Gunung, Mendaki Menuju Kesuksesan


TintaSiyasi.com -- Sobat. Kita dilahirkan dengan satu dorongan inti yang manusiawi untuk terus mendaki. Yang dimaksud dengan mendaki atau pendakian dengan pengertian yang lebih luas yakni menggerakkan tujuan hidup Anda ke depan, apa pun tujuan itu misalnya memberikan kontribusi yang berarti selama hidup, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang yang sukses sama-sama memiliki dorongan yang mendalam untuk berjuang, untuk maju, untuk meriah cita-cita, dan mewujudkan impian mereka. Pendakian itu adalah pertumbuhan dan perbaikan seumur hidup pada diri seseorang.

Sobat. Ada tiga type manusia terkait pendakian menurut pencetus Adversity Quotient Paul G. Stoltz, PhD. :

Pertama. Type Quitters. Orang-orang yang berhenti. Mereka menghentikan pendakian. Mereka menolak kesempatan yang diberikan oleh gunung. Mereka mengabaikan, menutupi, atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki, dan dengan demikian juga meninggalakan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan. Ada banyak orang yang memilih untuk keluar,menghindari kewajiban, mundur dan berhenti mereka ini disebut Quitters.

Kedua. Type Campers. Orang-orang yang berkemah. Mereka pergi tidak seberapa jauh. Karena bosan mereka mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat yang datar rata, nyaman sebagai tempat bersembunyi dari situasi yang tidak bersahabat. Orang yang terlena dengan zona nyaman.

Ketiga. Type Climbers. Orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada pendakian. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan, atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik, dia terus mendaki. Climber adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, atau hambatan lainnya yang menghalangi pendakian.

Sobat. Quitters menjalani kehidupan yang tidak terlalu menyenangkan. Mereka meninggalkan impian-impiannya dan memilih jalan yang mereka anggap lebih datar dan lebih mudah. Orang-orang yang tidak efektif sangat boros dengan waktu dan hidup dalam dunia tanpa makna. Sadar atau tidak sadar, Quitters selalu melarikan diri dari pendakian, yang berarti juga mengabaikan potensi yang mereka miliki dalam kehidupan.

Sobat. Sambil memasang tenda, kalau Campers memfokuskan energinya pada kegiatan mengisi tenda dengan barang-barang yang sedapat mungkin membuatnya nyaman. Ini berarti campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika energy dan sumber dayanya diarahkan dengan semestinya.

Sobat. Climbers tidak pernah melupakan kekuatan dari perjalanan yang pernah ditempuhnya. Climbers tahu bahwa banyak imbalan datang dalam bentuk manfaat-manfaat jangka panjang, langkah-langkah kecil sekarang ini akan membawanya pada kemajuan-kemajuan lebih lanjut di kemudian hari. Climbers selalu menyambut tantangan-tantangan yang disodorkan kepadanya.

Sobat. Climbers tidak asing terhadap situasi yang sulit. Kehidupan mereka memang menghadapi dan mengatasi arus rintangan yang tiada hentinya. Usaha ini membutuhkan tenaga, pengorbanan, dan dedikasi yang tak putus-putusnya. Cilmbers memahami bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup. Jadi, menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan.

Sobat. Climbers memiliki visi dan keyakinan yang kuat akan masa depan. Climbers memberikan kontribusi paling banyak. Climbers mewujudkan hamper seluruh potensi diri mereka yang terus berkembang sepanjang hidup mereka. Climbers memperbesar kemampuannya dalam memberikan kontribusi dengan belajar dan memperbaiki diri seumur hidup.
 

Pohon Kesuksesan

Sobat. Perhatikan pohon kesuksesan di atas daunnya adalah performance (kinerja). Daun diberi label kinerja karena merujuk pada bagian diri kita yang paling mudah terlihat oleh orang lain. Anda dengan cepat bisa melihat hasil kerja seseorang karena ini bagian yang paling menyolok. Namun ingatlah kinerja Anda tidak muncul begitu saja dari langit. Daun harus tumbuh di cabang pohon.

Sobat. Cabang pohon kesuksesan cabang pertama adalah factor resume yang menggambarkan keterampilan , kompetensi, pengalaman, dan pengetahuan Anda, yakni apa yang Anda ketahui dan mampu anda kerjakan. Cabang kedua factor interview atau hasrat. Hasrat menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, semangat yang menyala-nyala, dan mata yang bersinar. Anda membutuhkan bakat dan hasrat untuk mencapai kesuksesan. Namun, seperti cabang pohon, bakat dan hasrat tidak muncul begitu saja dari langit. Oleh karena itu kita harus memusatkan perhatian pada batang pohonnya.

Sobat. Batang pohonnya adalah Kecerdasan, Kesehatan dan Karakter. Kecerdasan. Anda memiliki semua bentuk kecerdasan sampai tahap tertentu. Kesehatan dan emosi dan fisik juga dapat mempengaruhi kemampuan Anda dalam menggapai kesuksesan. Karakter juga merupakan bagian penting dari batang. Kejujuran,keadilan, kelurusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian, dan kedermawanan, semuanya penting bagi kita untuk meraih kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai.

Sobat. Semua factor yang baru saja dibahas penting bagi kesuksesan Anda, Namun semua factor itu tidak akan bisa tumbuh tanpa factor akar. Akar pohon kesuksesan itu adalah factor genetic, pendidikan dan Keyakinan. Genetika dan pendidikan anda bisa mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan. Faktor akar yang paling penting adalah Keyakinan. Iman merupakan Faktor yang sangat penting dalam harapan, tindakan, moralitas, kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita.

Sobat. Pohon Kesuksesan terpadu ini memperjelas peran penting yang dimainkan oleh AQ ( Kecerdasan Daya Juang ) dalam melepaskan semua aspek potensi yang kita miliki seumur hidup kita, tak peduli betapa kencangnya angin menerpa.

Bagaimana Al-Qurán menggambarkan pohon yang baik dalam kesuksesan hidup?

Allah SWT berfirman :

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ  

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” ( QS. Ibrahim (14) : 24 )

Sobat. Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "La ilaha illallah" atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: pertama, menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan kedua, menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. 

Hadis Nabi SAW:
Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, "Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, "Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!" beliau menjawab, "Pohon itu adalah pohon kurma." (Riwayat al-Bukhari).

Sobat. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap Muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Sobat. Beberapa ulama tafsir menjelaskan bahwa akar yang kuat dan pondasi pohon adalah akidah islamiyah, sedangkan batang pohon dan cabangnya adalah syariat Islam dan daun dan bunganya adalah akhlakul karimah. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar