TintaSiyasi.com -- Sudah disadari banyak orang tua bahwa generasi saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah. Dan mereka tidak hanya rusak secara personal tapi juga penyeru kerusakan. Katakanlah hari ini generasi millennial mereka menjadi sasaran duta penyeru kemaksiatan, semakin berani dan semakin terang-terangan dan semakin bringas terlebih lagi kepada penyeru kebaikan.
Orang baik itu banyak temannya sedangkan penyeru kebaikan itu banyak musuhnya, beda ya berarti orang baik dengan penyeru kebaikan. Imam Ibnu Qudamah pernah ditanya, “Apa bedanya orang baik (shalih) dan penyeru kebaikan (mushlih)?”
الصالح خيره لنفسه والمصلح خيره لنفسه ولغيره
Orang baik (shalih), melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri, sedangkan penyeru kebaikan (muslih) mengerjakan kebaikan untuk dirinya dan untuk orang lain.
Ibnu Qudamah ditanya oleh muridnya kenapa bisa seperti itu ? Beliau menjawab :
الحبيب المصطفى(صلى الله عليه وسلم) قبل البعثة أحبه قومه لأنه صالح.
“Rasulullah ﷺ sebelum diutus sebagai Rasul, beliau dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik.”
Namun ketika Rasulullah ﷺ menjadi penyeru kebaikan, maka Rasulullah saw banyak sekali musuhnya juga para pembencinya, penyeru kebaikan itu maknanya adalah ‘penyeru al-Islam.” Para ahli ilmu berkata :
مصلحٌ واحدٌ أحب إلى الله من آلاف الصالحين.
“Satu penyeru kebaikan lebih dicintai Allah daripada ribuan orang baik (yang tidak menyerukan kebaikkan).”
Di tengah kehidupan liberalistik negeri Pancasila ini melepaskan anak ke tengah-tengah kehidupan orang tua penuh kekhawatiran, disuruh bergaul salah dikurung di rumah juga salah, semua tidak bisa terhindar dari ancaman seruan kemaksiatan, katakanlah seruan LGBT, pergaulan bebas, kekerasan hingga seruan moderasi beragama. Lantas bagaimana agar anak-anak kita dan generasi ini selamat dari kerusakan? Bagaimana mereka bisa memerangi kemungkaran dan menyeru kebaikan? Tidak ada jalan lain anak harus disiapkan untuk menjadi umat terbaik.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (Ali Imran : 110).
Walau banyak musuh menyiapkan umat terbaik adalah sebuah komitmen ayah bunda. Karena menjadi umat terbaik pengaruhnya sangat besar bagi generasi di antaranya :
Pertama. Mengasah berpikir benar.
Kedua. Melatih dirinya melakukan kebaikan seperti yang anak serukan kepada orang lain.
Ketiga. Lebih memotivasi dirinya berada di barisan terdepan dalam kebaikan.
Keempat. Melatih menjadi penolong dan pembela agama Allah SWT.
Menyiapkan generasi penyeru kebaikan pahalanya tembus ke akhirat, maka proyek ini adalah proyek besar bagi orang tua, masyarakat dan negara untuk menyiapkan bekal terbaiknya kelak setelah kematiannya.
Dari Abi Mas’ud ‘uqbah bin amir al anshari ra telah berkata : Rasulallah SAW telah bersabda :
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (H.R Muslim imarah No. 1893, H.R Tirmidzi al-ilmu No. 2673).
Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan Luqmanul hakim menyiapkan ananda menjadi penyeru kebaikan dan pencegah kemaksiatan satu paket dengan pendidikan shalat karena shalat tidak bisa dipisahkan dari aktivitas amar makruf nahi munkar.
Karena menjadi penyeru kebaikan itu banyak musuhnya dan banyak tantangannya maka Luqmanul Hakim juga menasehati anandanya agar bersabar apapun yang menimpa konsekuensi dari dakwah dari amar makruf nahi munkar.
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ “
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) [Luqman/31 : 17].
Nah, persoalannya apakah orang tua benar-benar serius dan fokus menyiapkan generasi seperti ini? Tentu tidak dan ini merupakan tanggung jawab yang agung dan warisan para Nabi. Mendidik anak agar memiliki kemampuan berdakwah, membawa perubahan di tengah-tengah masyarakat merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki anak. Apa bekal yang harus disiapkan untuk generasi kita? Setidaknya berikut ini harus ada :
Pertama. Memiliki syakhshiyah Islamiyah.
Kedua. Memiliki tsaqafah islam yang memadai.
Ketiga. Memiliki wawasan terhadap fakta dan peristiwa.
Keempat. Memiliki kemampuan bahasa ahsan.
Kelima. Memiliki skill public speaking.
Keenam. Memiliki kemampuan menyampaikan pemikiran baik lisan maupun tulisan.
Rasulullah SAW, adalah tauladan bagi keluarga penyeru kebaikan, isterinya, sepupunya, anak-anak dan menantunya semua adalah para pendakwah. Menjadi keluarga penyeru kebaikan akan senantiasa saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Menjadi keluarga penyeru kebaikan akan membangun keluarganya dengan keimanan dan saling menjaga dan senantiasa Bersama dalam dakwah dan berada di surga yang sama. []
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting Islam
0 Komentar