TintaSiyasi.com -- Sobat. Bahagia itu mensyukuri karunia Allah. Sebenarnya, rasa syukur sekecil apa pun akan menarik kebahagiaan ke dalam hati, sehingga kita mencintai orang lain dan kehidupan ini. Ketika kita ridha terhadap apa pun dalam hidup kita, Allah akan mengaruniai kita puncak kenikmatan. Yaitu, perasaan tenang dan damai yang memenuhi hati dengan keridhaan, lalu memancarkan keagungan dan cahaya dalam kehidupan kita.
Sobat. Ridha menjalani hari-hari yang kita lewati berikut segala kesulitan yang ditemui; menerima kerapuhan fisik kita bagaimanapun rupanya, memaafkan masa lalu sepedih apa pun ia, menghadapi masa depan walau amat berat, berusaha keras ridha terhadap apa pun yang kita terima dalam hidup ini pada masa lalu, menerima sepenuh hati segala kondisi yang tidak mampu kita ubah, mensyukuri setiap keadaan dan segala yang kita punya, menerima kegagalan dan kekurangan kita, serta mengakui semua itu secara jujur terhadap diri sendiri, kemudian berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan penuh kesadaran – tanpa tekanan dan paksaan – untuk memperbaiki kondisi jadi lebih baik, itulah karunia termahal dalam hidup. Ia puncak seluruh hikmah dalam menjalani hidup yang berkah.
Sobat. Terimalah detik-detik kegagalan seperti kau bersuka cita dengan menit-menit keberhasilan. Ridhai hal kecil seperti kau senang saat meraih hal besar. Keadilan itu bukan berarti kau sukses setiap hari dan untung setiap waktu. Tetapi, berusahalah dalam hidup ini agar setiap orang sukses. Biarkan orang lain berhasil dan bahagia sepertimu.
Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda “Aku kagum dengan urusan seorang Mukmin, karena seluruh urusannya baik. Dan itu hanya dialami oleh seorang Mukmin. Jika ia menerima kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya. Sebaliknya, jika ia tertimpa keburukan, ia bersabar, itu pun baik baginya.”
Sobat kebahagiaan yang hakiki adalah penuhi dan perhatikan hak-hak Allah. Memperhatikan sesuatu berarti menjaganya agar tidak luput dan tidak berkurang. Hak Allah SWT itu artinya kewajiban manusia. Hak Allah itu ada dua : Melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Melaksanakan setiap yang wajib adalah bentuk ketakwaan, meninggalkan setiap yang haram adalah bentuk ketakwaan.
Faktor ketakwaan adalah takut akan azab dan hukuman Allah SWT. Maka jika seseorang bertakwa maka dia telah melindungi diri dari keburukan dunia dan akherat yang memang harus dijauhi. Di samping itu, ia akan mendapat kenikmatan surga dan keridhaan Sang Maha Pengasih.
Adapun tanda-tanda kebahagiaan :
Pertama. Zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat.
Kedua. Senantiasa ingin beribadah dan membaca Al-Qur'an.
Ketiga. Sedikit bicara tentang hal yang tidak perlu.
Keempat. Senantiasa memelihara sholat yang lima waktu.
Kelima. Bersikap wara’ terhadap barang haram maupun syubhat, sedikit atau banyak.
Keenam. Bersahabat dengan orang yang baik-baik.
Ketujuh. Berlaku tawadhu’ tidak sombong.
Kedelapan. Dermawan lagi pemurah.
Kesembilan. Belas kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT.
Kesepuluh. Menjadi Orang yang bermanfaat bagi sesame makhluk.
Kesebelas. Banyak mengingat mati.
Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Ar baú KhiShoolin minasy syaqaawati, Jumuudul ‘ Aiyni, wa qaswatul quluubi, wa thuulul amali, wa hubbud dunyaa – Ada empat perkara yang termasuk celaka: mata yang beku, hati yang keras, panjang angan-angan dan cinta dunia.”
Sobat. Hasan Al-Bashri mengatakan, ”Waktu itu, jika telah berlalu tidak dapat tergantikan, dan tidak ada sesuatupun yang lebih berharga daripada waktu. Hai Anak Adam, Sesungguhnya engkau adalah sekumpulan hari-hari yang setiap kali hari itu hilang (pergi) maka sebagian dirimu juga ikut hilang.” Bila hariku berlalu tanpa mendapatkan ilmu, maka hari itu bukanlah bagian dari umurku.
Sobat. Para ulama salafushshalih memberikan contoh dan teladan bagi kita bahwa mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, memberi manfaat kepada kaum muslimin, meraih ridha ar-Rahman, dan dengan tujuan menghilangkan segala hal yang membahayakan Islam dan kaum muslimin. Bukan untuk kemuliaan diri, mengejar dunia, supaya diterima manusia atau demi popularitas, menampakkan kemampuan, pura-pura, riya dan supaya mendapat sanjungan dan pujian.
Sobat. Abu Bakar Ash-Shidiq berkata, “Bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Taatlah kepada-Nya dengan bertakwa kepada-Nya. Jagalah tanganmu dari menumpahkan darah kaum muslimin, perutmu dari memakan harta mereka, dan lisanmu dari menodai kehormatan mereka. Introspeksilah dirimu setiap kali melangkah dan hendaklah senatiasa merasa diawasi Allah setiap kali engkau menghembuskan nafas.” []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
0 Komentar