TintaSiyasi.com -- Sobat. Sudah selayaknya kita senang dan bahagia dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Dan diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda, " Barangsiapa merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya terhadap neraka."
Sobat. Dalam kita Durratun nasihin disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
" Surga itu rindu kepada empat orang: Orang yang membaca Al-Quran, Orang yang menjaga lidahnya, Orang yang memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan Orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan."
Sobat. Syekh Muhammad Sulaiman Nashrullah Al-Farra`, dalam kitab Al-Tsalâtsûna Hadîtsan Al-Ramadhâniyyah (Tigapuluh Hadits Seputar Ramadhan) ada pembahasan bagaimana hanya dengan beribadah satu malam, seorang hamba Allah akan mendapat pahala sholat sunnah (sholatul lail) selama empat setengah malam. InsyaAllah
Pertama, lakukan shalat tarawih berjamaah bersama Imam hingga Imam selesai shalat witir. Pahalanya setara dengan pahala shalat sunnah satu malam. InsyaAllah.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
(man qâma ma’a al-‘imâmi hatta yansharifa kataballâhu lahu qiyâma lailatin)
“Barangsiapa yang shalat malam (tarâwih) bersama Imam hingga Imam selesai (witir), maka ditulis oleh Allah baginya pahala shalat (sunnah) satu malam.” (HR Ahmad, no. 21419, hadits ini dinilai shahih oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani).
Jadi, ketika kita sudah menyelesaikan shalat tarawih berjamaah dengan Imam di masjid, sebaiknya kita TIDAK PULANG ke rumah dengan alasan akan mengerjakan sholat witirnya di rumah. Tetaplah di masjid, dan laksanakan sholat witir bersama Imam. InsyaAllah pahalanya setara dengan shalat sunnah satu malam.
Kedua, bacalah 2 ayat terakhir surat Al-Baqarah sebelum tidur, yaitu ayat ke-285 dan ke-286.
Pahalanya setara dengan shalat sunnah satu malam. InsyaAllah.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَاۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَاۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Al-Baqarah (2) : 285-286 )
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
(man qara`a al-âyataini min âkhiri sûratil baqarati fî lailatin kafatâ-hu)
“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah pada malam hari, maka dua ayat itu akan mencukupi baginya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam sabda Rasulullah SAW tersebut, terdapat kalimat dari Rasulullah SAW,”Dua ayat itu mencukupi baginya (Arab : kafatâ-hu), yang terjemahannya,”Dua ayat tersebut akan mencukupi bagi dia”.
Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut (dua ayat itu mencukupi bagi dia), adalah :
(ajza’atâ ‘anhu min qiyâmi al-lailati bi al-qur`ân)
“Dua ayat itu mencukupi bagi dia dari shalat satu malam dengan [membaca] Al Qur`an.” (Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Fathul Bârî, IX/56).
Ketiga, bacalah ayat ke-190 hingga ke-194 dari QS Ali ‘Imran, insyaAllah akan mendapat pahala shalat malam selama satu malam penuh, sesuai pendapat Utsman bin Affan RA :
(man qara`a âkhira âli ‘imrâna fî lailatin kutiba lahu qiyâmu lailatin)
“Barangsiapa membaca ayat-ayat terakhir surat Ali Imran pada malam hari, maka akan dicatat baginya pahala shalat malam satu malam penuh.” (HR Ad-Darimi, no. 3396, dengan sanad dha’if).
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ رَبَّنَا إِنَّكَ مَن تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّاۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِۖ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". ( QS. Ali Imran (3) : 190-194 )
Sobat. Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai Aisyah, saya pada malam ini beribadah kepada Allah." Jawab Aisyah r.a. "Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya." Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan. Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu, tidak jauh dari tempatnya lalu salat.
Sobat. Pada waktu salat beliau menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al-Qur'an yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya, "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?" Nabi menjawab, "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata, "Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya."
Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sabaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi orang-orang yang berakal. Memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia.
Keempat, laksanakan sholat Isya’ berjamaah pada malam itu, dan sholat Shubuh berjamaah pada keesokan harinya. InsyaAllah Anda akan mendapat pahala setara dengan shalat malam selama satu setengah malam. Dengan sholat Isya berjamaah, pahalanya setara dengan sholat malam selama setengah malam. Dengan sholat Shubuh berjamaah, pahalanya setara dengan sholat malam selama satu malam penuh.
Dalilnya sabda Rasulullah SAW :
(man shalla al-‘isyâ’a fî jamâ’atin fa-ka`annamâ qâma nishfa al-lailati, wa man shalla al fajra fî jamâ’atin fa-ka`annamâ qâma al laila kullahu).
“Barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia sholat (sunnah) setengah malam, dan barangsiapa yang sholat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan dia sholat malam seluruh malam.” (HR Al-Baihaqi, no. 4963, hadits ini dinilai shahih oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani).
Sobat. Bersumber dari Anas ibn Malik ra, dari Rasulullah SAW bersabda , “ Barangsiapa menghadiri majelis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah SWT menetapkan baginya untuk setiap langkah, ibadah satu tahun, sedang ia akan ada bersamaku di bawah ‘Arsy. Dan barangsiapa senantiasa berjamaah pada bulan Ramadhan, maka Allah SWT memberinya untuk setiap rakaat, sebuah kota yang penuh dengan nikmat-nikmat Allah SWT. Dan barangsiapa berbuat baik kepada ibu bapaknya pada bulan Ramadha, maka ia mendapat perhatian Allah SWT dengan penuh rahmat, sedang aku menjamin dia masuk surga. Dan tidak ada seorang wanita pun yang memohon ridha dari suaminya pada bulan Ramadhan, kecuali dia mendapatkan pahala Maryam dan Aisyah dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya yang muslim pada bulan Ramadhan, maka Allah SWT memenuhi seribu hajatnya pada hari kiamat.”
Sobat. Agar Ramadhan kita lebih terarah, terencana, dan terisi dengan amal-amal ibadah, sebaiknya kita memiliki agenda harian. Agenda ini berisi kegiatan-kegiatan harian kita mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Silahkan lihat tayangan youtube di Channel youtube Faqih Syarif https://www.youtube.com/channel/UC5c6ztDlJTLl0bL8h-yDT8A
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual
0 Komentar