Ramadhan Transformatif (Bagian 18)

TintaSiyasi.com -- Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri (Ar-Ra'd: 11).

Alhamdulillah, tak terasa, kita telah memasuki ibadah puasa hari ke 18 bulan Ramadhan 1444 H. Mari hati kita selalu dalam keadaan bahagia dan bersyukur kepada Allah atas segala anugerah yang diberikan. Seraya terus berdoa, semoga Allah senantiasa menjaga, melindungi, meridhoi dan menyelamatkan kita semua, baik di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT:

"Dan di antara mereka ada yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka." (QS Al Baqarah : 201).  

Mendekati garis finish, selayaknya kita semakin semangat mengejar kebaikan di bulan istimewa ini. Ramadhan kali ini tinggal tersisa 12 hari dan tahun depan belum tentu kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Karena itu jangan pernah menyia-nyiakan detik perdetik dari waktu bulan istimewa ini. Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa dalam agama Islam. Selain sebagai bulan suci yang di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang sangat diberkahi, Ramadhan juga dianggap sebagai bulan ketaatan perjuangan bagi setiap individu Muslim.

Di bulan Ramadhan, setiap individu Muslim diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan nafsu selama waktu siang hari. Puasa di bulan Ramadhan juga mencakup menahan diri dari segala bentuk perilaku yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat, dan bertengkar. Tujuannya adalah untuk memperkuat iman, membersihkan jiwa, meningkatkan kebersamaan, serta membentuk karakter yang lebih baik.

Selain itu, di bulan Ramadhan, setiap individu  Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Quran, berzakat, dan melakukan amal kebaikan lainnya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan meningkatkan kebaikan dalam diri serta lingkungan sekitar. Dalam hal ini, Ramadhan menjadi sebuah bulan ketaatan dan perjuangan bagi setiap indivivu Muslim untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup, serta mencapai derajat takwa.

Takwa, menurut Imam an-Nawawi rahimahulLah di dalam Syarh Shahîh Muslim, adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah itulah syariah Islam. Dengan kata lain, takwa adalah mengamalkan dan menerapkan syariah Islam di dalam kehidupan. Takwa mesti diwujudkan secara individual pada setiap orang. Baginda Rasul SAW bersabda: 

"Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada." (HR Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi, al-Bazzar, al-Hakim dan al-Baihaqi).

Kata haytsu pada hadis di atas sebetulnya bisa merujuk pada tiga: tempat (makan), waktu (zaman) dan keadaan (hal). Karena itu sabda Baginda Rasul SAW itu bermakna: 

"hendaknya kita bertakwa kepada Allah SWT di mana pun, kapan pun dalam keadaan bagaimana pun."  (Lihat, ‘Athiyah bin Muhammad Salim, Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah, 42/4-8).

Ramadhan sebagai bulan perjuangan Islam terukir sepanjang sejarah, Ramadhan berisi aktivitas jihad dan penaklukan oleh kaum Muslim. Pada masa Nabi saw. terjadi dua peristiwa besar, yakni Perang Badar al-Kubra dan Penaklukan Makkah. Keduanya berlangsung pada bulan Ramadhan. Perang Badar terjadi pada Ramadhan pertama saat ibadah shaum diwajibkan. Dalam perang tersebut kaum Muslim hanya berjumlah 313 prajurit, dengan dua ekor kuda perang dan 30-40 ekor unta. Sebaliknya, pasukan musyrik Quraisy memiliki dua ratus ekor kuda perang dan sekitar seribu orang prajurit. Namun, dalam perang tersebut Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya sehingga kaum Muslim mendapatkan kemenangan (Lihat: QS al-Anfal [8]:9).

Sementara itu Penaklukan Makkah terjadi pada tanggal 10 Ramadhan 8 H, Rasulullah saw. beserta 10 ribu pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah. Beliau dan pasukan kaum Muslim dapat menguasai Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikit pun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah. Tentu saja hal ini memberikan pelajaran penting bagi setiap individu, keluarga, masyarakat dan negara.

Tentu saja untuk mewujudkan ketakwaan individu membutuhkan sebuah proses transformasi dengan meningkatkan ketaatan dan ketundukan  kepada hukum-hukum Allah. Begitu juga dengan upaya untuk mewujudkan keluarga yang bertakwa. Keluarga bertakwa adalah keluarga yang menjadikan hukum-hukum Allah sebagai standar hidup dan kehidupannya. Keluarga bertakwa adalah keluarga yang hanya tunduk dan patuh kepada hukum Allah dan menjauhkan diri dari hukum-hukum thaghut.

Keluarga bertakwa adalah keluarga yang terus memperjuangkan Islam kaffah dalam agar diterapkan dalam kehidupan sosial. Keluarga bertakwa senantiasa berdakwah menyadarkan masyarakat akan pentingnya penerapan syariah Islam secara menyeluruh, tidak setengah-setengah seperti orang makan di meja prasmanan. Filosofi prasmanan adalah memilih makanan yang hanya disukai. Dengan kata lain hanya memiliki hukum Islam yang disukai dan mengabaikan hukum lainnya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."(QS Al Baqarah : 208). 

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan."(Q.S. Al-A’raf: 96)

Karena itu kepada orang tua harus menetapkan visi, misi dan program sebagai keluarga pejuang. Visi misi adalah sesuatu yang penting bagi keluarga agar gerak langkahnya fokus kepada visi yang telah di tetapkan. Visi keluarga pejuang misalnya : menjadi keluarga penegak Islam kaffah. Misinya : menjadi keluarga yang bertakwa, mulia dan mati syahid.

Profil keluarga pejuang setidaknya ada enam karakteristik; Pertama, memiliki keimanan yang kokoh (QS Ali Imran : 185). Kedua, penguasaan ilmu dan tsaqafah yang mempuni atau rasikh fil ilmi (QS Ali Imran : 7). Ketiga, memiliki pemahaman, kesadaran, komitmen dan konsistensi atas ilmu dan amal. Keempat, memahami bahwa Islam harus diterapkan dan diperjuangkan karena Islam akan menebar rahmat bagi alam semesta (QS Al Anbiya’ : 207). keluarga perjuang bertekad menjadi barisan pejuang Islam (QS Ash Shaf : 4). Kelima, menguasai perkembangan politik kekinian. Keenam, menghiasi diri dengan karakter pejuang (tangguh, berani, keyakinan kuat dan lainnya)

Ada beberapa langkah untuk mewujudkan visi misi menjadi keluarga pejuang: Pertama, setiap anggota keluarga mengikuti pembinaan Islam. Kedua, setiap anggota keluarga mampu membaca Al Qur’an dengan tilawah yang benar sekaligus menghafal Al Qur’an. Ketiga,setiap anggota keluarga menjalankan ibadah sampai derajat ihsan. Keempat, setiap anggota keluarga berdakwah dan berjihad fii sabilillah. Kelima, ada anggota keluarga yang menjadi pemimpin masyarakat (istikhlafu fiil ardhi). Keenam, setiap anggota keluarga memiliki ketrampilan bela diri agar mengembangkan mental dan fifik pejuang. Dan ketujuh, setiap anggota keluarga harus menguasai sains dan teknologi.

Nah, dalam kajian Ramadhan transformatif edisi 18 ini mari kita mentransformasi keluarga kita menjadi keluarga pejuang dengan terus mengokohkan keimanan akan kebenaran Islam, menanamkan ilmu dan tsaqafah yang dibutuhkan, membangun konsistensi antara iman, ilmu dan amal, memahamkan bahwa Islam adalah sebuah ideologi, menjelaskan kepada anak bahwa perjuangan menegakkan Islam adalah kewajiban setiap Muslim, mengajarkan realitas politik kekinian untuk menumbuhkan kesadaran politik Islam bagi anak dan terakhir menanamkan keyakinan bahwa janji Allah itu pasti.

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhoi (QS An Nur : 55)

Hidup itu seperti mendaki gunung. Kemenangannya adalah disaat telah mencapai puncak gunung dengan mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan bisa jadi nyawa. Kemenangan keluarga adalah disaat menjadi keluarga bertaqwa dengan mencurahkan tenaga, pikiran, harga dan nyawa untuk taat dan memperjuangkan tegaknya agama Allah.  Semoga di Ramadhan 1444 H ini, keluarga kita bertransformasi menjadi keluarga pejuang. Kapan lagi kalau bukan sekarang dan siapa lagi kalu bukan keluarga kita.[]

Oleh: Dr. Ahmad Sastra, M.M.
(Dosen Filsafat)


Posting Komentar

0 Komentar