TintaSiyasi.com -- Founder Art of Dakwah Ustaz Asep Supriatna membeberkan beberapa prinsip dalam berbicara yang berpengaruh.
"Ada beberapa prinsip dalam berbicara yang berpengaruh," tuturnya dalam Public Class of Dakwah: Menjadi Pembicara yang Berpengaruh, di Youtube Art of Dakwah, Ahad (26/02/2023).
Ustaz Asep menjelaskan prinsip dalam berbicara yang berpengaruh. Pertama, tidak ada satupun kekuatan yang kita punya untuk mengubah orang lain. "Siapa yang bisa mengubah orang lain? Jawabnya Allah. Siapa yang bisa memberi hidayah orang lain? Jawabnya Allah. Maka jangan terlalu percaya diri, kita yang menjadi sebab orang lain berubah. Ketika kita berbicara, hal itu yang harus kita tanamkan. Sehingga ketika kita berbicara ada intention, ada power (kekuatan) karena kita bersandar hanya kepada Allah. Jadi kita tidak kecewa jika tidak berhasil mengajak orang lain," ujar dia.
Menurut Kang Asep, penyebab kita gagal, karena kita bergantung pada amal.
مِنْ عَلامَةِ الإِعْتِمَادِ عَلَى الْعَمَلِ نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُودِ الزَّلِ
Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya raja' (harapan terhadap rahmat Allah) tetkala ia mengalami kegagalan (Ibnu Athaillah).
"Jangan gantungkan pengaruh kepada amal, atau ikhtiar kita, justru kita beramal agar kita dapat pahala. Semakin banyak amal semakin banyak pahala. Ketika berbicara jangan asal bunyi, tetapi bergantung pada Allah saja. Dan sampaikanlah perkataan yang baik atau diam," imbuhnya.
Ia mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.
"Kedua, jadilah cermin sebelum kita berbicara. Sebelum kita berbicara, menyeru, mengajak pada orang lain harus bercermin diri. Kenapa kata-kata kita tidak punya kekuatan, tidak punya power tidak ada daya gugahnya karena biasanya kita bicara tanpa cermin diri. Maka sebelum kita berbicara sebaiknya bercermin dulu," terangnya.
Kang Asep juga menyinggung, berbicara itu ibarat magnet, jika tidak mempunyai kekuatan tarikan yang kuat maka daya pengaruhnya kecil. Daya tarik itu berawal dari keteladanan. Allah membenci orang yang menasehati orang lain tetapi dia tidak melaksanakan. Sebagaimana QS. Ash-Saff: 2-3
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (٣)
Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan. Dalam pandangan Allah, sangat kejilah perbuatan kalian mengatakan sesuatu tanpa kalian kerjakan.
"Seorang pembicara akan diuji dengan apa yang disampaikannya," cercanya.
"Ketiga, semakin lengkap semakin memuaskan semakin menggugah untuk bergerak. Ketika kita berbicara harus semakin baik tidak hanya bersandar kepada Allah, tetapi ketika kita beramal, amal kita menjadi amal-amal yang terbaik. Ketika berbicara harus dengan berbicara yang baik. Maka dalam berbicara itu kita harus memiliki materi yang baik, materi yang memuaskan akal, menentramkan jiwa dan sesuai fitrah manusia. Jadi bukan hanya memuaskan akal saja tapi kering jiwa. Itu bisa menjadi hamba-hamba yang hambar. Jadi pemikir tetapi enggak punya rasa, kan bahaya juga. Tetapi kalau hanya menentramkan jiwa terus adem ayem, tenang, diajak mikir enggak mau itu juga, bahaya. Begitu juga dengan materi kita juga harus bisa, menyesuaikan fitrah manusia," imbuhnya.
Ia menjelaskan, bagaimana cara otak menangkap pesan disesuaikan dengan karakternya. Jika karakternya thinking, argumentatif. Jika intuiting imajinatif. Jika sensing aplikatif. Jika feeling motivatif.
"Keempat, sampaikan pesan dengan hangat, hadir dan powerful. Hangat itu dekat, hadir itu tidak sambil lalu, powerfull itu punya energi. Jadi ketika kita bicara, benar-benar memukau audien atas izin Allah dengan kualitas berbicara kita. Jangan palingkan wajah saat berbicara," ujarnya.
Ia mengutip firman Allah QS. Lukman: 18,
وَلَا تُصَعِرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
"Berbicara bukan sekedar menyampaikan modul atau slide, tetapi memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi audien, maka pastikan menyajikannya dengan cara terbaik. Dengan seni mengemas berbicara yang menggunggah. Seni menata hati, seni menata diri, seni menata materi, dan seni menata delivery," tutupnya.[] Rina.
0 Komentar