TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim, Ustaz Ismail Yusanto (UIY) berpesan, persoalan yang mestinya menjadi pusat perhatian untuk mencurahkan seluruh potensi hidup, adalah untuk mewujudkan takwa.
“Jikalau ada perkara atau soal yang semestinya menjadi pusat perhatian kita dalam hidup kita ini, ke mana seluruh potensi hidup kita, waktu, tenaga, pikiran, harta, ilmu pengetahuan, jabatan, kedudukan, bahkan jika perlu hidup dan nyawa kita dikerahkan, itu tak lain adalah untuk bagaimana mewujudkan takwa, “ tuturnya di YouTube UIY Official, pada Rabu (24/5/2023).
Ustaz Ismail menjelaskan bahwa iman dan takwa akan menentukan seseorang dapat meraih surga, sebagai tempat kediaman abadinya. Namun, iman dan takwa tersebut hanya bisa diwujudkan di sepanjang hidupnya di dunia yang sebentar saja, bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal.
“Soal yang lain yang akan menentukan. Apa Itu? Kita semua tahu, yaitu iman dan takwa kita. Tetapi, keadaan iman dan takwa itu hanya akan mungkin bisa diwujudkan, sepanjang hidup kita yang sebentar ini di dunia,” urainya.
UIY menyampaikan sebuah hadis shahih riwayat Bukhari. Hadis tersebut menceritakan bahwa suatu ketika, sambil memegang pundak Ibnu Umar, Nabi SAW menyampaikan sebuah pesan yang sungguh amat penting untuk didengarkan saat ini.
“Kata beliau, kun fid dun-ya kaannaka ghariibun aw ‘aabiru sabiil. Jadilah kau, wahai Ibnu Umar, di dunia ini bagaikan orang asing, aw ‘aabiru sabiil. Apa itu ‘aabiru sabiil? Kalau bahasa anak muda gen Z atau gen yang lainnya, itu on the way to, dalam perjalanan menuju. Menuju ke mana?” tanya UIY.
Selanjutnya UIY menguraikan kandungan makna hadis shahih riwayat Bukhari tersebut. Ia merujuk penjelasan yang diberikan oleh Imam Nawawi. Menurut Imam Nawawi, alasan kenapa manusia diminta hidup di dunia bagaikan orang asing, karena dunia bukan tempat asli manusia. Tempat asli manusia adalah surga.
“Bukankah moyang kita, Nabi Adam dan Siti Hawa itu, dulunya tinggal di surga? Dan oleh karena satu sebab, kemudian diturunkan oleh Allah ke atas dunia. Dan, kita ini sesungguhnya sedang berjalan menuju ke tempat asli kita, on the way to Jannah,” ulasnya.
UIY mengingatkan, masalah berikutnya dalam perjalanan menuju ke surga, adalah apakah akan sampai ke surga ataukah tidak. Karena, hal tersebut sangat ditentukan oleh iman dan takwa, yang itu harus diwujudkan dalam kehidupan dunia yang sebentar ini.
“Seberapa sebentar? Digambarkan dengan sangat bagus oleh Baginda Rasulullah SAW: Ma ana fid dun-ya, tidaklah aku, tidaklah kita semua hidup di dunia, illa ka rakibin, kecuali seperti seorang pengendara. Istadhalla tahta sajaratin, sebentar bernaung di bawah pohon, tsumma roha wa tarakaha. Kemudian istirahat, lalu meninggalkan pohon itu. Nah, sepanjang kita ada di bawah pohon itulah, digambarkan oleh Nabi, hidup kita,” ulasnya.
Lebih jauh UIY menggambarkan betapa sebentarnya kehidupan manusia di dunia, dengan membandingkan waktu yang akan ditempuh manusia dalam kehidupan akhirat.
“Dalam Al-Qur'an, surah Al Hajj ayat 47, Allah mengatakan: Inna yauman ‘inda Rabbika ka alfi sanatim mimma ta’udduun’. sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu di akhirat kelak, bagaikan seribu tahun dalam hitunganmu,” ungkapnya.
Ustaz Ismail memberikan contoh, andai manusia hidup di dunia sampai umur 100 tahun, maka itu sebanding dengan 2,4 jam saja dalam hitungan waktu akhirat. Padahal, sekarang jarang manusia bisa mencapai umur 100 tahun. Andai sampai umur 50 tahun, maka lebih singkat lagi, yakni setara 1,2 jam saja. Waktu yang sangat singkat. Tapi, waktu yang singkat itu akan menentukan kehidupan manusia di akhirat.
“Karena itulah, maka penting bagi kita untuk memastikan, apakah kita ini betul-betul telah melakukan sesuatu yang diperlukan, untuk memastikan bahwa kita itu akan betul-betul sampai kepada tempat asli kita, yakni surga,” tegasnya.
Ustaz melanjutkan dengan pertanyaan, “Apa itu yang bisa memastikan kita ada di sana (surga)? Tidak ada lain adalah tadi, takwa kita kepada Allah SWT. Allah SWT memastikan dalam Al-Qur'an surah Az -Zumar ayat 73 bahwa hanya orang yang bertakwa saja yang akan sampai ke tempat asli (surga) itu,” pungkasnya. [] Binti Muzayyanah
0 Komentar