Maksiat Menyebabkan Kehinaan


TintaSiyasi.com -- Sobat. Maksiat terwujud disertai kehinaan. Mungkinkah kau bermaksiat lalu Allah memuliakanmu? Tidak mungkin. Allah mengaitkan kemuliaan dengan ketaatan dan kehinaan dengan kemaksiatan. Taat kepada Allah merupakan cahaya, kemuliaan dan penyingkapan hijab. Lawannya adalah maksiat, kegelapan dan kehinaan, dan hijab antara Allah dan dirimu.

Allah SWT berfirman :

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (٨)

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui” (QS. Al-Munafiqun (63) : 8).

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa 'Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya merencanakan apabila kembali ke Madinah dari peperangan Bani Musthaliq, mereka akan mengusir orang-orang Mukmin dari Madinah. Mereka merasa dan menganggap bahwa merekalah yang kuat, perkasa, dan mulia, sedangkan orang-orang Mukmin itu lemah dan hina. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan berada di tangan Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang Mukmin yang telah dimuliakan-Nya. 

Diriwayatkan bahwa 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay adalah orang yang benar-benar beriman. Ia pernah mencabut pedang mengancam ayahnya, 'Abdullah bin Ubay, ketika mereka sudah dekat di Madinah dan berkata, "Demi Allah, saya tidak akan memasukkan pedangku ini ke dalam sarungnya, sehingga engkau mengucapkan, 'Bahwa Muhammad itulah yang mulia dan sayalah yang hina." 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay tetap pada sikapnya, sehingga ayahnya mengucapkan pengakuan tersebut yaitu Muhammadlah yang mulia dan dia yang hina. 

Orang-orang munafik tidak mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan itu ada pada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang Mukmin. Kemenangan terakhir ada pada orang-orang yang bertakwa dan Allah akan memberi pertolongan kepada orang-orang yang menegakkan agama-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain:
 
Allah telah menetapkan, "Aku dan Rasul-Rasul-Ku pasti menang." Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa (al-Mujadalah/58: 21).

Sobat. Dengan demikian, kemuliaan terletak pada ketaatan kepada Allah serta penunaian perintah dan pesan-pesan-Nya. Sebaliknya, kehinaan tak terpisahkan dari kemaksiatan.

Sobat. Jika bermaksiat kepada Allah, keimananmu tertutup bagaikan cahaya matahari yang terhalang dinding atau lilin yang kau tutup dengan mangkuk. Keimananmu ada ada dalam hatimu, tetapi cahayanya terhalang. Kemudian hadirilah majelis-majelis ilmu agar akalmu tetap hidup. 

Jika usiamu pendek, pasti akan menjadi panjang berkat keimananmu, kekhusyukan, rasa takut, tadabur, perenungan, dan zikirmu kepada Allah. Kalau kau mengetahui hakekat iman, tentu kau tidak akan mendekati maksiat. Tidak ada musuh yang lebih bandel daripada nafsu. Tidak ada lawan yang lebih besar daripada syetan. Serta tidak ada penentang yang lebih kuat daripada keinginan diri.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ (٢٠)- (٢١)

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal” (QS. At-Taubah (9) : 20-21).

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dengan iman yang kokoh yang mendorongnya rela hijrah meninggalkan kampung halamannya, harta kekayaan dan karya usahanya, berpisah dengan anak istrinya, orang tua dan sanak saudaranya, mereka adalah orang-orang yang melaksanakan amal perbuatan yang berat dan membutuhkan banyak pengorbanan. Apalagi jika amal-amal yang tersebut diikuti dengan jihad di jalan Allah yaitu dengan mengorbankan harta kekayaan dan jiwa raganya.

Untuk orang-orang yang berbuat demikian Allah akan memberikan penghargaan yang tinggi serta keberuntungan dan kebahagiaan. Adapun orang-orang mukmin yang tidak hijrah dan tidak jihad di jalan Allah, meskipun mereka menyediakan minuman bagi para jemaah haji dan memakmurkan Masjidil Haram, penghargaan Allah kepada mereka dan pahala yang diberikan kepada mereka tidak sebesar apa yang diterima oleh orang-orang yang hijrah dan berjihad. Tentang amal seseorang yang tidak didasari dengan iman kepada Allah akan sia-sialah amal itu. Karena orang kafir tidak akan memperoleh pahala di akhirat.

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang hijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka akan mendapat balasan rahmat yang luas, keridhaan yang sempurna dan surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama-lamanya. Pahala terbesar adalah memperoleh ridha Allah sebagaimana firman-Nya:

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga 'Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung (at-Taubah/9: 72).

Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW: 

Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga." Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah ridha." Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan ridha sedangkan kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapapun." Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridhai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya" (Riwayat al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa'i dari Abi Said al-Khudri).

Sobat. Ketahuilah, kita semua tidak pernah lepas dari nikmat Allah. Lalu mengapa kita tidak membangunkan pikiran kita yang sedang tidur untuk mengenali karunia Allah? Mengapa kita tidak menyadarkan jiwa untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Dia yang telah menjamin seluruh kebutuhan kita?! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Goreskan Tinta Emas, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar