TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) memaparkan, tujuan akhir dilaksanakannya Puasa Ramadhan agar semakin bertakwa. “Tujuan akhir diwajibkannya melaksanakan puasa Ramadhan adalah bertakwa atau agar kita ini makin bertakawa," paparnya dalam Ramadhan, Perubahan dan Habit Baru di kanal YouTube UIY Official, Ahad (02/04/2023).
Ia menambahkan, Allah SWT memberikan medium khusus kepada kaum Muslim untuk menjadi muttaqin (orang yang bertakwa).
Ia menjelaskan, takwa itu dengan mengerahkan seluruh potensi hidup seorang Muslim untuk menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan. “Takwa diartikan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan segala larangan-Nya, sehingga seluruh potensi hidup seperti waktu, tenaga, pikiran, harta benda, bahkan nyawa pun ditunjukkan tak lain untuk taqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benanya,” tegasnya.
Dengan bertakwa, katanya, akan menentukan posisi seorang Muslim di akhirat, kemungkinan yaitu menjadi penghuni surga atau penghuni neraka. “Ada dua kemungkinan yaitu penghuni surga (ashabul yamin) atau penghuni neraka (ashabul syimal), tentu kita tidak ingin menjadi penghuni neraka, karena Allah menyampaikan itu sebagai seburuk-buruknya tempat kembali,” bebernya.
Allah SWT berfirman, lanjutnya, dalam surah Az-Zumar ayat 73, “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan.” Karena itu urusan paling besar berupa capaian hidup yang tak lain adalah takwa.
Butuh Kemauan
Ustaz Ismail menegaskan, dalam beragama tidak sekadar memiliki kemampuan tapi juga kemauan. Sejak 1400 tahun yang lalu, jumlah zakat yang wajib dikeluarkan tetap sama yaitu 2,5% dibandingkan dengan pajak hari ini yang terus mengalami kenaikan.
“Agama ini ringan, tapi masih banyak yang tidak melakukan, kenapa? Karena tidak memiliki kemauan untuk melakukan. Begitu pula dengan meninggalkan keharaman, tidak butuh kemampuan melainkan kemauan,” tuturnya.
Ia mengatakan, kemauan inilah yang dibutuhkan selama bulan ramadhan ini. “Kemauan untuk taat itulah yang digembleng pada diri setiap Muslim oleh Allah SWT sepanjang bulan Ramadhan,” tegasnya.
Menurutnya, substansi dari puasa adalah kemauan untuk taat. Jika bisa meninggalkan yang halal seperti makan dan minum di siang hari pada bulan Ramadhan apalagi yang haram, pasti lebih mudah.
Ia menambahkan bahwa kemauan itu dengan penghayatan, jangan sampai bulan ramadhan berlalu gitu aja dan tidak memberi efek apa-apa. Ia mengatakan, khawatirlah terhadap apa yang disinyalir Rasulullah saw melalui hadis riwayat Ath-Thabrani, “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja.”
Ia menjelaskan, kemauan dalam taat tidak hanya memudahkan dalam menjalankan puasa, namun juga aktivitas yang lainnya. “Jika punya kemauan, tidak ada kata sulit dalam agama ini termasuk dalam berdakwah dan berjuang demi tegaknya izzul Islam wal muslimin. Maka Bulan Ramadhan adalah bulan untuk membangun kemauan, kemauan untuk mewujudkan kehidupan Islam secara kaffah,” pungkasnya. [] Nabila Sinatrya
0 Komentar