Larangan Kaum Musyrikin Berhaji


TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ageung Suriabagja, M. Ag menjelaskan larangan kaum musyrikin berhaji. 

"Sebelum surah At-Taubah ayat 28 turun, Rasulullah SAW. sudah menugaskan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. untuk melarang kaum musyrikin berhaji dan melakukan tawaf di Ka'bah," ujarnya di YouTube Ngaji Subuh, Rabu (21/06/2023).

Ia mengutip hadis, "Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. mengutusnya bersama beberapa orang lainnya pada musim haji yang beliau diangkat sebagai amir haji oleh Rasulullah SAW sebelum haji Wada' untuk mengumumkan kepada manusia agar jangan ada seorang pun dari kaum musyrikin yang mengerjakan haji setelah tahun ini dan agar jangan ada seorang pun yang mengerjakan thawaf tanpa busana."(HR Bukhari no.1622 dan HR Muslim no.1347).

"Orang-orang musyrik kalau berhaji dan melakukan thawaf tidak memakai busana dan mereka melakukan syiar-syiar kemusyrikan. Karena hal itulah, Rasulullah SAW. menyuruh Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. untuk mengumumkan dan mendeklarasikan pelarangan kaum musyrik untuk ikut berhaji," tuturnya. 

Ia menjelaskan, setelah kejadian itu, surah At-Taubah ayat 28 turun dan Nabi Muhammad SAW. langsung menyuruh Ali bin Abi Thalib r.a. untuk menyusul Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. agar menyampaikan pengumuman larangan orang musyrik berhaji pada saat haji akbar berkumpul di Mina. Pada saat itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. masih dalam perjalanan untuk memimpin rombongan haji.

Tiga Catatan Terkait Larangan Kaum Musyrik Ikut Berhaji

"Ada tiga catatan penting larangan orang musyrik ikut berhaji agar tidak tercampur ibadah kaum Muslim dengan orang-orang musyrik," bebernya.

Pertama, hal ini menandakan berakhirnya era berhala di Jazirah Arab. Sebelum Rasulullah SAW. datang membawa risalah Islam, Ka'bah dijadikan tempat penyembahan berhala dengan segala bentuk aktivitasnya yang menunjukkan kemusyrikan. Pada saat itu, Rasulullah SAW. berhasil menghentikan era berhala di Jazirah Arab.

"Kedua, terjaganya ibadah haji kaum Muslim dari aktivitas syirik. Alangkah bahaya jika kaum musyrik dibiarkan melakukan kesyirikannya. Apalagi mereka melakukan tawaf tanpa mengenakan busana. Oleh karena itu, larangan tersebut dapat menyelamatkan umat Islam dari tercampurnya ibadah haji yang suci dengan aktivitas jahiliyah kaum musyrik," terangnya. 

Ketiga, ibadah haji momen persatuan dan kesatuan. Ibadah haji adalah momen pertemuan kaum Muslimin diseluruh dunia. Inilah momen menguatkan persatuan dan kesatuan. Pada zaman dahulu ibadah haji itu adalah ibadah yang ditakuti penjajah karena ketika berhaji semangat anti-kolonialisme bangkit dan tumbuh. Oleh karena itu, umat Islam yang beribadah haji pasti ditandai oleh penjajah. Karena dianggap berbahaya dan mengancam keberadaan penjajah.

"Haji adalah ibadah yang vital, sayang jika hanya dijadikan ritualisme saja. Umat Islam hari ini sedang butuh persatuan. Persatuan umat bisa dibangun ketika mereka melakukan ibadah haji, tetapi ketika berhaji hanya sekadar ritual dan terpisahkan oleh sekat-sekat nation state, spirit persatuan itu tidak tampak. Selain itu, umat Islam butuh komitmen bersama untuk menyelesaikan problematik kehidupan dengan syariat Islam. Selama umat Islam diatur dengan hukum sekuler, umat Islam akan berada dalam masalah dan ketidakadilan," pungkasnya. []Rina.

Posting Komentar

0 Komentar