TintaSiyasi.com -- Kelihatannya kondisi sudah panas semenjak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmi menjadi Capres usungan Partai NasDem dalam helatan Pilpres 2024. Heru Budi Hartono pun resmi dilantik sebagai Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta pengganti Gubernur DKI Anies Baswedan. Majunya Anies Baswedan ke pilpres 2024 seolah-olah telah me-recall kondisi perpolitikan ketika Pilgub DKI Jakarta 2017 silam.
Konon katanya, kemenangan Anies Baswedan pada Pilgub 2017 dianggap sebagai simbol kemenangan umat Islam. Sehingga, ada upaya mendiskreditkan Anies Baswedan yaitu dengan melekatkan Anies dengan ormas radikal dan simbol-simbol radikal yang selama ini ditimpakan pada ormas Islam tertentu. Ketika bakal calon capres diindikasikan pada ormas radikal, seolah-olah boleh dipersekusi dan diasingkan dalam membangun opini publik hari ini.
Pilgub DKI Jakarta 2017 telah menjadi perintis girah umat untuk membela agama dan simbol-simbol Islam. Saat itu terlihat umat Islam bersatu membela Al-Qur'an yang telah dinista oleh calon gubernur DKI Jakarta dan calon tersebut otomatis kalah dalam kontestasi politik DKI Jakarta itu.
Bayang-bayang itu masih ada yaitu bayangan kemenangan suara umat Islam mengalahkan penghina Al-Qur'an saat Pilgub DKI Jakarta 2017. Ketika Anies Baswedan ramai dituding radikal, ekstrem, dan distigmatisasi mengarah ke ormas radikal, pihak Nasdem pun angkat bicara. Dikutip dari CNNIndonesia.com (17/2023), Wasekjen NasDem Hermawi Taslim memastikan bahwa organisasi terlarang akan tetap terlarang jika Anies Baswedan terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2024. Taslim mengatakan hal itu sudah menjadi komitmen bersama.
Taslim secara tegas mengonfirmasi wajah pemerintah hari ini, "Kalau tentang FPI dan HTI dan segala macam itu kan sudah komitmen kita bersama. Jangan pun Anies, orang lain pun yang jadi menteri, yang jadi presiden NasDem akan pasang badan supaya organisasi-organisasi terlarang itu tetap dilarang," kata Taslim dalam acara acara Adu Perspektif kolaborasi detikcom dengan Total Politik bertema 'Koalisi Partai: Makin Erat atau bubar', Senin (16/1/2023).
Sontak Ahli Hukum Tata Negara Rafly Harun menegur Nasdem melalui tayangan kanal YouTube miliknya agar Nasdem tidak blunder, bagaimana pun juga Nasdem tetap butuh suara Umar Islam ke depan nantinya. Prof. Dr. Suteki, S.H.,M.Hum juga menyampaikan keheranan, mengapa Nasdem secara tidak langsung menjadi inisiator di balik pelarangan dua organisasi yang lantang melakukan amar makruf nahi mungkar itu. "Selain itu, ujaran Taslim yang akan meneruskan program Presiden Jokowi, sama artinya Nasdem menjadi perpanjangan tangan rezim saat ini. Hal itu berarti jargon restorasi, gerakan perubahan yang diusung Nasdem tak ada bedanya dengan rezim saat ini," tutur Prof. Suteki dikutip dari TintaSiyasi.com.
Mempertegas wajah politik tahun 2024 tidak jauh beda dengan 2019. Aroma politik warisan Pilgub DKI Jakarta 2017 masih membayangi dan umat Islam tetap dijadikan musuh bersama atas nama radikalisme dan ekstremisme. Seolah-olah dengan narasi radikal-radikul, gagasan umat Islam ataupun aktivis Islam bisa dipukul mundur supaya tidak mengganggu kepentingan oligarki pada 2024.
Kondisi Politik, Ekonomi, dan Hukum Menuju Tahun Politik 2024
Makin ke sini hidup makin susah, cari pekerjaan sulit, biaya hidup mahal, harga pangan melonjak akibat efek domino kenaikan pajak ataupun bahan bakar minyak (BBM). Tetapi, hal itu tidak menyurutkan pemerintah untuk terus genjot pembangunan infrastruktur. Walaupun harus mencari investor asing ke mana-mana, pemerintah terus melakukan pembangunan walau dana hasil pinjaman riba. Maka wajar, di balik bangunan yang megah ada rakyat yang tergilas kesengsaraan sistem kapitalisme.
Era kapitalisme masuk ke dalam era VUCA yaitu Volatility (bergejolak), Uncertainty (penuh ketidakpastian), Complexity (kompleks), dan Ambiguity (ambigu). Singkatan ini menggambarkan yang kita rasakan terhadap kondisi dunia yang saat ini, yakni dunia berpotensi berubah begitu cepat, sulit diprediksi, dipengaruhi dengan sesuatu yang kompleks, dan menjadi sangat subjektif dan dimana terjadi perubahan yang sangat cepat, sulit diprediksi, dipengaruhi banyak faktor, dan memungkinkan terjadinya ambiguitas karena realitas menjadi sangat subjektif atau berpotensi banyak penafsiran.
Sebagaimana bisa dilihat, pertama, kondisi politik, jelang pilpres 2019 negeri terpecah menjadi dua kubu. Kubu petahana dan oposisi. Setelah kemenangan kubu petahana, tak disangka capres dan cawapres yang semula menjadi lawannya dilamar menjadi jajaran kementerian pada saat itu. Kubu lawan yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pun mau dipinang menjadi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Apabila menilik kondisi perpolitikan pada saat itu, mereka yang berada di pihak oposisi adalah mereka yang memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan dengan melawan segala bentuk kezaliman yang ada. Bukan soal bagi-bagi kekuasaan, tetapi nasib rakyat dan umat Islam yang makin hari makin sengsara. Pada saat itu petahana telah menunjukkan kekuatannya dengan mematikan pihak lawan dengan meminang mereka duduk di singgasana kekuasaan. Rakyat pun ditinggal begitu saja, padahal sudah mati-matian memilih dan memperjuangkannya.
Walaupun kondisi perpolitikan tidak ada yang pasti, fakta politik sekuler kapitalisme hari ini telah meminggirkan Islam dan memukul Islam dengan isu radikalisme dan ekstremisme. Siapa-siapa yang mengganggu kepentingan oligarki, harus siap dituding radikal-ekstrim. Walaupun politik sekuler kapitalisme sedang berkuasa hari ini, tetap besar kemungkinan mereka akan tumbang dan terganti dengan politik Islam kaffah yang selama ini mereka musuhi. Mereka memang punya kekuasaan, tetapi umat Islam memiliki Allah Yang Maha Kuasa.
Kedua, kondisi ekonomi. Era VUCA masuk menghantui dunia bisnis hari ini, di tengah ancaman resesi 2023, VUCA menjadi ketakutan yang luar biasa. Bayangkan, dalam ekonomi kapitalistime, tidak ada kepastian, masuk ke dalam jantungnya kapitalisme, kita dihadapkan dalam dunia perjudian. Dalam hitungan detik ada yang mendadak kayak raya, begitu sebaliknya. Dalam hitungan menit pun, kekayaan itu bisa lenyap tidak bersisa.
Mengapa ekonomi kapitalisme masuk dalam era VUCA? Karena, pertama, bursa saham. Di balik pasar saham ada permainan judi yang dilegitimasi, para spekulator yang bermain di bursa saham harus siap mempertaruhkan dirinya di ajang judi yang dilindungi oleh kapitalisme global. Kedua, riba menciptakan ekonomi bubble yang siap meledak setiap saat. Jika meledak, maka terjadilah krisis, resesi, hingga depresi. Ketiga, mata uang kertas. Uang kertas penyumbang inflasi terbesar dan sangat berdampak pada melemahkan kondisi ekonomi negara.
Ketiga, kondisi hukum. Hukum hari ini lebih dikendalikan oleh kepentingan segelintir orang saja. Banyak undang-undang atau kebijakan disahkan mengatasnamakan rakyat tetapi malah menciptakan kesengsaraan pada rakyat. Hukum ditegakkan bukan untuk menjaga keadilan, tetapi digunakan untuk menjaga kepentingan. Maka, lumrah persengketaan, perselisihan, pertikaian terus terjadi dan seolah-olah tiada berujung. Hal itu terjadi akibat mengabaikan hukum Allah dan lebih menuruti hukum buatan manusia.
Begitulah kondisi negeri ini. Cerminan kerusakan sistematis tampak pada demokrasi kapitalisme yang hari ini diterapkan dan digadang-gadang sebagai sistem terbaik yang mereka terapkan. Alih-alih mengakomodasi suara rakyat, justru faktanya hanya suara segelintir orang yang diakomodasi. Bahkan, demokrasi tidak segan-segan menampakkan wajah otoritarianisme ketika keputusannya digugat dan dikritik publik.
Dampak Suasana Politik Jelang 2024 terhadap Dakwah Islam
Musuh hakiki kebatilan adalah Al-Haq. Kebatilan tidak akan pernah bisa bercampur dengan kebenaran. Karena kebenaran itu suci, jika ada yang mencampurkan kebenaran dan kebatilan, makan itu adalah kebatilan itu sendiri. Wajar jika Islam tidak akan pernah bisa bersatu dan seirama dengan kepentingan politik kapitalisme sekuler. Kapitalisme sekuler pasti akan memusuhi Islam dan tidak mau Islam mendominasi barang secuil pun di dunia ini.
Menilik realita politik jelang 2024 pasti memiliki dampak terhadap dakwah Islam hari ini. Pertama, kriminalisasi, diskriminasi, dan persekusi terhadap ormas Islam. Oposisi memang lawan utama koalisi penguasa, tetapi pada faktanya mereka satu suara dalam mendiskreditkan Islam. Bahkan, mereka tidak segan-segan untuk menjatuhkan lawan politik dengan isu-isu murahan menyerang Islam. HTI dan FPI terus dijadikan bulan-bulanan dan dicap sebagai ormas terlarang. Padahal pencabutan BHP mereka tidak bisa diartikan sebagai ormas terlarang. Terlebih mereka dicabut BHP bukan karena tindak kejahatan yang terbukti dilakukan, tetapi karena tuduhan sepihak soal isu radikalisme dan ekstremisme. Tuduhan radikalisme dan ekstremisme dijadikan legitimasi untuk mempersekusi, mengkriminalisasi, dan mendiskriminasi umat Islam.
Kedua, islamofobia hingga khilafahfobia. Mengapa mereka begitu takut pada Islam bahkan takut pada khilafah? Sebenarnya bukan karena mereka tidak tahu tentang Islam dan khilafah, tetapi takut apabila Islam diterapkan dalam naungan khilafah segala kejahatan yang sistematis di sistem kapitalisme sekuler tidak bisa dilanggengkan lagi. Karena apabila ditanya pada hati nuraninya, justru aturan Islam adalah aturan yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan hati. Maka sebagai manusia yang waras seharusnya menerima penerapan Islam, bukan malah menolaknya.
Ketiga, menghalangi dakwah Islam dan sekularisasi kaum Muslim. Upaya menjauhkan umat Islam dari agamanya sendiri itu nyata. Ketika mereka taat pada hukum Islam mereka dicap intoleran, radikal, teroris, ekstrim. Padahal seharusnya demokrasi menjaga hak asasi umat Islam dalam ibadah dan taat kepada Rabb-nya. Tetapi itu tidak terjadi pada umat Islam, mereka yang maksiat dilindungi dengan HAM dan yang taat distempel negatif dan diasingkan. Hal itu membuat umat Islam menjauh dari Islam dan mereka akhirnya terbuka dengan ide-ide kebebasan.
Cengkeraman sekularisme itu nyata dan mereka ingin sekuler dan liberalisme masuk ke dalam darah kaum Muslim hingga mereka tercabut dari keislamannya. Karena hanya Islam yang akan menghentikan keserakahan kapitalisme liberal. Islam juga yang akan menghentikan kejatahan yang tersistem yang diterapkan hari ini. Maka, wajar Islam begitu dimusuhi dengan berbagai dalih. Islam agama yang agung, mulia, nan suci, dihinakan dan dilecehkan oleh mulut-mulut kaum sekuler liberal. Maka, umat Islam harus membuka mata, mengkaji dan memperjuangkan Islam agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan dan Strategi Dakwah Menuju Tahun Politik 2024
Islam adalah harapan umat dan solusi atas problematika kehidupan. Mengingkari Islam hanya akan merugikan diri sendiri dan menjerumuskan umat ke dalam lumpur kegelapan kapitalisme sekuler. Di setiap ujian itu ada tantangan dan peluang. Sekalipun segala tantangan dakwah memiliki risiko, tetapi dakwah harus berfokus pada peluang dakwah dan kemenangan dakwah, bukan pada hambatan atau tantangannya. Hambatan bukan untuk membuat umat Islam lemah, tetapi untuk dihadapi dan ditaklukkan. Begitu juga dengan tantangan dakwah. Justru tantangan dakwah mampu menjadi ladang pahala bagi pengemban dakwah yang tulus ikhlas berjuang.
Menghadapi dakwah dalam tahun-tahun politik sejatinya tidak jauh beda di tahun-tahun sebelumnya. Pertama, umat Islam harus memantapkan akidahnya dengan terus memperkuat dengan bertakarub pada Allah Subhanahu wata'ala disertai menjaga ketakwaannya. Kekuatan akidah yang akan menjaga umat Islam dari berbagai ancaman dan tantangan dakwah di mana pun dan kapan saja menerpa. Kekuatan akidah ini yang menyelamatkan umat Islam dari tipu muslihat setan kapitalisme sekuler. Selain itu, akidah yang mengkristal menjadikan pribadi umat Islam tangguh dan tidak gampang mutung dengan keadaan.
Kedua, memegang fikrah dan tarekat (thariqah/jalan) Islam. Apabila umat Islam ingin meraih kemenangan dalam mendakwahkan Islam harus berpegang teguh pada fikrah dan tarekat Rasulullah Muhammad SAW. Tidak boleh menyelisihi dan mengkhianati pemikiran dan jalan dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Tidak boleh tergiur dengan peluang diluar tarekat dakwah.
Ketiga, memperkaya uslub dakwah. Tidak boleh putus asa ketika gagal dengan uslub dakwah yang dilakukan. Fikrah dan tarekat dakwah tidak berubah sepanjang zaman, tetap soal uslub umat Islam bisa menyesuaikan medan dan zaman ketika mereka berdakwah. Banyak peluang, banyak tantangan, bukan untuk mematahkan semangat, tetapi makin membuat girah berkobar dan berkibar. Berikhtiar sebaik mungkin, berdoa kepada Allah Subhanahu wata'ala, dan rida terhadap hasilnya. Sembari tetap evaluasi dan memperkaya uslub dakwah.
Keempat, menjaga kedekatan dengan Allah Subhanahu wata'ala dengan menjalankan amanah dengan bahdilan juhdi, menambah dengan amalan-amalan sunah dan nafsiyah. Bagaimana umat Islam mampu menaklukkan dunia di bawah eksistensi Islam kalau mereka tidak mampu menaklukkan dirinya untuk tunduk pada Islam sepenuh hati? Kelima, menjaga dan menguatkan ukhuah Islamiah. Umat Islam harus mengutamakan kesatuan akidah di atas segalanya. Mereka bersatu, berikatan, bekerjasama hanya karena akidah Islam, bukan karena yang lain. Sehingga ketika ada perselisihan mereka sama-sama bisa mengalah atas nama kepentingan dakwah yang utama bukan kepentingan dirinya sendiri. Ikatan akidah ini yang akan menyelamatkan umat Islam dari perpecahan dan adu domba yang dilakukan kaum fasik, munafik, maupun kaum kafir.
Harapannya dengan tetap berpegang teguh pada Islam umat Islam tetap solid dalam tahun politik mendatang. Selain itu, kekuatan akidah mereka menyelamatkan dari janji-janji demokrasi sekuler yang memperdaya kaum Muslim. Umat Islam harus terus berdakwah dan menjaga persatuan agar kemenangan Islam mampu diwujudkan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Makin ke sini hidup makin susah, cari pekerjaan sulit, biaya hidup mahal, harga pangan melonjak akibat efek domino kenaikan pajak ataupun bahan bakar minyak (BBM). Tetapi, hal itu tidak menyurutkan pemerintah untuk terus genjot pembangunan infrastruktur. Walaupun harus mencari investor asing ke mana-mana, pemerintah terus melakukan pembangunan walau dana hasil pinjaman riba. Maka wajar, di balik bangunan yang megah ada rakyat yang tergilas kesengsaraan sistem kapitalisme. Begitulah kondisi negeri ini. Cerminan kerusakan sistematis tampak pada demokrasi kapitalisme yang hari ini diterapkan dan digadang-gadang sebagai sistem terbaik yang mereka terapkan. Alih-alih mengakomodasi suara rakyat, justru faktanya hanya suara segelintir orang yang diakomodasi. Bahkan, demokrasi tidak segan-segan menampakkan wajah otoritarianisme ketika keputusannya digugat dan dikritik publik.
Cengkeraman sekularisme itu nyata dan mereka ingin sekuler dan liberalisme masuk ke dalam darah kaum Muslim hingga mereka tercabut dari keislamannya. Karena hanya Islam yang akan menghentikan keserakahan kapitalisme liberal. Islam juga yang akan menghentikan kejatahan yang tersistem yang diterapkan hari ini. Maka, wajar Islam begitu dimusuhi dengan berbagai dalih. Islam agama yang agung, mulia, nan suci, dihinakan dan dilecehkan oleh mulut-mulut kaum sekuler liberal. Maka, umat Islam harus membuka mata, mengkaji dan memperjuangkan Islam agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah harapan umat dan solusi atas problematika kehidupan. Mengingkari Islam hanya akan merugikan diri sendiri dan menjerumuskan umat ke dalam lumpur kegelapan kapitalisme sekuler. Di setiap ujian itu ada tantangan dan peluang. Sekalipun segala tantangan dakwah memiliki risiko, tetapi dakwah harus berfokus pada peluang dakwah dan kemenangan dakwah, bukan pada hambatan atau tantangannya. Hambatan bukan untuk membuat umat Islam lemah, tetapi untuk dihadapi dan ditaklukkan. Begitu juga dengan tantangan dakwah. Justru tantangan dakwah mampu menjadi ladang pahala bagi pengemban dakwah yang tulus ikhlas berjuang.[]
Oleh: Ika Mawarningtyas, S.Pd.
Direktur Mutiara Umat Institute dan Dosen online Uniol 4.0 Diponorogo
Materi Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo, Rabu, 1 Februari 2023 di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad #LiveOpperessedOrRiseUpAgainst
0 Komentar