Berdakwahlah sebagaimana Mus'ab bin Umair


TintaSiyasi.com -- Sobat. Modal utama dalam berdakwah adalah teruslah memantaskan diri dan membangun kepribadian Islam. Apa Itu kepribadian Islam? Kepribadian Islam:

Pertama. Aqliyah islamiyah. Setiap pemikiran yang selalu diikat dan distandarisasi dengan akidah Islam.
Kedua. Nafsiyah islamiyah. Setiap dorongan nafsu yang selalu diikat dan distandarisasi dengan akidah Islam.

Sobat. Artikel kali ini kita akan ambil contoh bagaimana dengan kepribadian sahabat Nabi SAW?

Sobat. Beberapa kepribadian sahabat Nabi Muhammad SAW antara lain; selalu mencari kebenaran, memiliki tujuan hidup yang benar, berani berkorban, tidak rakus terhadap dunia, selalu siap menjadi pemimpin, sekaligus siap menjadi rakyat biasa, memiliki strategi yang cemerlang dan siap memenuhi janji Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ  

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah (9): 100).

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang pertama-tama masuk Islam, baik dari kalangan Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah, maupun dari kalangan Anshar, yaitu penduduk kota Madinah yang menyambut dengan baik kedatangan Rasulullah dan Muhajirin, dan begitu pula para sahabat yang lain yang mengikuti perintah Rasulullah dengan sebaik-baiknya, ketiga golongan ini merupakan orang-orang Mukmin yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah, disebabkan keimanan mereka yang teguh, serta amal perbuatan mereka yang baik dan ikhlas, sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Allah senang dan rida kepada mereka, sebaliknya mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan pahala yang amat mulia bagi mereka, yaitu surga Jannatun-na'im yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, di sana mereka akan memperoleh kenikmatan yang tidak terhingga. Mereka akan kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan terbesar yang akan mereka peroleh.

Sobat. Yang dimaksud dengan as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin ialah mereka yang telah berhijrah dari Makkah ke Madinah sebelum terjadinya "Perjanjian Hudaibiyah, karena sebelum perjanjian tersebut, kaum musyrikin senantiasa mengusir kaum Muslim dari kampung halaman mereka, dan membunuh sebagian dari mereka, serta menghalang-halangi siapa saja yang ingin berhijrah.Tidak ada cara lain bagi seorang Mukmin untuk menyelamatkan diri dari kejahatan kaum musyrikin, kecuali menjauhkan diri dari mereka, atau menyerah kepada kehendak dan kemauan mereka. Orang-orang yang memilih cara yang pertama, yaitu meninggalkan kota Makkah dan hijrah ke Madinah adalah orang-orang yang benar-benar beriman, tidak ada seorang munafik pun di antara mereka. Mereka meninggalkan kampung halaman karena keimanan yang murni, keikhlasan, dan perjuangan untuk menegakkan agama Islam.

Dikenal juga sebagai as-Sabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam dan menyatakan imannya kepada Nabi Muhammad SAW, dari kalangan keluarga adalah Siti Khadijah, 'Ali bin Abi thalib, dan Zaid bin Haritsah. Sedang dari kalangan luar ialah Abu Bakar Ash- shiddiq, orang yang menemani Rasulullah SAW waktu hijrah ke Madinah. Di samping itu, terdapat pula para sahabat yang dikelompokkan dalam as-Sabiqunal Awwalun yang oleh Rasulullah SAW telah dinyatakan sebagai orang-orang yang pasti masuk surga. Di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Hamzah, dan lainnya.

Sobat. Yang dimaksud dengan golongan pertama, as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Anshar ialah penduduk kota Medinah yang telah menyatakan ikrar kesetiaan mereka kepada kerasulan Muhammad SAW di Aqabah, suatu tempat di Mina, pada tahun ke-11 dari kerasulan Muhammad SAW. Ketika itu mereka berjumlah tujuh orang. Kemudian pada periode berikutnya, yaitu pada tahun ke-12, terjadi pula ikrar kesetiaan di tempat yang sama, yaitu Aqabah, kali ini diikuti tujuh puluh orang lelaki dan dua orang perempuan. Jejak mereka diikuti oleh yang lainnya setelah mereka didatangi oleh utusan Rasulullah yang bernama Abu Zurarah Mush'ab bin 'Umar bin Hasyim yang membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan mengajarkan pengetahuan agama kepada mereka. 

Demikian pula, termasuk kelompok as-Sabiqunal Awwalun ialah mereka yang telah beriman pada saat tibanya Rasulullah di Madinah. 
Kekuatan dan persatuan Islam tumbuh dan berkembang sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah. Pada saat itulah muncul kaum munafik yang berpura-pura menyokong agama Islam. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang turun mengenai hal ikhwal Perang Badar yang terjadi pada tahun kedua Hijriah. Firman Allah:

"(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu agamanya." (Al-Anfal/8: 49).

Dalam kelompok orang-orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini, tidak terdapat seorangpun dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang mendapat gelar as-Sabiqun al-Awwalun seperti yang tersebut di atas, walaupun kaum Anshar itu semuanya berasal dari Bani 'Aus dan Khazraj.

Yang dimaksud dengan golongan kedua, "allazinat tabuuhum bi ihsan" (orang-orang yang telah mengikuti kaum as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar dengan baik) ialah mereka yang ikut berhijrah ke Madinah dan berjuang menegakkan agama Islam; atau mereka yang membuktikan satunya perbuatan dan perkataan setelah mendapatkan bimbingan dan pelajaran dari kaum as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar, yang merupakan pemimpin-pemimpin yang layak diikuti, dan dijadikan suri teladan dalam tingkah laku, perbuatan, ucapan, dan perjuangan menegakkan agama Allah. Singkatnya mereka adalah orang-orang yang mengikuti as-Sabiqunal Awwalun dalam ketaatan dan ketakwaan sampai Hari Kiamat. 

Adapun golongan ketiga, yaitu orang-orang yang munafik hanya mengikuti jejak as-Sabiqunal Awwalun secara lahiriyah semata, tidak dengan niat yang tulus atau hanya mengikutinya dalam beberapa hal saja, sedang dalam hal-hal lainnya mereka mengingkarinya.

Sobat. Kita bisa menjadikan Mus'áb bin Umair sebagai role model dalam kepribadian Islam dan dalam berdakwah. Mush’ab Bin Umair berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Dia dikenal sangat tampan dan selalu menjadi perbincangan para gadis. Dia selalu berpenampilan sangat “wah” dengan pakaian perlente yang sangat mahal. Dia dikenal sangat cerdas, kritis dan pandai berbicara.

Sobat. Ketika mendengar ada berita tentang Muhammad SAW yang membawa agama baru, dia langsung ingin tahu dan mencari sumber kebenarannya. Dia langsung mencari tempat pembinaan Rasul SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Arqom. Setelah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang diajarkan Rasul SAW, dia langsung bersaksi untuk memeluk Islam. Selanjutnya, berbagai tantangan dan ujian senantiasa menghampiri kehidupannya. Tantangan yang paling berat berasal dari ibunya sendiri. Ibunya bersikeras menolak anaknya masuk Islam. Puncaknya, dia tidak diakui lagi sebagai puteranya dan diusir dari rumahnya. 

Sobat. Sejak saat itu kehidupan Mush’ab berubah 180 derajat. Dia telah memilih jalan hidupnya. Mush’ab telah menjadi pemuda melarat dengan pakaian usang dengan makan sehari-hari yang tidak pasti. Bahkan, ketika dia pulang dari tugas dakwah di Habasyah, semua teman-temannya sudah hampir tidak mengenalinya lagi. Mush’ab sudah berubah menjadi sosok yang berkulit kasar dengan baju yang penuh dengan tambalan. Hingga akhirnya dia mendapat tugas yang sangat penting dari Rasulullah SAW.

Sobat. Dia diutus Rasul SAW untuk menjadi duta Islam pertama, dengan target untuk “menaklukkan” Madinah. Tugas penaklukkan Madinah ini harus dilakukan seorang diri. Mush’ab harus memiliki strategi yang cemerlang untuk “manaklukkan” madinah ini. Dia memilih untuk tinggal di rumah As’ad Bin Zararah (yang sudah masuk Islam pada perjanjian Aqabah I bersama 12 orang lainnya). Dakwah yang dilakukan Mush’ab selalu didampingi As’ad. Dakwahnya dimulai dengan mendatangi rumah ke rumah di kalangan rakyat biasa. Dengan cepat banyak penduduk Madinah yang masuk Islam. 

Sobat. Keadaan itu membuat para pemimpin Madinah marah besar. Salah satunya adalah Usaid Bin Hadlair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid mendatangi Mush’ab ketika sedang berdakwah. Usaid langsung menodongkan senjatanya, hendak membunuh Mush’ab jika tidak segera pergi dari kampungnya.Orang-orang yang hadir di majlisnya Mush’ab langsung ketakutan, namun Mush’ab tetap tenang dan berpikiran jernih. 

Sobat. Dengan tenang Mush’ab berkata: “Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya, jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu”.Ternyata Usaid termasuk orang yang berakal dan berfikiran sehat. Dengan mudah menerima penjelasan Mush’ab yang sangat menggugah fikiran dan menentramkan jiwa. Akhirnya Usaid memutuskan untuk memeluk Islam.

Sobat. Strategi Mush’ab selanjutnya adalah meminta agar Usaid mau mendakwahkan Islam kepada orang kunci di Madinah, yaitu Sa’ad Bin Mu’adz dan Sa’ad Bin ‘Ubadah. Dengan masuk Islamnya 3 orang kunci di Madinah, maka secara teoritis, selesailah dakwah di Madinah. Seluruh penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam. Puncaknya, Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah diperintahkan Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah.

Sobat. Selanjutnya, tibalah saatnya Mush’ab mendapat tugas paling mulia dari Rasulullah SAW. Mush’ab mendapat tugas sebagai pemimpin besar ummat Islam, yaitu menjadi Panglima Perang Uhud, setelah beliau sukses dalam peran sertanya di perang Badar. Tugas besar ini tidak disia-siakan oleh Mush’ab bin Umair. Mush’ab berhasil memimpin perang Uhud, hingga meraih kemenangan yang gemilang.

Namun, sayangnya ada beberapa sahabat yang tidak sabar melihat kemenangan ini. Tiba-tiba pasukan panah yang berada di bukit Uhud bersama Rasul SAW, turun meninggalkan Rasul SAW yang telah melarang mereka untuk meninggalkan posisinya. Ternyata kondisi tersebut langsung dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid yang ketika itu menjadi panglima perang kaum kafir. Bersama pasukannya dia bermanuver mengelilingi bukit Uhud untuk kemudian memukul balik pasukan Islam yang tengah bersuka ria dengan kemenangannya.

Khalid berhasil memporak-porandakan pasukan Islam, kemudian serangannya tertuju pada Rasul SAW yang masih berada di Bukit Uhud. Melihat pasukan bergerak menuju Rasul SAW, Mush’ab langsung mengacungkan benderanya tinggi-tinggi dan langsung memecahkan konsentrasi pasukan lawan. Mush’ab sengaja memancing musuh agar meladeni manuvernya, sehingga tidak menyerang Rasul SAW. Mush’ab bertempur habis-habisan, hingga tangan kanannya tertebas. Kemudian, dia memegang bendera dengan tangan kirinya, hingga tertebas. Puncaknya, tubuh Mush’ab tertusuk tombak sehingga rubuh.

Setelah perang usai, Rasul mencari-cari jasad Mush’ab. Jasad beliau ditemukan dalam posisi telungkup, hanya tertutup kain burdah. Seluruh sahabat yang menyaksikan kondisi jasad Mush’ab tidak bisa menahan derasnya cucuran air mata. Di depan jasad Mush’ab, Rasulullah SAW membaca surat Al-Ahzab ayat 23.

• مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً ﴿٢٣﴾

Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).”

Sobat. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, at- Tirmidzi, an-Nasa'i, dan imam-imam hadis yang lain dari sahabat Anas, ia berkata, "Pamanku Anas bin an-Nadhar, tidak ikut Perang Badar, maka ia merasa sedih dan kecewa. Ia berkata, 'Aku tidak hadir pada peperangan yang pertama kali diikuti Rasulullah SAW. Sesungguhnya jika Allah memberikan kesempatan kepadaku mengikuti peperangan bersama Rasulullah sesudah ini, tentulah Allah Taala akan melihat apa yang akan aku lakukan. Maka pamanku dapat ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam perjalanan menuju Uhud, pamanku bertemu dengan Sa'ad bin Mu'adh, dan Sa'ad bertanya kepadanya, 'Hai Abu 'Amr, hendak ke manakah engkau? Pamanku menjawab, 'Mencari bau surga yang akan aku peroleh di Perang Uhud nanti. Maka pamanku terus ke Uhud dan gugur sebagai syuhada di sana. Pada tubuhnya terdapat kira-kira 80 bekas pukulan, tusukan tombak, dan lubang anak panah." Maka turunlah ayat ini.

Allah menerangkan bahwa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada orang-orang yang menepati janjinya. Mereka telah berjuang dengan seluruh jiwa dan hartanya, di antara mereka ada yang mati syahid di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan peperangan-peperangan lainnya, sedang sebagian yang lain ada yang menunggu-nunggu dipanjangkan umurnya, menunggu ketetapan Allah Yang Maha Esa. 

Orang-orang yang masih hidup ini, sekali-kali tidak akan berubah janjinya kepada Allah, akan tetap ditepatinya janjinya selama hayat dikandung badan.

Dalam Tafsir al-Kasysyaf dijelaskan bahwa beberapa orang sahabat ada yang bernazar: jika mereka ikut perang bersama Rasulullah, mereka tidak akan mundur dan tetap bertahan sampai gugur sebagai syuhada. Di antara sahabat yang berjanji itu ialah Usman bin Affan, thalhah bin 'Ubaidillah, Sa'id bin Zaid, hamzah, Mush'ab bin 'Umair, dan sahabat-sahabat yang lain.

Sobat. Agar kita bisa seperti Mus'áb bin Umair ada tiga modalnya yaitu; berilmu mumpuni, otentik, dan tulus tanpa modus semata-mata mencari ridha Allah SWT. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Posting Komentar

0 Komentar