TintaSiyasi.com -- Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).
Bulan suci Ramadhan kembali hadir di tengah-tengah umat Islam seluruh dunia. Kehadiran tamu agung 1444 H disambut dengan suka cita oleh segenap umat Islam seluruh dunia. Kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan didasarkan oleh firman Allah QS Al Baqarah: 183 di atas. Tujuan puasa yang diwajibkan oleh Allah atas seorang mukmin adalah agar mencapai derajat taqwa. Artinya ada semacam proses perubahan individual bagi seorang yang berpuasa atau bisa disebut dengan istilah transformasi spritual.
Ramadhan dengan demikian memiliki esensi perubahan menjadi lebih baik bagi orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. Dengan banyaknya keistimewaan, maka diharapkan seorang mukmin akan mendapatkan banyak pemahaman, kesadaran, komitmen dan konsistensi untuk menjadi lebih baik pasca Ramadhan. Sebab sebagaimana firman Allah QS Ar Ra’d : 11, bahwa perubahan itu harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Perubahan itu tergantung pengetahuan, kemauan dan kemampuan orang yang bersangkutan.
Ramadhan transformatif maknanya adalah bahwa dengan berbagai keistimewaan bulan Ramadhan, diharapkan umat Islam baik secara individual maupun sosial melakukan proses perubahan menjadi lebih baik sejalan dengan perintah dan larangan Allah. Sebab taqwa pada dasarnya adalah melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah.
Ramadhan mestinya menyadarkan kepada setiap individu muslim untuk mampu melihat segala hal yang terkait dengan dirinya, masyarakat dan bahkan negara ini. Sudahkan keseluruhannya telah menunjukkan nilai-nilai ketaqwaan atau malah sebaliknya, menunjukkan kepada nilai-nilai sekuleristik atau bahkan ateistik. Istilah transformasi pada esensinya adalah proses perubahan suatu objek, situasi, atau kondisi dari satu bentuk atau keadaan menjadi bentuk atau keadaan yang lain. Istilah transformasi sebenarnya bersifat umum yang dapat terjadi dalam berbagai bidang keilmuwan seperti matematika, fisika, biologi, teknologi, dan sosial.
Secara teori, transformasi individual adalah proses perubahan yang dialami oleh individu secara pribadi dalam hal pemikiran, nilai, keyakinan, dan perilaku, sehingga dapat mempengaruhi cara hidup dan interaksi sosialnya. Transformasi individual dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti pengalaman hidup, keinginan untuk memperbaiki diri, dan dorongan dari lingkungan sekitar.
Proses transformasi individual dapat melibatkan tahapan-tahapan tertentu, seperti kesadaran akan adanya masalah atau kekurangan, pengakuan dan penerimaan atas kekurangan tersebut, niat untuk berubah, upaya untuk mengubah pola pikir dan perilaku, serta konsistensi dan ketekunan dalam menerapkan perubahan tersebut.
Transformasi individual dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang, seperti peningkatan kualitas hidup, peningkatan produktivitas dan kesuksesan, peningkatan hubungan sosial, dan peningkatan kesehatan mental dan fisik. Namun, proses transformasi individual juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kesulitan, terutama jika perubahan yang dilakukan melibatkan perubahan nilai dan keyakinan yang sudah tertanam dalam diri seseorang.
Selama bulan suci Ramadhan, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk merangsang proses transformasi individual antara lain adalah dengan belajar dan memperoleh pengetahuan baru dengan menghidupkan budaya literasi semisal membaca, menulis, mendengar kajian, berdiskusi persoalan agama dan lain sebagainya.
Transformasi individu muslim selama bulan suci Ramadhan juga bisa dilakukan dengan membuka diri terhadap sudut pandang dan pengalaman yang berbeda semisal dari dimensi ritualistik ke dimensi ideologis. Transformasi individual selama Ramadhan juga bisa diwujudkan dengan cara melakukan refleksi diri secara berkala atau sering disebut sebagai muhasabah. Bisa juga dengan melakukan interaksi dengan orang-orang yang positif dan inspiratif seperti para guru, ustadz, kyai dan ulama dan seterusnya.
Dalam konteks sosial, transformasi sering digunakan untuk menggambarkan perubahan besar dalam masyarakat atau organisasi, seperti revolusi industri atau transformasi digital. Transformasi ini dapat melibatkan perubahan dalam kebijakan, budaya, atau teknologi yang mendorong perubahan dalam cara masyarakat bekerja, berkomunikasi, dan hidup. Transformasi sosial mengacu kepada perubahan sosial diberbagai bidangnya. Transformasi sosial dalam Islam memiliki akar sejarah yang kuat.
Transformasi sosial dalam Islam telah terjadi sejak awal munculnya agama Islam di abad ke-7. Berikut ini adalah beberapa peristiwa penting dalam sejarah transformasi sosial dalam Islam:
Pertama, perubahan pola pikir dan pola sikap masyarakat jahiliah. Saat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah SWT, moralitas dalam masyarakat Arab sangat rendah, hingga disebut sebagai masyarakat jahiliah.
Praktek-praktek amoral seperti kekerasan, kekerasan seksual, dan alkoholisme sangat umum terjadi akibat oleh pola pikir rusak yang jauh dari tuntunan agama. Islam mengajarkan pola pikir dan pola sikap yang lebih tinggi, seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang, dan dengan demikian membawa perubahan sosial yang signifikan dalam masyarakat Arab saat itu. Islam telah melakukan proses trasformasi sosial kemasyarakatan dari budaya jahiliah menjadi budaya maju dan mulia.
Kedua, Islam melakukan transformasi sosial dengan dakwah Rasulullah dengan melakukan penghapusan praktek-praktek kejahatan. Nabi Muhammad secara konsisten mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah, dan praktek-praktek kejahatan seperti penindasan, perbudakan, dan diskriminasi rasial harus dihapuskan. Ini membawa transformasi sosial signifikan dalam masyarakat Arab, mengubah praktek-praktek kejam seperti penguburan anak perempuan hidup-hidup dan perang saudara menjadi praktik-praktik yang tidak lagi diterima dan digantikan dengan kehidupan sosial yang penuh kasih sayang, perdamaian, persatuan, kebersamaan, kekeluargaan, keamanan dan kesentaosaan.
Ketiga, transformasi sosial berupa pembangunan sistem pendidikan. Islam mengajarkan pentingnya pendidikan dan pengetahuan, dan sistem pendidikan Islam yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu. Hal ini memungkinkan masyarakat Islam untuk lebih maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi meninggalkan jauh bangsa-bangsa lain, utamanya bangsa Eropa. Hal ini dilandasi oleh wahyu pertama dalam Islam yakni soal tradisi literasi, yakni membaca dan menulis. Firman Allah dalam QS Al ‘Alaq: 1-5 ini menjadi inspirasi dan aspirasi peradaban agung dalam sejarah Islam yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan.
Keempat, transformasi sosial berupa embangunan sistem kesehatan yang gratis dan berkualitas. Islam mengajarkan pentingnya kesehatan dan kebersihan, dan banyak sistem kesehatan yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu. Hal ini membawa perubahan sosial positif dalam masyarakat, memungkinkan orang untuk hidup lebih lama dan sehat. Islam sangat mengedepankan makanan yang baik dan halal yang memungkinkan jaminan kesehatan sosial sekaligus menyediakan sarana kesehatan yang berkualitas bagi rakyat yang mendapatkan musibah sakit.
Kelima, transformasi sosial berupa Pembangunan sistem perekonomian yang adil dan merata. Islam mengajarkan pentingnya perekonomian yang adil dan berkelanjutan. Sistem perekonomian Islam yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu, termasuk praktek-praktek seperti zakat, yang membantu mengurangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Dengan demikian, Ramadhan adalah bulan dimana akan mendorong adanya proses transformasi spiritual pada semua aspeknya, yakni upaya untuk lebih taat kepada Allah dalam semua bidang kehidupan dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah melalu sebuah aktivitas dakwah dan pendidikan, sehingga melahirkan kesadaran kolektif untuk mewujudkan ketaqwaan kolektif pula. Transformasi spiritual adalah proses perubahan dalam diri seseorang yang melibatkan pertumbuhan dan evolusi pada tingkat spiritual atau religius. Transformasi ini dapat mencakup perubahan pada keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku yang berkaitan dengan agama atau spiritualitas Islam.
Transformasi spiritual sering kali dimulai dengan kesadaran diri tentang kebutuhan untuk memperdalam hubungan seorang hamba dengan Allah, Tuhan yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Hal ini mendorong seseorang untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam lebih intensif selama bulan suci Ramadhan, mengamalkan berbagai ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh, dan mempraktekkan nilai-nilai yang mengarah pada pertumbuhan nilai spiritual atau nilai ketaqwaan.
Transformasi spiritual juga dapat terjadi melalui pengalaman-pengalaman yang mengubah hidup selama menjalani puasa Ramadhan, seperti menghadapi krisis, kematian, atau penyakit yang serius. Pengalaman-pengalaman ini dapat mendorong seorang muslim untuk mencari makna dan tujuan hidup yang lebih dalam, dan mengarahkan mereka pada jalan transformasi spiritual.
Dengan berbagai pengalaman spiritual selama Ramadhan akan menumbuhkan kesadaran spiritual dari mana dia hidup, untuk apa hidup di dunia dan hendak kemana setelah kematiannya kelak. Transformasi spiritual selama bulan Ramadhan tidak hanya berdimensi individual, namun juga berdimensi sosial.
Secara teoritis, transformasi sosial adalah perubahan signifikan pada nilai-nilai, norma, dan struktur sosial dalam suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Transformasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi masyarakat.
Contoh faktor internal yang dapat memicu transformasi sosial adalah perubahan dalam nilai-nilai dan norma masyarakat, perubahan demografi dan pola keluarga, serta kemajuan teknologi dan informasi yang memengaruhi cara orang hidup, bekerja, dan berinteraksi. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa perubahan dalam tatanan global, seperti globalisasi ekonomi dan politik, konflik internasional, dan perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia.
Transformasi sosial dapat membawa perubahan positif seperti perbaikan ekonomi dan kesejahteraan, kemajuan teknologi, kemajuan sosial atau bisa juga berdampak negatif seperti ketidakadilan sosial, konflik sosial dan sejenisnya. Hal ini sangat bergantung kepada ideologi apa yang melatarbelakangi proses transformasi sosial tersebut. Ada tiga ideologi di dunia ini, pertama, Islam dengan sistem khilafahnya. Kedua, sekularisme demokrasi dengan sistem kapitalismenya dan ketiga, sosialisme ateis dengan sistem komunismenya.
Tulisan ini adalah tulisan pertama, selanjutkan akan ditulis secara lebih rinci lagi selama bulan suci Ramadhan ini. Berbagai dimensi yang lebih rinci akan dikaji dalam tulisan berikutnya. Semoga tulisan ini dan seterusnya memberikan inspirasi bagi proses perubahan menjadi pribadi dan sosial yang lebih bertaqwa yang sekaligus menjadi tujuan pelaksanaan puasa Ramadhan.
Oleh: Dr. Ahmad Sastra, M.M
(Dosen Filsafat)
0 Komentar