TintaSiyasi.com -- Atas kezaliman dan diskriminasi rezim India, paling banter rezim India hanya mendapatkan kecaman dari dunia Islam. Bahkan, sekelas lembaga hukum bertaraf internasional tidak ada yang mampu menghentikan aksi kezaliman rezim-rezim penghina Islam. Dua tahun lalu (2020), Prancis melalui Charlie Hebdo telah menghina Nabi Muhammad SAW dan dengan sombongnya Presiden Prancis Emmanuel Macron pun membela tidak akan menghentikan penerbitan majalah penghina Nabi tersebut.
Dikutip dari CNBCIndonesia.com (12/6/2022), persoalan yang terjadi di India sempat dijabarkan Amerika Serikat (AS) akhir minggu lalu. Dalam sebuah dokumen, AS mengatakan pejabat India kerap mendukung "serangan terhadap kelompok dari agama minoritas di negara itu seperti Muslim dan Kristen".
Dalam sebuah laporan tahunan mengenai kebebasan beragama internasional, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan beberapa kasus serangan ditemukan di tempat ibadah umat minoritas. Duta Besar AS untuk Kebebasan Beragama Internasional, Rashad Hussain menambahkan beberapa pejabat India mendukung peningkatan serangan pada orang dan tempat ibadah. AS juga merujuk pada UU yang membatasi konversi agama di India, mengutip laporan diskriminasi pada umat Muslim dan Kristen.
Tidak ada hukum dan negara yang mampu menghentikan penghinaan yang menimpa Islam dan ajarannya. Hari demi hari, penghinaan terhadap Islam malah makin berani ditunjukkan. Karena mereka merasa punya kuasa, sehingga sombong dan semena-mena. Ajaran saling menghormati dan menghargai keyakinan agama lain pun tidak digubris. Dampak penghinaan yang dilakukan rezim India terhadap dunia Islam adalah sebagai berikut.
Pertama, konflik antaragama. Konflik umat Islam dan Hindu di India makin meruncing. Sebagai pihak yang dizalimi, umat Islam meminta penghina Nabi Muhammad SAW dijatuhi hukuman yang setimpal atas ucapannya di ruang publik yang menghina Islam. Tetapi, umat Hindu pun tak segan-segan menyerang umat Islam dalam berbagai kesempatan. Bahkan para tokoh Hindu justru melabeli Sharman dan Jindal sebagai tokoh nasional dan religius. Sempat dua tokoh ini beralasan, karena mereka membela keyakinannya, sehingga terlontar perkataan yang menghina Islam. Entah apa pun yang mereka katakan, penghinaan terhadap Islam ini salah dan memancing geger di dunia Islam.
Kedua, diplomatik internasional yang menimpa India. India dikecam oleh negeri-negeri Muslim. Dikutip dari suara.com (8/6/2022), kabarnya, Duta Besar India untuk Kuwait dan Qatar menerima catatan protes resmi atas komentar tersebut. Tidak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengutuk komentar juru bicara BJP yang menghina Nabi Muhammad. Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan komunal dan kebencian yang mengkhawatirkan terhadap Muslim di India.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Qatar memanggil duta besar India untuk menyampaikan catatan resmi yang mengungkapkan kekecewaan Qatar atas komentar dari Nupur Sharma, karena dinilai menghina Nabi Muhammad. Qatar mengecam pernyataan Nupur Sharma, dan menuntut India untuk meminta maaf kepada publik. Selain Qatar, Kuwait juga memanggil duta besar India untuk menyerahkan sebuah nora protes. Kuwait menolak dan mengecam pejabat BJP yang menghina Nabi Muhammad. Negara Arab Saudi juga turut mengutuk pernyataan pejabat BJP, Saudi mengklaim bahwa komentar yang disampaikan oleh Nupur Sharma merupakan bentuk penghinaan terhadap umat Islam.
Ketiga, seruan boikot produk India menggema dari negeri-negeri Muslim. Geram atas sikap rezim India, pemboikotan produk-produk India menggema. Dikonfirmasi melalui CNBCIndonesia.com (7/6/2022), India memang memiliki hubungan dagang yang erat dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang mencakup Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA). Nilainya mencapai US$ 87 miliar pada 2020-2021. Jutaan orang India tinggal dan bekerja di negara-negara GCC.
Mereka pun mengirim jutaan dolar dalam bentuk remitansi ke Delhi. Arab juga merupakan sumber utama impor energi India. PM Modi telah menjadi pengunjung tetap kawasan tersebut sejak berkuasa pada tahun 2014. Ketiga dampak yang sekarang mengancam India, sejatinya tidak membuat rezim ini terusik. Karena itu memang belum mampu menghukum sikap anti Islam yang terjadi di India. Tempo.com (13/6/2022) mengabarkan, sebanyak 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam atau OKI mengatakan dalam sebuah pernyataan, penghinaan pada Nabi Muhammad SAW itu datang dalam konteks suasana kebencian yang semakin intens terhadap Islam di India dan pelecehan sistematis terhadap umat Islam.
Kebencian dan islamofobia yang diidap rezim India ini masif dan sistematis. Oleh sebab itu, tidak bisa sikap India hanya dikecam dan diboikot. Harus ada yang menghentikan kesombongan rezim India, yakni Khilafah Islamiah. Peristiwa penghinaan yang berulang ini harus menyadarkan umat Islam, mereka butuh Khilafah Islamiah untuk menyatukan dan melindungi harta dan nyawa mereka. Tak ada khilafah, kezaliman di berbagai dunia kerap terjadi. Bahkan, upaya genosida umat Islam di India sempat dinarasikan oleh kaum ekstrem Hindu. Siapa yang akan membela dan menjaga akidah umat Islam di sana, kalau bukan Khilafah Islamiah?[] Ika Mawarningtyas
0 Komentar