TintaSiyasi.com -- Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri (Ar-Ra'd: 11).
Setelah kita melakukan proses perubahan diri dan keluarga, maka tulisan-tulisan berikutnya dari seri Ramadhan transformatif akan fokus kepada kajian tentang masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, sebagai seorang muslim diwajibkan oleh Allah untuk mengemban dakwah dan perjuangan, sebagaimana pernah disinggung di tulisan sebelumnya. Keluarga hijrah adalah yang melakukan proses perubahan menjadi keluarga dakwah dan perjuangan yang berdimensi sosial kemasyarakat.
Apa pasal ?. Sebab di masyarakat telah terjadi sebuah situasi yang tidak islami dari hampir semua aspeknya. Semisal masalah pendidikan sekuler yang terus menjebak keluarga muslim di negeri ini bahkan di seluruh dunia akan berdampak buruk pada lahirnya generasi muslim yanh sekuler, abai dengan agama dalam menjalankan hidup dan kehidupan. Generasi muslim yang kehilangan adab adalah dampak dari sekulerisme ini.
Menurut Isma’il Raji Al Faruqi menegaskan bahwa sistem pendidikan, “it is the breeding ground of the disease”; di sekolah dan universitas, generasi muda Islam diasingkan dari agama, warisan dan gaya hidupnya. Ketika masyarakat dijauhkan dari agama, maka akan terjadi lost of adab.
Jika ditelisik dari akar katanya, maka sebuah negara dikatakan berperadaban adalah negara yang rakyatnya beradab. Sementara masyarakat beradab adalah mereka yang yang memahami hakekat adab, melaksanakan dan menerapkan dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana kata adil, istilah adab berasal dari terminologi Islam. Islam sebagai agama sempurna mengajarkan iman sebelum adab, adab sebelum ilmu dan ilmu sebelum amal. Dengan demikian, adab adalah perilaku yang dilandasi oleh keimanan dan sesuai dengan timbangan hukum syariah.
Adab secara bahasa artinya menerapakan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari (10/400) , Ibnu Hajar menyebutkanbahwa adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Karena pentingnya adab, Ibn Sirin mengatakan bahwa dahulu para ulama mempelajari adab sebagaimana menguasai ilmu.
Masyarakat beradab adalah masyarakat yang memiliki kepribadian mulia yang berakar dari keimanan dan ketaqwaan. Maka peradaban adalah sebuah sistem kehidupan yang meliputi seluruh aspek dengan landasan iman dan taqwa. Dengan kata lain negara yang berperadaban adalah negara yang berlandaskan syariah Islam.
Meminjam bahasa Sir Muhammad Iqbal, negara yang beradab adalah negara yang peradabannya berdasarkan tauhid. Aspek peradaban seperti ekonomi, politik, pendidikan, budaya, sosial yang berjalan sebagai suatu sistem yang berdiri diatas pondasi tauhid.
Bagi Iqbal, Al Qur’an adalah sumber peradaban suatu bangsa. Tujuan diturunkannya Al Qur’an adalah untuk membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi tentang hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Suatu bangsa harus mampu membumikan Al Qur’an dengan nalar dan pemikiran sesuai dengan semangat dan dinamika masyarakat.
Allah akan mengangkat derajar suatu bangsa jika beriman dan berilmu, sebab iman melahirkan adab dan adab mendahului ilmu. “ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Islam adalah jalan hidup yang tidak hanya berdimensi ritual, Islam juga memiliki dimensi ilmu dan peradaban. Karena itu kemajuan Islam bukan hanya ditimbang dari sisi ritualistik semata, melainkan juga ditimbang sejauh mana Islam memancarkan rahmat bagi kehidupan manusia dan alam semesta. Kemuliaan Islam bukan hanya untuk dirasakan oleh individu tapi untuk seluruh manusia di dunia.
Dalam perspektif historis, pengetahuan dari berbagai bidang keahlian, peradaban ilmiah dengan berbagai macam bentuknya dapat dirasakan oleh penduduk dunia dalam bentuk peradaban Islam. Peradaban Islam punya andil besar dalam membina peradaban kemanusiaan yang manusia dan mulia. Kecintaan muslim kepada agama dan ilmu telah memberikan sumbangsih dalam pergerakan ilmiah, dalam karya-karya mereka bahkan hingga mencapai puncak kecermelangannya. Peradaban Islam hadir dengan memberikan manfaat universal.
Pemikiran Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, seperti politik, sosial kemasyarakatan, perekonomian, kebudayaan, dan akhlaq. Islam hadir dengan membawa aturan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tercakup dalam aqidah dan ibadah.
Sedangkan aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri tercakup dalam hukum-hukum tentang makanan, pakaian, dan akhlaq. Selebihnya adalah aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain, semisal, masalah mu’amalah, ‘uqubaat, dan politik luar negeri.
Menurut Sosiolog muslim, Ibnu Khaldun, suatu peradaban akan runtuh disebabkan oleh lima hal. Pertama, ketidakadilan, yang menyebabkan jarak antara orang kaya dan miskin begitu lebar. Kedua, merajalelanya penindasan, yang kuat menindas yang lemah. Ketiga, runtuhnya adab atau moralitas para pemimpin negara. Keempat, pemimpin yang tertutup, tidak bisa dinasehati, meski berbuat salah. Kelima, bencana alam besar-besaran.
Jika negeri ini ingin mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, maka merujuklah ke ajaran Islam. Islam dengan kesempurnaan konsepnya telah menawarkan keadilan yang benar dan peradaban yang mulia. Konsepsi Islam berbeda yang konsepsi kapitalisme dan komunisme, sebab Islam membangun konsepsi kehidupan berlandaskan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Sementara konsepsi kehidupan kapitalisme bersifat sekuleristik, dimana kehendak Tuhan tidak dilekatkan dalam mengatur kehidupan. Sementara komunisme berpaham ateistik dimana eksistensi Tuhan tidak diakui. Paham kehidupan komunisme didasarkan oleh dialektika materialisme, dimana segala sesuai berasal dari materi dan akan kembali menjadi materi melalui sebuah proses yang disebut evolusi materi.
Karena itu membangun Indonesia yang adil dan beradab yang akan melahirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus didasarkan oleh paradigma Islam ini. Sebab kata adab, beradab dan peradaban berasal dari akar kaya yang sama yakni kemuliaan pola pikir dan pola sikap berlandaskan tauhid. Masyarakat beradab adalah masyarakat yang beriman, bertaqwa, maju dan mulia.
Masyarakat beriman dan bertaqwa adalah masyarakat yang dikehendaki juga oleh konstitusi negara ini. Lebih jauh dari ini, masyarakat beradab akan mendatangnya keberkahan dari Allah, baik keberkahan dari langit maupun bumi. Saatnya bangsa ini merefleksi, sudah beradabkan bangsa ini ?. sudah berapa kali para pemimpin di negeri merasakan bulan suci Ramadhan, maka semestinya melakukan proses transformasi menjadi negeri bertaqwa.
Negeri ini semestinya bisa melakukan proses transformasi sistemik dengan keluarga dari sistem dan ideologi kapitalisme sekuler menuju sistem dan ideologi Islam. Sebab Indonesia adalah milik Allah, bangsa Indonenesia hidup di atas bumi Allah, mendapatkan rejeki dari Allah, bernafas dengan nafas dari Allah, maka selayaknya sebagai bangsa beradab adalah tunduk dan patuh secara totalitas atas hukum dan syariat Allah dalam mengelola negara ini.
Hal penting di atas harus disampaikan oleh keluarga dakwah dan perjuangan kepada seluruh elemen masyarakat dan para pemimpin negeri ini. Lihatlah bagaimana para Nabi dan Rasul menyampaikan dakwah kepada para pemimpin negara saat itu agar mereka kembali kepada jalan Allah. Allah berfirman : Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." (QS. Fussilat: 33).
Apakah sudah siap menjadi keluarga dakwah dan perjuangan sebagai bagian dari proses transformasi di bulan Ramadhan ini ?. Semoga Allah memberkahi kita semua, aamiin. []
Oleh: Dr. Ahmad Sastra, M.M.
Dosen Filsafat
0 Komentar