TintaSiyasi.com -- Merespons peluncuran film dokumenter Kilometer 50 oleh media Tempo, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardana menilai hal itu tidak lepas dari semakin banyaknya pertanyaan netizen tentang kasus tragedi Kilometer 50 (KM 50)
"Tempo.co merilis (film) ini memang tidak lepas dari semakin banyaknya netizen yang bertanya-tanya dan trending topik," tuturnya dalam Perspektif PKAD: Usut KM 50 di Tengah Ditolaknya Kasasi dan Film Dokumenter Menyayat Hati, di saluran YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD), Ahad, 18 September 2022.
Film berdurasi 51 menit yang tayang perdana pada Kamis, 15 September di YouTube Tempodotco itu mengangkat peristiwa penembakan laskar Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Kilometer 50 pada akhir 2020. Film bertajuk “Kilometer 50” itu menurut Agung menjadi satu hal yang menarik karena pembicaraan tentang Kilometer 50 kembali hadir di tengah sorotan kepada polisi menyusul terungkapnya upaya menutupi pembunuhan seorang polisi yang melibatkan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga.
"Menurut saya, sejak kasus Sambo naik, beberapa hari kemudian trending topik untuk usut lagi KM 50. Ini saya pikir trending beberapa waktu di Twitter," kata Agung.
Agung mengaku kaget dengan Tempo yang merilis film dokumenter Kilometer 50. Karena menurutnya, Tempo jarang memberikan dukungan kepada kelompok umat Islam. Namun, dia menilai, dalam hal ini Tempo telah memberikan ruang kepada publik untuk kembali mendiskusikan tentang tragedi KM 50.
"Bagi saya cukup mengagetkan, sangat mengagetkan. Karena, boleh dikata fatsunnya Tempo ini kan jarang-jarang berbicara tentang kelompok umat Islam atau memberikan dukungan kepada kelompok umat Islam. Itu kan sangat jarang. Tetapi Tempo saya pikir memberikan ruang yang luar biasa untuk kembali mendiskusikan tentang tragedi KM 50," ujarnya.
Menurutnya, pertanyaan dan keinginan publik untuk mengusut kembali kasus KM 50 muncul lantaran publik membaca ada kesamaan antara tragedi pembunuhan laskar FPI di KM 50 dengan kasus yang terjadi pada Brigadir J. Antara lain, orang-orang yang terlibat dalam penanganan kasusnya, seperti Ferdy Sambo yang ketika itu menjabat Kepala Divisi Umum Bareskrim Polri.
"Kemudian yang kedua, kita membaca, kok, hampir sama kasusnya kayak yang ada di duren 3, misalnya terkait dengan CCTV yang tidak ada, kemudian TKP yang dirusak. Paling tidak dua hal itu saja sudah mengindikasikan sesuatu yang sama, sehingga tidak salah kalau kemudian publik menduga, jangan-jangan kilometer 50 ada rekayasa juga terhadap tragedinya," lanjutnya.
Selain itu, menurut Agung, dalam prosesnya hampir sama dari sisi adanya dugaan unlawfull killing atau extrajudicial killing dan obstruction of justice, penghalang-halangan kasus untuk diselesaikan. "Kemudian akhirnya kan orang bertanya, 'Bagaimana dengan kilometer 50?'" pungkasnya.[] Saptaningtyas
0 Komentar