Tujuan Ilmu Adalah Tauhid dan Tujuan Amal Adalah Takwa

TintaSiyasi.com -- Sobat. Sebentar lagi kita ditinggalkan oleh Ramadhan. Pertanyaannya adalah apakah kita bahagia ataukah sedih? Di sisa umur yang singkat hidup di dunia ini, sudahkah kita menyiapkan bekal hidup setelah mati ketika kita menghadap keharibaan Allah SWT menuju kehidupan yang  abadi. 

Sobat. Tulisan kali ini saya mengajak kita semua untuk kembali merenungi dan memahami kalimat “Laa ilaaha illa Allah“ yang merupakan kalimat tauhid sekaligus kalimat pertama dalam Islam. Agama secara keseluruhan  terkumpul di dalamnya. 

Sobat. Kita harus tahu bahwa tujuan Ilmu adalah tauhid dan tujuan amal adalah takwa. Jika anda mentauhidkan Allah dan bertakwa kepada-Nya, niscaya anda memegang kendali seluruh urusan. Dan hakikatnya ketika anda mengesakan Allah dan istiqomah mengesakan-Nya, anda tidak akan pernah merasakan adanya pihak lain yang memegang kendali atas segala urusan, kecuali Allah SWT. 

Sobat. Kita terbagi secara merata pada setiap urusan tersebut. Kapan kita bisa mengesakan Allah? Kapan kita bisa menyembah-Nya? Kapan kita bisa menaati-Nya? Kapan kita bisa berada dekat di sisi-Nya? Kapan kita bisa mengharapkan  ridha-Nya? Kapan kita berambisi mendapatkan banyak kebaikan dari-Nya? yaitu ketika kita yakin bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau menemui seseorang dalam keadaan ia bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan hatinya sungguh-sungguh meyakini kebenaran kesaksian itu, berikanlah kabar gembira kepadanya bahwa ia akan masuk surga.” ( HR. al-Baehaqi ).

Allah SWT berfirman:

رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَٱعۡبُدۡهُ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَٰدَتِهِۦۚ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُۥ سَمِيّٗا

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" ( QS. Maryam (19) : 65 ).

Sobat. Bagaimana mungkin Tuhan akan bersifat lalai dan lupa padahal Dialah yang memiliki dan mengurus serta mengendalikan semua yang ada di langit dan di bumi dan semua yang ada di antara keduanya. Allah Yang Mahakuasa dan Mahabijaksana sekali-kali tidak akan lalai atau lupa mengurus dan mengatur semua makhluk-Nya. 

Oleh sebab itu jangan sampai Rasul menyangka bahwa Allah telah murka kepadanya dengan terlambatnya wahyu. Semua itu berlaku sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Rasul diperintahkan untuk menunggu dengan sabar dan terus beribadah kepada-Nya walau apapun ocehan yang diucapkan oleh kaum musyrik itu. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada sesuatu yang dapat menyamai-Nya karena itu kepada-Nyalah manusia harus berserah diri, patuh dan taat mengerjakan perintah-Nya.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” ( QS. Al-baqarah (2) : 21 ).

Sobat. Ayat-ayat ini memerintahkan beribadah dan menyembah kepada Allah. Perintah beribadah ini ditujukan oleh Allah kepada seluruh manusia sejak zaman dahulu dengan perantaraan rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:
 
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut." (An-Nahl/16: 36).

Tiap-tiap rasul memulai dakwahnya dengan seruan kepada kaumnya agar menyembah Allah saja. Misalnya, Allah SWT berfirman:
 
".... Lalu dia (Nuh) berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia." (Al-A'raf/7: 59).

Beribadah kepada Allah ialah menghambakan diri kepada-Nya, dengan penuh kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena merasakan bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, menguasai, memelihara dan mendidik seluruh makhluk. Ibadah seorang hamba sebagaimana yang disebutkan itu akan dinilai Allah SWT menurut niat hamba yang melakukannya.

Pada ayat ini Allah SWT disebut dengan "Rabb", kemudian diiringi dengan perkataan "yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu". Hal ini memberi pengertian bahwa Allah menciptakan manusia, mengembangbiakkannya, memberi taufik, menjaga dan memelihara, dan memberi nikmat agar dengan nikmat itu manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Semua rahmat tersebut diberikan kepada manusia sejak permulaan adanya, sampai akhir kehidupannya di dunia ini. Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambahkan-Nya nikmat itu, sebaliknya barang siapa yang mengingkari nikmat Allah, maka ia akan menerima azab di dunia sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat yang terdahulu dan di akhirat nanti akan disediakan azab yang pedih.

Allah SWT berfirman:
 
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim/14: 7).

Dengan beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan itu, manusia akan terhindar dari azab Allah dan ia akan mencapai derajat yang tinggi lagi sempurna.

Sobat. Sebagian ulama berpendapat bahwa kalimat Laa ilaaha illa Allah  bisa  bermakna  al-raghbah ( Cinta )  dan bisa  juga bermakna al-rahbah ( takut ). Rasa cinta dan takut, keduanya wajib ditujukan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sebab hanya Allah yang kuasa menghilangkan kesulitan hamba. Di dunia ini tidak ada yang lebih layak untuk anda takuti kecuali Allah SWT. Dan yang paling berhak anda cintai hanyalah Allah 'Azza wa Jalla.

Sobat. Bagi orang Mukmin, tauhid merupakan keadaan yang sangat menyenangkan, yang dapat menjaga kesehatan sekaligus menghilangkan penyakit jiwanya. Jika anda merasa memiliki kendali atas urusan seseorang, merasa mampu melakukan apa pun kepadanya, ketahuilah bahwa itu perasaan yang sakit dan kotor. Sama halnya jika anda merasa bahwa ada orang lain selain Allah yang memegang kendali urusan Anda; yang dapat menyiksa atau memberi anda kesenangan sekehendak hatinya. Jelas, adanya  perasaan seperti itu menunjukkan jiwa anda sakit.

Sobat. Jika dalam hati anda bersemayam rasa cinta, tunjukanlah cinta hanya kepada Allah. Jika dalam diri anda rasa takut, tunjukanlah hanya kepada Allah. Jika anda membutuhkan tempat bersandar , bersandarlah hanya kepada Allah. Jika anda memerlukan tempat berharap, berharaplah hanya kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

وَلَوۡلَآ إِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا  

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,” ( QS. Al-Kahfi (18) : 39 ).

Sobat. Penjelasan tafsirnya, Yahuza lalu meneruskan kata-katanya kepada Qurthus, "Seharusnya kamu mengucapkan syukur kepada Allah ketika memasuki kebun-kebunmu dan merasakan kagum terhadap keindahannya. Mengapa kamu tidak mengucapkan pujian kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu, berupa harta dan anak yang banyak yang belum pernah diberikan-Nya kepada orang lain."
"Katakanlah "masya Allah" ketika itu, sebagai tanda pengakuan atas kelemahanmu di hadapan-Nya, dan bahwa segala yang ada itu tidak mungkin terwujud tanpa izin dan kemurahan-Nya. Di tangan-Nya nasib kebun-kebun itu, disuburkan menurut kehendak-Nya ataupun dihancurkan menurut kehendak-Nya pula. Mengapa kamu tidak mengucapkan la quwwata illa billahi (tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) sebagai tanda pengakuan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat memakmurkan dan mengurusnya kecuali dengan pertolongan Allah SWT." 

Sobat. Ayat ini mengandung pelajaran tentang zikir yang baik diamalkan. Nabi Muhammad SAW berkata kepada sahabatnya, Abu Hurairah:
Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu perbendaharaan surga yang terletak di bawah Arasy? Aku menjawab, "Ya, saya mau." Rasul berkata, "Kamu membaca la quwwata illa billahi." (Riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah).

Demikian pula banyak hadis-hadis Rasul saw yang mengajarkan kepada umatnya sewaktu mendapat nikmat dari Allah supaya dia mengucapkan bacaan itu, Rasulullah SAW bersabda:
Setiap Allah SWT memberikan kepada seorang hamba nikmat pada keluarga, harta, atau anak lalu dia mengucapkan "masya' Allah, la quwwata illa billah", tentu Allah menghindarkan dia dari segala bencana sampai kematiannya, lalu Rasulullah membaca ayat 39 Surah al-Kahf ini. (Riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Mardawaih dari Anas ra).

Sobat. Setelah Yahuza selesai menasehati saudaranya supaya beriman, dan sudah menjelaskan tentang kekuasaan Allah SWT, mulailah dia menanggapi perkataan saudaranya yang membanggakan harta dan orang-orangnya. Yahuza berkata, "Jika kamu memandang aku lebih miskin daripada kamu, baik mengenai harta kekayaan, maupun mengenai anak buah, maka tidaklah mengapa bagiku."

Sobat. Jadi inti agama adalah beriman bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan kemudian menyembah-Nya dengan cinta disertai dengan ketaatan. Maka sekali lagi tujuan ilmu adalah tauhid, dan tujuan amal adalah ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo

Posting Komentar

0 Komentar