Harta Merupakan Ujian


TintaSiyasi.com --Sobat. Berhati-hatilah jangan sampai ujian itu membuatmu melupakan alam kubur dan pertanyaan dua malaikat. Teruslah berupaya melakukan amal saleh agar Allah ridha di dunia, juga agar amal saleh itu menjadi temanmu di kubur dan hari kiamat. Jangan sampai amalmu sedikit sementara kau sibuk dengan istri, anak dan harta. Ketahuilah, hanya amal yang akan menyertaimu hingga negeri akhirat, sementara istri, anak, dan harta akan meninggalkanmu ketika kau mati. Setelah mati satu-satunya yang tetap terhubung denganmu adalah amal perbuatanmu. Kau akan dihisab ketika berada di kubur dan hari kiamat.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوّٗا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡۚ وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ  

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).

Sobat. Allah menjelaskan bahwa ada di antara istri-istri dan anak-anak yang menjadi musuh bagi suami dan orang tuanya yang mencegah mereka berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah, menghalangi mereka beramal saleh yang berguna bagi akhirat mereka. Bahkan adakalanya menjerumuskan mereka kepada perbuatan maksiat, perbuatan haram yang dilarang oleh agama.
Karena rasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya, agar keduanya hidup mewah dan senang, seorang suami atau ayah tidak segan berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya. 

Oleh karena itu, ia harus berhati-hati, dan sabar menghadapi anak istrinya. Mereka perlu dibimbing, tidak terlalu ditekan, sebaiknya dimaafkan dan tidak dimarahi, tetapi diampuni. Allah sendiri pun Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: Namun, jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An-Nisa' [4]: 25)

Sobat. Ketahuilah bahwa kau memiliki tiga macam teman: Pertama. Harta yang akan kau tinggalkan saat kau mati. Kedua. Keluarga, yang akan meninggalkanmu setelah kau dikubur. Ketiga. Amal perbuatanmu, yang tidak akan pernah berpisah denganmu. Karena itu bertemanlah dengan teman yang masuk ke dalam kubur bersamamu dan senanglah bersamanya. Orang berakal adalah yang memperhatikan perintah dan larangan Allah SWT. Demikian penjelasan Ibnu Athaillah.

Allah SWT berfirman:

وَكَذَٰلِكَ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ رُوحٗا مِّنۡ أَمۡرِنَاۚ مَا كُنتَ تَدۡرِي مَا ٱلۡكِتَٰبُ وَلَا ٱلۡإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلۡنَٰهُ نُورٗا نَّهۡدِي بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَاۚ وَإِنَّكَ لَتَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ صِرَٰطِ ٱللَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ أَلَآ إِلَى ٱللَّهِ تَصِيرُ ٱلۡأُمُورُ  

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."

Sobat. Allah menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada rasul-rasul terdahulu Dia juga menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw berupa Al-Qur'an sebagai rahmat-Nya. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Al-Qur'an itu dan apa iman itu, dan begitu juga belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Al-Qur'an itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan membandingkan kepada agama yang benar yaitu agama Islam. Sebagaimana firman Allah:
 
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Al-Qur'an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (Al-Qasas [28]: 86)

Dan firman-Nya: Katakanlah, "Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. (Fussilat[41]: 44)

Firman Allah: Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus. (Al-Isra' [17]: 9)

Dengan cahaya Al-Qur'an itulah, Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu agama yang benar yakni dinul Islam.

Sobat. Istiqamah adalah teguh di atas manhaj yang Allah perintahkan untu kita ikuti dan di atas ajaran Nabi Muhammad SAW. Di antara buah istiqamah adalah turunnya rezeki dan karamah Allah secara terus-menerus.

وَأَلَّوِ ٱسۡتَقَٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسۡقَيۡنَٰهُم مَّآءً غَدَقٗا  

“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16)

Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa siapa saja di antara manusia atau jin yang tetap berpegang dan menjalankan ketentuan-ketentuan Islam, Allah akan melapangkan rezekinya serta memudahkan semua urusan dunia mereka.

Dalam rangka melapangkan rezeki, Allah mengungkapkannya dengan kata "air yang segar", karena air itu adalah sumber kehidupan. Banyak air berarti kebahagiaan yang luas. Firman Allah: Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (Al-A'raf [7]: 96)

Sobat. Karamah itu ada dua: Karamah Iman dan karamah amal dengan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW. Maka, istiqamah adalah kau tetap bersama Allah dalam setiap keadaan baik dalam keadaan senang maupun susah, sempit maupun lapang, dengan selalu ridha terhadap pengaturan-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, takut kepada-Nya, serta meninggalkan segala sesuatu selain-Nya.[]

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, dan Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar