TintaSiyasi.com -- Terinspirasi tulisan seseorang yang kuliah mengambil jurusan Kimia mengatakan bahwa orang yang sukses dan orang yang gagal itu sama. Sama-sama mengerahkan potensi, sama-sama mengeluarkan tenaga dan energi, sama-sama menghabiskan waktu, sama-sama membutuhkan proses. Yang membedakannya adalah kualitas prosesnya.
Bagaikan intan dan arang, dalam bahasan kimia anorganik intan dan arang memeiliki unsur yang sama yaitu karbon (C). Yang membedakannya adalah proses pembuatannya. Intan zatnya keras, walau sulit dibentuk namun menghasilkan perhiasan yang berkilau indah. Sedangkan arang zatnya mudah rapuh, gampang dipukul dan mudah hancur. Intan bernilai tinggi dan mahal harganya sedangkan arang bernilai lebih rendah dan murah hargnya.
Dalam proses pembentukannya intan dihasilkan dengan proses yang sangat panjang, butuh suhu panas yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih keras, sulit, deteil, teliti dan butuh keahlian khusus. Arang sangat mudah dibentuk prosesnya mudah, suhu biasa dan prosesnya singkat.
Demikian pula kesuksesan dan kegagalan kita dalam mendidik anak. Potensi anak kita dan anak orang lain itu sama, sama-sama diberi Allah potensi berpikir dan naluriyah. Namun kenapa hasilnya bisa berbeda, ada anak bagaikan intan yang berkilau kepribadian Islamnya dan sedap dipandang mata namun ada anak bagaikan arang, rapuh kepribadian dan mudah hancur, maka yang membedakan itu adalah proses.
Proses yang instan dalam mendidik bagaikan membentuk arang, akan muda hancur. Misal ketika anak didik untuk berpuasa di bulan ramadhan dengan ancaman dan paksaan, mengeluarkan kata-kata yang membuat anak takut, “Kalau nanti tidak puasa awas ya, tidak boleh ikut abi jalan-jalan". Atau ketika menginkan anak memiliki adab sopan santun terhadap orang tua, keluarlah kata-kata instan, “Kamu ini ya, sudah dibesarkan hingga usia sepuluh tahun masih menjadi anak durhaka, awas ya sekali lagi membantah ayah, tidak akan dikasih uang jajan". Dan masih banyak lagi proses menghasilkan arang yang dilakukan orang tua dalam mendidik, jelas saja kepribadian Islamnya tidak kunjung terbentuk.
Beda halnya proses yang panjang, karena mendidik anak itu memang butuh keahlian khusus, ilmu yang memadai, sarana yang khusus, pencermatan yang teliti pada tumbuh kembang anak, harus deteil melihat kecenderungan-kecenderungan anak dan butuh kesabaran tingkat tinggi. Bagaikan intan, proses mendidik itu membutuhkan waktu, suhu yang tinggi untuk memanaskan akidah islamiyah dalam benak anak, butuh gergaji yang pas untuk bisa membentuk pola berpikir dan pola jiwa anak, agar anak itu kokoh dan nampak berkilau di setiap sudut mata memandang. Juga butuh tekanan yang keras berupa masalah-masalah yang dihadapi agar anak semakin tertempa dalam mencari solusi. Temperatur yang tinggi dan tekanan yang keras justru dapat merubah karbon menjadi intan.
Jangan pernah takut membiarkan anak menghadapi masalah hidup, justru jangan selalu diselesaikan oleh orang tua, biarkan anak mencoba sendiri menghadapi cobaannya dan kita yang memanaskan pemikirannya dengan ideologi Islam, sehingga anak muncul sebagai sosok pribadi yang tangguh.
Nah pilih mana bunda. Pilih intan atau arang? []
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting Islam
0 Komentar