TintaSiyasi.com -- Sobat. Keutamaan amal berbeda-beda sesuai dengan manfaat yang didapatkan atau mudharat yang dihindarkan. Iman dan pengetahuan adalah amal paling utama, karena maslahat keduanya paling sempurna. Kebodohan akan Allah dan kufur adalah dosa paling besar karena mafsadat keduanya paling besar.
Sobat. Perlu ditegaskan bahwa balasan yang diberikan kepada manusia pada hari pembalasan itu didasarkan pada amal manusia. Kebaikan di balas dengan kebaikan, sebagaimana juga keburukan dibalas dengan keburukan. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَاۖ وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash (28) : 84).
Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa siapa yang di akhirat datang dengan membawa satu amal kebajikan, akan dibalas dengan yang lebih baik, dan dilipatgandakan sebanyak-banyaknya. Tidak ada yang mengetahui berapa kelipatannya kecuali Allah sebagai karunia dan rahmat dari-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
Siapa yang bermaksud akan mengerjakan satu kebaikan, kemudian tidak jadi dikerjakannya, Allah mencatat pahala pada sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, kalau ia bermaksud mengerjakan satu kebaikan lalu dikerjakannya, maka Allah mencatat (pahala) dengan sepenuh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan lipat ganda yang lebih banyak lagi. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas).
Dalam hadis lain Rasulullah bersabda:
Dan barang siapa yang bermaksud mengerjakan satu kejahatan kemudian tidak dikerjakannya, maka ditulislah oleh Allah swt di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, dan kalau ia bermaksud mengerjakan kemudian dikerjakannya, maka Allah mencatatkan baginya hanya satu kejahatan saja. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas).
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan barang siapa membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Kamu tidak diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang telah kamu kerjakan. (An-Naml/27: 90).
Sobat. Semua amal perbuatan yang dikerjakan manusia selama di dunia itu pun dicatat. Tidak ada yang terlewat sedikit pun. Baik yang kecil maupun yang besar, semuanya dicatat.
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَاۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun." (QS. Al-Kahf (18) : 49).
Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menambahkan keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat, yaitu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan ada yang diberikan dari sebelah kanan, ada pula yang dari sebelah kiri. Orang-orang Mukmin dan beramal saleh menerimanya dari sebelah kanan, lalu ia melihat isinya. Ternyata kebaikannya lebih besar dari kejahatannya, dan kejahatan itu segera diampuni oleh Allah SWT. Maka dia dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman Allah SWT:
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (Al-Haqqah/69: 19-22).
Sobat. Kepada orang kafir dan orang yang bersalah, kitab catatan amal mereka di dunia diberikan dari sebelah kiri. Lalu mereka melihat isinya, dan ternyata penuh dengan catatan dari berbagai kejahatan, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hati mereka terhadap hukuman Allah dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikit pun tidak meninggalkan kesalahan kami yang kecil apalagi yang besar, semuanya dicatatnya." Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya:
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah/69: 25-31).
Sobat. Mereka mendapatkan segala tindakan mereka yang melanggar aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah swt:
Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Infithar/82: 10-12).
Sobat. Semua perbuatan manusia sengaja ditulis dalam buku catatan amal untuk diperlihatkan kepada mereka pada hari kiamat. Firman Allah swt:
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan (Ali 'Imran/3: 30).
Sobat. Tidak ada seorangpun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapapun kecilnya. Allah SWT menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. Firman-Nya:
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit ; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (Al-Anbiya'/21: 47).
Sobat. Allah SWT tidak akan merugikan hamba-hambanya, sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kekufuran. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat, dan menjatuhkan hukuman bagi yang berbuat maksiat.
Sobat. Mengenalkan iman lebih utama dari semua upaya. Dan tingkat kemuliaan pencegahan sesuai dengan tingkat buruknya bahaya yang dicegah. Maka, menghilangkan ketidakjelasan pemikiran yang menyebabkan kekafiran dan keraguan lebih utama dari segala bentuk pencegahan.
Sebab, tidak ada yang lebih buruk untuk dicegah daripada kafir dan ragu kepada Allah. Memberi makan orang kelaparan (darurat) lebih utama daripada memberi makan orang yang membutuhkan (hajat). Begitu pula level sikap lembut, pemaaf, dan toleran berbeda sesuai level kesalahan yang lakukan. Maka memaafkan kesalahan terbesar adalah puncak level memaafkan. Begitu pula bersikap lembut dan sebagainya.
Sobat. Tingkatan sabar sesuai dengan tingkatan objek yang disabari, baik dari sisi menghindari maupun menghadapi objek tersebut. Sabar atas hasrat terbesar adalah puncak kesabaran dari sisi menghindarinya. Sabar dalam ibadah terberat dan cobaan tersulit adalah puncak sabar dari sisi menghadapinya. Jadi semua itu diukur dari besarnya manfaat yang didapat dan mafsadat yang ditolak dalam tujuan dan wasilah suatu amal.
Sobat. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan keimanan yang kuat terhadap Allah SWT, para malaikat-Nya, dan hari kiamat sehingga membuat kita terikat dengan seluruh syariat-Nya tanpa terkecuali, kapanpun dan di mana pun. Dengan begitu, maka kita bisa berharap untuk mendapatkan pahala, ridha, dan surga-Nya. []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual
0 Komentar