Adakah Pahala yang Lebih Besar dari Ibadah di Masjidil Haram di Malam Lailatulqadar?


TintaSiyasi.com-- Pengamat Peradaban Prof. Dr. -Ing. Fahmi Amhar menyatakan bahwa ada pahala yang lebih besar dari ibadah di Masjidil Haram di malam Lailatulqadar, yaitu dakwah dan jihad fi sabilillah!

"Adakah pahala yang lebih besar dari ibadah di Masjidil Haram di malam Lailatulqadar? Ada! Yaitu dakwah dan jihad fi sabilillah!," ungkapnya kepada TintaSiyasi.com, Kamis (13/4/2023).

Ia menerangkan, karena itulah, pasca Fathu Makkah, tidak banyak sahabat Nabi yang bertahan di Makkah. Padahal di sana lebih besar kesempatan mereka untuk selalu shalat di Masjidil Haram, dengan pahala 100.000 kali dari di masjid yang lain.  

"Dan di bulan Ramadhan, lebih mudah dari mereka untuk selalu iktikaf di bawah Multazam, agar mendapat anugrah Lailatulqadar. Tetapi tidak. Sebagian besar sahabat Nabi justru berkelana. Ada yang ke Syam atau Mesir, berdakwah di sana, dan siap siaga menantang kekuatan super power Romawi Byzantium," tuturnya.

Ia juga menuturkan, ada yang ke Irak, berdakwah di sana, dan siap siaga menantang kekuatan super power Persia.  Ada yang sampai ke India, bahkan ada yang sampai ke Cina. Mereka berdakwah, dan pulang ke negeri Islam membawa aneka sains dan teknologi. Matematika, astronomi, kompas, mesiu, teknologi pembuatan kertas, dan sebagainya.

"Banyak makam sahabat Nabi yang berada di negeri-negeri terdepan ini. Ini menunjukkan, bahwa pahala dakwah dan jihad fi sabilillah tidak tertandingi oleh apapun, sekalipun itu iktikaf di malam Lailatulqadar di Masjidil Haram, tempat yang konon paling mustajab di muka bumi untuk berdoa," terangnya.

Ia juga tak lupa mengutip beberapa dalil keutaman jihad fi sabilillah, di antaranya:

Dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,

قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَعْدِلُ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». قَالَ : فَأَعَادُوْا عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا . كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». وَقَالَ فِيْ الثَّالِثَةِ : « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللهِ . لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى » .

Dikatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Amalan apa yang setara dengan jihad _fii sabiilillah?_ Nabi Muhammad SAW berkata: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Para shahabat mengulangi pertanyaan tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketiga kalinya: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, shalat, dan khusyu’ dengan (membaca) ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya sampai orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala itu kembali.”[11]

"Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahiih-nya (no. 1878), Ibnu Abi Syaibah (no. 19542), Ibnu Hibban (no. 4608-at-Ta’liiqaatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban), At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 1619), Ahmad dalam Musnad-nya (II/424), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 2612)," kutipnya.

Lebih lanjut ia katakan, sedangkan dalil keutamaan dakwah, yang berarti menyeru pelaku keburukan agar berubah menjadi pelaku kebaikan, bahkan bisa menjadi jihad yang paling afdhol.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011.)," tutupnya. [] Lanhy Hafa.

Posting Komentar

0 Komentar