Ia mengatakan, jikalau menghafal Al-Qur'an itu adalah rezeki, berarti Allah akan memberikan kepada orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Lebih lanjut, dia menyatakan, pemahaman tersebut khusus untuk orang tua. Sedangkan bagi anak, diberikan pemahaman yang berbeda.
“Tugas anaknya, memahami pemikiran bahwa menghafal Al-Qur'an adalah kewajiban dia. Mengikuti musrifah atau musrifnya. Mengikuti penanggung jawabnya. Itu tugas dia,” tegasnya.
Dia mengatakan, kewajiban anak adalah mengikuti arahan dari gurunya, apabila gurunya sudah memberikan sesuatu, maka ikuti saja. Allah nantinya akan memberikan keberkahan karena ketaatan kepada gurunya itu.
“Nah, kalau dia sudah ngikutin, sudah benar-benar maksimal, dan musrifahnya juga sudah bilang, iya anak ini sudah maksimal. Maka dapatnya baru satu ayat dua ayat, ya sudah. Itu rezekinya begitu. Bisa dipahami ya,” jelasnya.
Jadi sebagai orang tua, ia mengimbau agar jangan merasa sedih apabila melihat anak-anak yang lain memiliki hafalan yang lebih baik ketimbang anaknya. Dia menegaskan akan sangat pentingnya menjadi orang tua yang saleh dan salihah, karena hal itu akan menjadi sebuah wasilah agar anak mendapatkan pertolongan langsung dari Allah.
"Kalau punya anak banyak, justru harus pergi ke majelis. Karena kalau hanya mengajari anak saja tanpa disertai amal salih, tidak ada yang bisa menjamin anaknya menjadi baik tanpa hadirnya pertolongan Allah," terangnya.
"Yang bisa dilakukan orang tua untuk anak-anak yang sedang menghafalkan Al-Qur'an adalah dengan mendoakanya. Lewat wasilah kita doa. Ya Allah, aku sudah coba untuk mengisi kajian. Berdakwah amar makruf nahi munkar. Mudah-mudahan Allah tolong anak saya,” pungkasnya.[] Muhammad Sholeh
0 Komentar