TintaSiyasi.com -- Aktivis Muslim Omer Kanat untuk Uighur mempertanyakan dengan tegas, harus berapa lama lagi warga Uighur mengalami kebiadaban dan tindakan tidak manusiawi, yang dimanfaat menjadi tawanan politik.
“Berapa lama lagi warga Uighur harus mengalami tindakan biadab dan tidak manusiawi? Dan menjadikan kita (warga Uighur) sebagai tawanan politik?” ujarnya dalam aksi protes di luar kantor kedutaan Thailand di Washington DC, pada Jum’at lalu yang dimuat dalam chanel telegram resmi news5Pillars, Ahad (07/05/2023).
Omer menyampaikan pidatonya sebagai bentuk aksi protes dan permintaan untuk membebaskan warga Uighur yang sedang ditahan di penjara-penjara Thailand (Thailand’s camps).
“Kita di sini, saat ini untuk melakukan aksi protes penahanan dan ketidakadilan terhadap pengungsi Uighur di penjara Thailand,” serunya.
Warga Muslim Uighur yang ditahan di penjara-penjara Thailand, kata Omer sudah berjalan selama sembilan tahun. Lima di antaranya telah meninggal dunia.
Ia mengatakan bahwa sembilan tahun sudah cukup dan kematian lima warga Uyghur tersebut juga harus sudah cukup. Sehingga, sudah waktunya memberikan perhatian dan pembelaan terhadap warga Uighur yang berada di penjara-penjara Thailand.
Tidak hanya itu, Omer juga menyatakan bahwa para pengungsi Uighur yang ditahan di Thailand banyak yang sedang mengalami sakit. Bahkan, berusaha untuk mengakhiri hidup mereka sendiri. Sebab tidak ada yang boleh memberikan pertolongan dan jaminan keselamatan kepada mereka. Situasi yang sangat menyedihkan sedang menimpa warga Uighur di penjara-penjara Thailand.
“Banyak dari mereka (warga Uyghur) sekarang menderita sakit dan bahkan berupaya untuk segera mati. Karena tidak ada yang boleh memberikan pertolongan kepada mereka. Tidak boleh diselamatkan. Mereka bisa mati seperti itu. Kita tahu mereka sedang dalam situasi yang menyedihkan,” beber Omer.
Omer menegaskan bahwa tidak ada rasa aman yang sesungguhnya bagi warga Timur (Uighur) andai sekalipun mereka dibebaskan. Karena dianggap sebagai orang-orang lemah dan selalu menjadi sasaran serangan brutal serta juga genosida.
Bahkan yang lebih menyedihkan, aktivis Islam asal Uighur itu mengatakan, bahwa para pemilik kekuasaan atau negara-negara lain justru lebih menginginkan penjajahan seperti itu berlangsung dibandingkan menyerukan keselamatan bagi kemanusiaan.
"Para pemilik kekuasaan negara-negara lain juga memilih bekerjasama dengan pemerintah China, padahal adalah penghianat yang telah melakukan genosida dan hal tersebut merupakan kejahatan global," pungkasnya. []M. Siregar
0 Komentar