Keagungan Islam karena Al-Qur'an


TintaSiyasi.com -- Sobat. Al-Qur’an bagai lautan yang tak bertepi tapi bisa digapai; lautan yang sangat dalam tapi bisa diselami. Al-Qur’an bisa mencerahkan semua kalangan sesuai dengan kapasitas ilmiahnya masing-masing. Al-Qur’an itu kalamullah yang penuh cahaya. Tangkaplah cahaya itu dengan membacanya, menadabburinya dan mengamalkan isi kandungannya.

Sobat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayai 1 sd 8 :

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدٗا وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗا مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٖ وَلَا لِأٓبَآئِهِمۡۚ كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبٗا فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيۡهَا صَعِيدٗا جُرُزًا  

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak". Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus." (QS. Al-Kahfi (18) : 1 – 8).

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt memuji diri-Nya, sebab Dialah yang menurunkan kitab suci Al-Qur'an kepada Rasul saw sebagai pedoman hidup yang jelas. Melalui Al-Qur'an, Allah memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Ayat Al-Qur'an saling membenarkan dan mengukuh-kan ayat-ayat lainnya, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan. Nabi Muhammad saw yang menerima amanat-Nya menyampaikan Al-Qur'an kepada umat manusia, disebut dalam ayat ini dengan kata 'hamba-Nya untuk menunjukkan kehormatan yang besar kepadanya, sebesar amanat yang dibebankan ke pundaknya.

Sobat. Allah SWT menerangkan bahwa Al-Qur'an itu lurus, yang berarti tidak cenderung untuk berlebih-lebihan dalam memuat peraturan-peraturan, sehingga memberatkan para hamba-Nya. Tetapi juga tidak terlalu singkat sehingga manusia memerlukan kitab yang lain untuk menetapkan peraturan-peraturan hidupnya. Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad saw agar beliau memperingatkan orang-orang kafir akan azab yang besar dari Allah, karena keingkaran mereka kepada Al-Qur'an. Juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan memperoleh pahala yang besar dari-Nya, karena keimanan mereka kepada Allah dan rasul-Nya, serta amal kebajikan yang mereka lakukan selama hidup di dunia.

Sobat. Pahala yang besar itu tidak lain adalah surga yang mereka tempati untuk selama-lamanya, mereka tidak akan pindah atau dipindahkan dari surga itu, sesuai dengan janji Allah SWT kepada mereka.
Firman Allah SWT:
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan. (Az-Zukhruf/43: 72).

Sobat. Dalam ayat 4 QS Al-Kahfi ini Allah kembali menyebutkan tugas Rasulullah untuk memberikan peringatan kepada kaum kafir, karena kekufuran mereka dipandang perkara besar oleh Allah, terutama orang-orang kafir yang mengatakan Allah itu mempunyai anak.

Mereka itu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu: pertama, golongan musyrikin Mekah (Arab) yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu putri Tuhan; kedua, golongan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair putra Tuhan; dan ketiga, golongan orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa putra Tuhan.

Sobat. Al-Qur'an diturunkan ke dunia untuk mengembalikan kepercayaan umat manusia kepada tauhid yang murni. Banyak ayat-ayat yang mengancam berbagai kepercayaan kepada selain Allah yang dianggap sebagai keyakinan yang sangat keliru.

Firman Allah SWT:
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (At-Taubah/9: 30).

Sobat. Anggapan mereka bahwa Allah mempunyai anak sama sekali tidak didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan mereka sendiri, tetapi didasarkan atas persangkaan yang tidak benar atau taklid buta kepada nenek moyang mereka. Padahal, nenek moyang mereka itu juga tidak mempunyai pengetahuan dan dasar keyakinan tentang kepercayaan yang demikian.

Sobat. Sungguh terlalu jelek ucapan mereka itu, yang tidak lahir dari pikiran yang sehat, tetapi begitu saja keluar dari mulut yang lancang. Allah menegaskan bahwa apa yang diucapkan mereka itu adalah kekafiran yang sangat besar, karena tidak didasarkan atas keyakinan, dan tidak patut diucapkan oleh seorang manusia. Kelancangan mereka mengucapkan kalimat kufur itu ditegaskan Allah sebagai suatu kebohongan, yang tidak mengandung kebenaran. Allah SWT mengingatkan Rasul untuk memerintah-kan kepada umatnya supaya kembali kepada agama tauhid, sebagaimana yang diajarkan Al-Qur'an.

Firman Allah:
Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. (Ali 'Imran/3: 64).

Sobat. Menurut riwayat Ibnu 'Abbas bahwa 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, an-Nadhar bin Harits, Umayyah bin Khalaf, al-Asya bin Wa'il, al-Aswad bin Muththalib, dan Abu Buhturi di hadapan beberapa orang Quraisy mengadakan pertemuan. Rasul saw merasa susah melihat perlawanan kaumnya kepadanya dan pengingkaran mereka terhadap ajaran-ajaran yang dibawanya, sehingga sangat menyakitkan hatinya. Lalu turunlah ayat ini.

Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan Rasul saw agar tidak bersedih hati, hingga merusak kesehatan dirinya, hanya karena kaumnya tidak mau beriman kepada Al-Qur'an dan kenabiannya. Hal demikian itu tidak patut membuat Nabi sedih karena tugas beliau hanyalah menyampaikan wahyu Ilahi kepada mereka, sedangkan kesediaan jiwa mereka untuk menerima kebenaran ayat-ayat tersebut tergantung kepada petunjuk Allah SWT.

Firman Allah SWT:
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (Al-Baqarah/2: 272).

Sobat.Sesungguhnya Nabi Muhammad bersedih hati karena hasratnya yang besar dan kecintaannya yang dalam terhadap kaumnya supaya mereka beriman, tidak tercapai. Beliau diberi gelar habibullah artinya kekasih Allah, maka sifat kasih sayang beliau yang sangat menonjol kepada sesama manusia itu adalah pencerminan dari cintanya kepada Allah. Semakin kuat cinta kepada Allah, semakin besar pula kasihnya kepada manusia, bahkan manusia itu dirasakan sebagai dirinya. 

Oleh karena itu, ketika kaumnya menjauhkan diri dari bimbingan Allah swt dan rasul-Nya, beliau merasakan kejadian itu sebagai pukulan berat bagi dirinya. Bukankah kaum yang jauh dari hidayah Allah pada akhirnya akan hancur, dan beliau sendiri akan menyaksikan kehancuran mereka itu. Hati yang sangat iba terhadap mereka menjadi penghalang kebenaran, apapun pendorongnya, dan dapat mengham-bat jalan kebenaran itu sendiri. 

Maka Allah SWT mengingatkan Rasul saw agar tidak mengindahkan tanggapan kaum musyrikin yang menjadi peng-halang tersebarnya agama Islam, tetapi terus menyampaikan dakwahnya dengan bijaksana. Sebab mereka itu adalah manusia yang telah dikaruniai akal pikiran. Dengan akal pikiran itu, manusia dapat merenungkan kebenar-an ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat kauniyah (alam) seperti benda-benda yang terdapat dalam alam ini.

Sobat. Dalam ayat 7 QS. Al-Kahfi ini, Allah SWT menerangkan bahwa segala yang ada di atas bumi ini diciptakan sebagai perhiasan bagi bumi itu, baik binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari berbagai jenis di lautan dan di daratan, maupun barang-barang tambang yang beraneka ragam dan sebagainya. 

Semua itu untuk menguji manusia apakah mereka dapat memahami dengan akal pikiran bahwa perhiasan-perhiasan bumi itu dapat memberi gambaran akan adanya Sang Pencipta, untuk kemudian menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bilamana mereka menggunakan segala benda-benda alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan itu untuk pengabdian diri kepada Allah dan kemaslahatan manusia, maka Allah akan memberi mereka pahala yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, bilamana mereka menggunakannya untuk mendurhakai Allah dan merusak peradaban dan kemanusiaan, maka Allah SWT akan menimpakan kepada mereka azab yang besar pula. 

Sejarah umat manusia membuktikan bahwa mereka selalu berlomba-lomba untuk mem-peroleh benda-benda perhiasan bumi itu, karena merupakan benda-benda ekonomi yang menjadi sumber penghidupan umat manusia. Karena benda-benda itu pula, mereka saling berbunuh-bunuhan satu sama lain yang akhirnya menimbulkan kehancuran. Hal itu tidak akan terjadi jika mereka menyadari bahwa benda-benda hiasan bumi itu adalah anugerah Allah, dan dimanfaatkan untuk kemanusiaan dan pengabdian kepada Tuhan Rabbul Alamin.

Demikianlah, barang siapa yang dapat memahami dan mengambil pelajaran serta hikmah dari benda-benda hiasan bumi itu akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Semua benda alam ini memang diperuntukkan bagi manusia, terserah kepada mereka mau melakukan apa saja terhadap benda-benda hiasan di permukaan bumi itu?

Firman Allah SWT:

Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia) apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. (Al-Hajj/22: 65).

Sabda Nabi Muhammad SAW:

Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menunjuk kamu sebagai penguasa di atasnya, lalu Dia melihat apa yang kamu kerjakan. (Riwayat Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri).

Sobat. Ayat 8 QS. Al-Kahfi ini menerangkan bahwa Allah benar-benar mampu untuk membuat apa yang ada di atas bumi ini menjadi tanah yang datar dan tandus, tidak ada tumbuh-tumbuhan yang menghiasinya. Keindahan yang semula memikat penglihatan berubah menjadi pemandangan yang kering dan pudar. Perubahan demikian itu dapat terjadi disebabkan perubahan iklim, dan dapat pula disebabkan oleh tangan manusia sendiri yang tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatan mereka sendiri, seperti tata kota yang salah, peng-gundulan hutan, pemakaian tanah berlebih-lebihan tanpa pemeliharaan, peperangan, dan sebagainya. 

Dengan demikian, tidak patut bagi Nabi Muhammad untuk berduka cita bagi mereka yang anti terhadap ajaran-ajaran Islam yang dibawanya, karena Allah swt akan menguji mereka dengan menciptakan keindahan di muka bumi ini dengan menciptakan bermacam-macam benda seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Siapa di antara manusia yang beramal baik, Allah akan memberi pahala bagi mereka yang paling baik karena mempergunakan benda hiasan bumi itu sesuai dengan petunjuk Tuhan untuk kemanusiaan. Tetapi jika mereka mempergunakan benda-benda hiasan bumi ini untuk tidak mengikuti petunjuk-Nya, maka Allah SWT kelak menjadikan bumi ini datar dan tandus. Setiap manusia akan diberi ganjaran terhadap perbuatannya yang durhaka.

Sobat. Dengan ayat ini Nabi Muhammad SAW menjadi terhibur. Bagi Rasul saw sudah jelas, jalan yang ditempuh oleh masing-masing golongan manusia, baik yang beriman kepada Al-Qur'an dan maupun yang berpaling dari-Nya.

Sobat. Berbahagialah mereka yang lulus dalam ujian Tuhan itu dan sengsaralah mereka yang gagal. Tugas Rasul saw hanyalah menyampaikan petunjuk-petunjuk Allah SWT. Apakah manusia beriman kepada petunjuk-petunjuk itu ataukah berpaling dari-Nya, Allahlah yang menentukannya.

Sobat. Saya tutup artikel ini dengan doa :

"Ya Allah jadikan kami termasuk hamba-hamba saleh-Mu yang berbuat baik untuk memakmurkan bumi dan masukkan kami ke surga bersama orang- orang yang terbaik.”

Sobat. Inilah cara Allah memakmurkan dunia, yakni dengan munculnya masyarakat berperadaban dengan cara : 
Pertama. Saling menolong, saling mengasihi, memperlakukan mereka sebagaimana saudara karena sama-sama seiman.
Kedua. Melakukan amar ma'ruf yaitu memerintahkan orang lain untuk berbuat baik yaitu hal yang dipandang baik oleh agama dan akal sehat.
Ketiga. Melarang orang lain melakukan kemunkaran yaitu hal-hal yang diingkari baik oleh agama maupum akal sehat.
Keempat. Melaksanakan sholat dengan baik yaitu memperhatikan kewajiban, sunnah, dan etika sholat disertai hati yang khusyuk.
Kelima. Menunaikan zakat sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yanh Allah berikan kepada mereka.
Keenam. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya di semua segi kehidupan, baik akidah, ibadah atau akhlak.

Sobat. Allah akan sangat menghargai mereka dengan berapa penghargaan:
Pertama. Mendapat rahmat dari Allah di dunia maupum di akherat. Kedua. Mendapatkan surga dengan segala kenikmatannya; mereka kekal di dalamnya, berdiam di tempat-tempat tinggal yang sangat bagus, nyaman dan penuh kemewahan. Ketiga. Mendapat ridha dari Allah . Inilah puncak kenikmatan dari segala kenikmatan lahiriah. Itu semua kebahagiaan sempurna dan agung.

Sobat. Allah telah menggelar tanda-tanda tentang eksistensi diri-Nya, Kebesaran-Nya dan Kebenaran kalam-Nya yang berisi pesan-pesan-Nya Yang Agung melalui alam semesta dan Al-Qur'an. Mereka yang beruntung dan akan mendapat pencerahan adalah mereka yang mampu membaca, menelaah, mengkaji keduanya dengan akal yang sehat dan jernih. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Posting Komentar

0 Komentar