TintaSiyasi.com -- Redaktur Pelaksana Topswara.com, Puspita Satyawati, Sos. mengungkapkan, salah satu tips istiqamah menulis bagi penulis opini Islam adalah menjaga amarah dan mengubahnya menjadi energi positif.
"Menjaga amarah yang kita punya dan ubah menjadi energi positif," ulasnya dalam Open House TintaSiyasi.com: Jadikan Menulis sebagai Uslub Dakwah, di kanal YouTube TintaSiyasi.com, Ahad (19/6/2022).
Bunda Puspita, sapaan akrabnya, melanjutkan, kalau seseorang punya pemahaman Islam, pandangan ideal bahwa manusia atau kehidupan itu harus diatur oleh Allah, tapi melihat realitas ternyata ada banyak kemaksiatan, kemungkaran, keburukan, yang dinilai tidak sesuai Islam, secara otomatis jika memakai kacamata Islam, itu pasti mengusiknya.
"Minimal kita enggak ridha-lah. Kita akan merasa sebel, kesel, intinya marah begitu ya," ujarnya.
Sementara sebagai Muslim, menurutnya, akan diingatkan oleh hadis Rasulullah SAW yaitu hadis riwayat Muslim.
"Man ro'a minkum munkaron. Barang siapa seseorang melihat kemungkaran, maka disuruh mengubah atau mencegah yang pertama dengan tangan," jelasnya.
Ia menyampaikan, tangan di sini maknanya kekuasaan, penguasa, karena penguasa dengan legitimasinya memang bisa melakukan banyak hal.
"Kita bukan dalam posisi sebagai tangan itu. Maka kalau kita enggak bisa sebagai tangan, Rasulullah bersabda kemudian, ubahlah kemungkaran dengan lisan. Menyuarakan amar makruf nahi mungkar dengan mulut kita," imbuhnya.
Coach di Pelatihan Menulis Opini TintaSiyasi.com ini menerangkan, atau itu bisa diwujudkan dengan tulisan.
"Kalau lisan dan tulisan enggak bisa, kata Rasulullah maka cegah dengan hati dan itu selemah-lemahnya iman," ujarnya.
Ia memotivasi, jangan sampai amar makrufnya minimalis, hanya dengan hati karena penulis Islam sudah diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk menulis.
"Kita ambil opsi kedua, melakukan amar makruf nahi mungkar dengan menulis," cetusnya.
Ia mengingatkan, ini motivasi ruhiyah banget, dorongan luar biasa yang Allah dan Rasulullah berikan.
"Masak kita telah punya motivasi mulia, namun masih enggan, enggak mau, malas. Lalu pertanggungjawaban kita sebagai Muslim di hadapan Allah dan Rasul-Nya gimana dong?" pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar