TintaSiyasi.com -- Publik sering diperlihatkan berita seorang oknum pejabat atau seorang sarjana, tapi perilakunya sering 'menabrak' rambu-rambu aturan negara dan agama. Seperti korupsi, pamer kemewahan, arogan dan perilaku tercela lainnya. Maka profil orang semacam ini bukanlah seorang yang cerdas dalam pandangan Islam.
Mari kita renungkan sebuah hadis Rasul teladan yang disampaikan oleh Umar bin Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata:
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .
''Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, 'Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?' Nabi menjawab, 'Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat'.'' (Hadit Riwayat Ibnu Majah).
Jadi, parameternya orang itu disebut orang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Walau ada seorang sarjana atau bahkan profesor, tapi kalau dia 'terbius' dengan dunia atau terlalu cinta dunia sehingga lalai untuk berzikir kepada Allah, sering meninggalkan shalat, jarang baca Al-Qur'an atau bahkan berbuat korupsi dan pelanggaran syariat lainnya, maka dia bukanlah orang yang cerdas.
Betapa banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi tak cerdas. Mereka salah dalam memprioritaskan kehidupannya. Orientasi hidupnya hanya duniawi yang fana ini, hanya menuruti hawa nafsunya, sehingga mereka lalai akan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Terkait hal itu juga, Sahabat Abu Bakar r.a. pernah berujar: " Sungguh kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat." (Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra VI/353).
Mengapa demikian? Sebab, takwa akan meringankan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam surga-Nya. Sebaliknya, dosa dan maksiat akan menyulitkan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkannya ke dalam azab neraka.
Alhasil, orang cerdas bukanlah orang yang ber-IQ tinggi atau mempunyai catatan prestasi akademik di bangku kuliah dengan nilai IPK yang mumpuni atau memiliki gelar akademik S-2, S-3 atau bahkan profesor dari perguruan tinggi bergengsi di dalam atau di luar negeri.
Orang cerdas adalah orang yang selalu bertakwa kepada Allah SWT, orang yang hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan ragam dosa dan maksiat.
Dunia Itu Fana
Tidak sedikit manusia yang tertipu dengan 'manisnya' dunia.Padahal dunia itu 'fana' alias hancur. Firman Allah SWT:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal." (QS. Ar Rahman: 26-27).
Dan firman-Nya:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya? (Al-An’âm/6:32)
Hidup di dunia ini tak lama.Umur umat akhir zaman cuma antara 60—70 tahun, Rasulullah Saw bersabda :
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut.” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan tidak sedikit saudara-saudara kita yang belum sampai 60 tahun sudah dipanggil Allah SWT alias wafat. Dan jika ada yang berumur lebih 70 tahun itu merupakan bonus dari Allah agar menambah amal ibadah dan bertobat agar siap jika dijemput malaikat Izrail a.s.
Penduduk Surga Banyak Orang Miskinnya
Perlu menjadi peringatan bagi kita bahwa orang fakir-miskin itu menjadi mayoritas penduduk surga. Orang-orang yang lemah di dunia ini sudah masuk surga, sementara para hartawan, pejabat tinggi masih tertahan karena lama 'hisabnya' di akhirat kelak. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قمت على باب الجنة، فكان عامة من دخلها المساكين، وأصحاب الجد محبوسون غير أن أصحاب النار قد أمر بهم إلى النار
“Saya pernah berdiri di pintu surga, ternyata umumnya orang yang memasukinya adalah orang miskin. Sementara orang kaya tertahan dulu (masuk surga). Hanya saja, penduduk neraka sudah dimasukkan ke dalam neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اطلعت في الجنة، فرأيت أكثر أهلها الفقراء
“Saya pernah melihat surga, aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang miskin.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain, riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasul bersabda: "Bahwa orang-orang fakir dari orang beriman itu masuk surga lebih duluan dibanding orang-orang kaya jaraknya 'setengah hari' yang setara dengan 'lima ratus tahun'
di dunia ini'."
Itulah sebagai renungan bagi kita agar kita tidak tertipu dengan pernak-pernik dunia yang sementara sehingga terlupakan kehidupan yang kekal abadi di akhirat.
Semoga kita termasuk orang yang cerdas! Aamiin. Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh: Abd. Mukti, S.Ag.
Pemerhati Kehidupan Beragama
0 Komentar