TintaSiyasi.com -- Sejarawan Salman Iskandar menyatakan sejarah yang disajikan dalam bentuk feature news (karangan khas) akan lebih ‘nendang’ (mengena) kepada pembaca dibandingkan dengan buku apalagi arsip sejarah di museum maupun gedung arsip.
“Tentu tema sejarah ini butuh pengemasan oleh para jurnalis dalam bentuk karangan khas. Dan tentu ini akan lebih 'nendang' dan lebih kena langsung ke para pembaca,” ungkapnya dalam acara Bedah Buku Tips Taktis Menulis dari Sang Jurnalis Jilid 2: Teknik Menulis Karangan Khas, Selasa (7/2/2023) di kanal YouTube TintaSiyasi Channel.
Salman mencontohkan, bagaimana penulis karangan khas Surat dari Serambi Makkah Membuat Khalifah Marah Joko Prasetyo dapat membawakan suasana ketika Sultan Abdul Hamid II pernah mengancam akan membuka aib kolonial Belanda yang jika sampai aib ini tersebar, maka pemerintah Belanda akan diboikot oleh kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.
“Salah satunya ketika Sultan Abdul Hamid II memperlihatkan bahwa Raja Willem, penguasa Kerajaan Belanda saat itu sebenarnya tidak absah kekuasaannya. Karena ternyata Raja Willem adalah anak pungut dari panti asuhan yang diangkat oleh Napoleon Bonaparte menjadi pewaris tahta kerajaan Belanda,” ungkapnya mengutip Lampiran 10 buku tersebut.
“Jika sampai aib ini diketahui oleh kerajaan Eropa lainnya, maka mereka akan memboikot pemerintahan Hindia-Belanda,” imbuhnya.
Menurut Salman, melalui pengemasan dalam bentuk feature news pembaca akan bisa menyadari bagaimana suasana tekanan pada kejadian tersebut.
“Pembaca tidak dipaksa untuk mengikuti apa yang disajikan oleh tulisan. Tapi justru pembaca bisa membayangkan bagaimana tekanan yang diberikan oleh Khalifah untuk membela rakyat Aceh dari kolonial Hindia-Belanda,” tegasnya.
Selain penulis buku Tips Taktis Menulis dari Sang Jurnalis Jilid 2: Teknik Menulis Karangan Khas Joko Prasetyo, hadir pula Pemimpin Redaksi Tintasiyasi.com Ika Mawarningtyas sebagai pembedah.[] Nurichsan
0 Komentar