Mengenal Bisikan Baik dan Bisikan Jahat

TintaSiyasi.com -- Sobat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jika terngiang-ngiang dalam pikiran kita yang mendorong-dorong untuk  melakukan  keburukan dan menunda melakukan  kebaikan maka itulah bisikan setan. Jika terngiang-ngiang dalam pikiran kita yang mendorong-dorong melakukan kebaikan dan semakin menguatkan yang benar adalah benar maka itu adalah bisikan malaikat".

Sobat. Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abdin bahwa apabila kau ingin mengetahui dan membedakan  antara bisikan baik  dan bisikan jahat, hendaklah kau menimbang bisikan yang muncul  pertama kali dengan salah  satu dari empat hal berikut:

Pertama. Timbangan pertama adalah syariah. Hendaknya kau menimbang sesuatu yang terlintas dalam hatimu berdasarkan syariah. Jika bisikan itu sesuai dengan syariah maka bisikan itu adalah bisikan baik. Sebaliknya jika bisikan  itu bersifat keringanan (rukshah) atau syubhat maka bisikan itu adalah bisikan jahat.

Kedua. Timbangan kedua adalah teladan dari orang-orang shaleh zaman terdahulu (salafush shalih). Apabila dengan timbangan pertama masih belum jelas bagimu, timbanglah berdasarkan teladan dari orang-orang  yang shaleh zaman dahulu. Apabila aksi dari sesuatu yang terlintas dalam  hatimu itu bertepatan  dengan apa yang dicontohkan  para salafush shalih maka bisikan itu berarti baik. Sebaliknya jika aksi dari sesuatu yang terlintas dalam hatimu itu mengikuti  orang-orang yang  tidak shalih maka itu adalah bisikan jahat.

Ketiga. Timbangan ketiga, hawa nafsu.  Apabila  dengan timbangan kedua ternyata masih  belum jelas. Maka gunakan timbangan berdasarkan hawa nafsu. Perhatikanlah, apabila secara naluriah  hawa nafsumu menolak  bisikan itu, bukan karena takut atau terancam maka bisikan itu adalah bisikan baik. Namun apabila  secara naluriah  hawa nafsumu cenderung  suka padanya, bukan karena berharap kepada Allah SWT ataupun motivasi, maka bisikan itu adalah bisikan buruk. Sebab nafsu selalu mengajak ke arah keburukan dan pada dasarnya nafsu tidak akan menyeru ke arah kebaikan.

Keempat. Jika kau  memahami  secara mendalam  dengan menggunakan salah satu dari ketiga, atau kedua bahkan ketiganya kamu pakai dalam timbangan di atas. Maka akan jelas bagimu perbedaan  antara bisikan baik dan bisikan jahat.

Sobat. Semoga Allah SWT memberikan  hidayah dengan anugerah-Nya. Sesungguh-Nya Dia adalah Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

Sobat. Waspadalah terhadap bisikan setan sebagaimana Allah berfirman:

مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ   (٤)

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.” (QS. An-Nas (114): 4)

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada Allah Rabbul-'Alamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di dalam hati manusia. Bisikan dan was-was yang berasal dari godaan setan itu bila dihadapkan kepada akal yang sehat mesti kalah dan orang yang tergoda menjadi sadar kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang akan menyakiti manusia itu akan menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula bila seorang menggoda temannya yang lain untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya akan berhenti menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap menunggu kesempatan yang lain.

Sobat. Jika apabila bisikan itu bersifat kuat dan teratur. Apabila bisikan itu datang setelah usaha dan ketaatan yang kita lakukan, jika bisikan baik itu menyangkut persoalan dasar-dasar agama dan amalan batin maka itu berasal dari Allah SWT.

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  (٦٩)

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-‘ankabut (29): 69).

Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang Mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak.

Allah berfirman: "(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa." (QS. al-hajj/22: 40).

Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.

Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman." (QS. ar-Rum/30: 47).

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu, adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang Mukmin untuk sampai kepada keridhaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku Gizi Spiritual, CEO Educoach dan Dosen Pascasarjana IAI TRibakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar