum-hukum ini, Islam dapat menjaga interaksi yang mengarah pada hubungan lawan jenis atau hubungan yang bersifat seksual. Sehingga interaksi pria dan wanita tetap dalam koridor kerjasama dalam menggapai berbagai kemaslahatan, yang tidak meninggalkan kerusakan, yaitu:
Pertama, Islam memerintahkan untuk menundukkan pandangan
Kedua, Islam memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian syar’i
Ketiga, Islam melarang seorang wanita melakukan safar (perjalanan) dari suatu tempat ke tempat lain selama perjalanan sehari semalam, kecuali jika disertai dengan mahram-nya.
Keempat, Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan), kecuali jika wanita itu disertai mahramnya.
Kelima, Islam melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali seizin suaminya.
Keenam, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus komunitas wanita terpisah dari komunitas pria.
Ketujuh, Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat
Masih di dalam kitab An-Nizham Al-Ijtima’I fi Al-Islam, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani pada bab Kedudukan Pria dan Wanita, menjelaskan: Islam datang dengan membawa sejumlah hukum yang berbeda, sebagiannya khusus untuk kaum pria, dan sebagian lainnya khusus untuk kaum wanita.
Dalam konteks ini, Islam membedakan antara pria dan wanita dalam sebagian hukum. Islam memerintahkan agar keduanya, kaum pria dan kaum wanita, ridha terhadap hukum-hukum yang khusus tersebut. Sebaliknya, Islam melarang masing-masing pihak untuk saling iri dan dengki serta untuk mengangankan apa yang telah Allah lebihkan kepada sebagian atas sebagian yang lain.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan.” (QS an-Nisâ’ [4]: 32).
Sistem sosial dalam Islam tidak berjalan sendiri, namun ditopang oleh sistem lainnya, baik politiknya, ekonominya, pendidikannya, dan lain-lain semua diatur sesuai dengan aturan Islam.
Islam mewajibkan laki-laki bertanggung jawab atas perempuan yang di bawah perwaliannya, negara berkewajiban memudahkan para pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, dan mendorong mereka memperoleh kebutuhan sekundermya.
Selain itu, kebahagiaan sejati dan kesuksesan dalam Islam tidak didefinisikan oleh perolehan materi tetapi dengan mencari ridha Allah SWT, "...keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar..” [At-Taubah: 72]. Ini jauh berbeda dengan sistem kapitalisme, yang mencari materi sebanyak-banyaknya namun tak pernah mampu memberi kepuasan batin dan membawa kebahagiaan hakiki.
Dengan menjadikan Islam sebagai cara pandang, umat Muslim tidak menempatkan keuntungan materi di atas segalanya. Berbeda dengan kapitalistik yang berfokus pada masalah-masalah material yang sering merugikan orang lain. Sehingga, meminimalkan perilaku eksploitatif dan tidak adil terhadap orang lain.
Khilafah akan menjalankan politik ekonomi Islam. Tujuannya untuk memberikan jaminan pemenuhan pokok setiap warga negara (Muslim dan non-Muslim) sekaligus mendorong mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai dengan kadar individu yang bersangkutan yang hidup dalam masyarakat tertentu.
Sistem ekonomi kapitalisme, dengan konsep kebebasan kepemilikan, telah mengakibatkan terjadinya monopili terhadap barang dan jasa yang seharusnya milik bersama sehingga terjadi kesenjangan yang luar biasa. Sebaliknya, dalam sistem ekonomi Islam dikenal tiga jenis kepemilikan: kepemilkan pribadi; kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Islam membolehkan individu memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, namun ada batasan kepemilikan yang tidak boleh dikuasai individu.
Sistem sosial di dalam Islam, yang memberi batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan, adanya kewajiban saling beramar makruf nahi munkar, serta ditopang dengan sistem-sistem Islam lainnya di semua lini kehidupan akan mendorong manusia menjadi manusia yang jauh dari sifat materialistik, sekuler, dan liberal. Dalam sistem pendidikan Islam, manusia dididik menjadi insan-insan yang berpola pikir Islam dan berpola sikap Islam. Dalam pemenuhan kebahagian, bukan terletak pada materi namun ketakwaan yang membawa pada ridha Illahi. Aturan Islam mengurusi manusia dari mulai bangunan terkecil keluarga hingga negara, tak ada pemisahan antara agama dengan aturan di dalam kehidupan. Berikut juga perbuatan manusia terikat dengan hukum syara, sehingga menjauhkan manusia dari gaya hidup liberal. Ke semua aturan ini, ketika diterapkan akan membawa umat Muslim menjadi khairu ummah, sebagaimana janji Allah, serta akan membawa rahmat bagi alam semesta. []
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst
Kelima, Islam melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali seizin suaminya.
Keenam, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus komunitas wanita terpisah dari komunitas pria.
Ketujuh, Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat
Masih di dalam kitab An-Nizham Al-Ijtima’I fi Al-Islam, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani pada bab Kedudukan Pria dan Wanita, menjelaskan: Islam datang dengan membawa sejumlah hukum yang berbeda, sebagiannya khusus untuk kaum pria, dan sebagian lainnya khusus untuk kaum wanita.
Dalam konteks ini, Islam membedakan antara pria dan wanita dalam sebagian hukum. Islam memerintahkan agar keduanya, kaum pria dan kaum wanita, ridha terhadap hukum-hukum yang khusus tersebut. Sebaliknya, Islam melarang masing-masing pihak untuk saling iri dan dengki serta untuk mengangankan apa yang telah Allah lebihkan kepada sebagian atas sebagian yang lain.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan.” (QS an-Nisâ’ [4]: 32).
Sistem sosial dalam Islam tidak berjalan sendiri, namun ditopang oleh sistem lainnya, baik politiknya, ekonominya, pendidikannya, dan lain-lain semua diatur sesuai dengan aturan Islam.
Islam mewajibkan laki-laki bertanggung jawab atas perempuan yang di bawah perwaliannya, negara berkewajiban memudahkan para pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, dan mendorong mereka memperoleh kebutuhan sekundermya.
Selain itu, kebahagiaan sejati dan kesuksesan dalam Islam tidak didefinisikan oleh perolehan materi tetapi dengan mencari ridha Allah SWT, "...keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar..” [At-Taubah: 72]. Ini jauh berbeda dengan sistem kapitalisme, yang mencari materi sebanyak-banyaknya namun tak pernah mampu memberi kepuasan batin dan membawa kebahagiaan hakiki.
Dengan menjadikan Islam sebagai cara pandang, umat Muslim tidak menempatkan keuntungan materi di atas segalanya. Berbeda dengan kapitalistik yang berfokus pada masalah-masalah material yang sering merugikan orang lain. Sehingga, meminimalkan perilaku eksploitatif dan tidak adil terhadap orang lain.
Khilafah akan menjalankan politik ekonomi Islam. Tujuannya untuk memberikan jaminan pemenuhan pokok setiap warga negara (Muslim dan non-Muslim) sekaligus mendorong mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai dengan kadar individu yang bersangkutan yang hidup dalam masyarakat tertentu.
Sistem ekonomi kapitalisme, dengan konsep kebebasan kepemilikan, telah mengakibatkan terjadinya monopili terhadap barang dan jasa yang seharusnya milik bersama sehingga terjadi kesenjangan yang luar biasa. Sebaliknya, dalam sistem ekonomi Islam dikenal tiga jenis kepemilikan: kepemilkan pribadi; kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Islam membolehkan individu memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, namun ada batasan kepemilikan yang tidak boleh dikuasai individu.
Sistem sosial di dalam Islam, yang memberi batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan, adanya kewajiban saling beramar makruf nahi munkar, serta ditopang dengan sistem-sistem Islam lainnya di semua lini kehidupan akan mendorong manusia menjadi manusia yang jauh dari sifat materialistik, sekuler, dan liberal. Dalam sistem pendidikan Islam, manusia dididik menjadi insan-insan yang berpola pikir Islam dan berpola sikap Islam. Dalam pemenuhan kebahagian, bukan terletak pada materi namun ketakwaan yang membawa pada ridha Illahi. Aturan Islam mengurusi manusia dari mulai bangunan terkecil keluarga hingga negara, tak ada pemisahan antara agama dengan aturan di dalam kehidupan. Berikut juga perbuatan manusia terikat dengan hukum syara, sehingga menjauhkan manusia dari gaya hidup liberal. Ke semua aturan ini, ketika diterapkan akan membawa umat Muslim menjadi khairu ummah, sebagaimana janji Allah, serta akan membawa rahmat bagi alam semesta. []
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst
Oleh: Dewi Srimurtiningsih
Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo
Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo
0 Komentar