TintaSiyasi.com -- Sobat. Orang yang berjuang di jalan Allah, taat pada aturan agama Allah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, Allah akan selalu bersama mereka, yaitu dengan memberikan pertolongan di dunia dalam berbagai bentuknya.
Puncaknya, mereka mendapatkan ridha-Nya di surga nanti. Allah selalu menyertai dan memberikan pertolongan kepada kekasih-Nya di mana pun mereka berada dalam situasi apa pun.
Sobat. Ustman bin Affan ra berkata, ”Tanda-tanda orang yang makrifat kepada Allah itu ada delapan. Hatinya dipenuhi rasa takut dengan murka dan azab Allah. Hatinya dipenuhi rasa harap akan rahmat Allah. Lisannya selalu memuji Allah. Lisannya selalu menyanjung Allah. Kedua matanya selalu disertai rasa malu. Kedua matanya selau diiringi tangisan karena Allah. Keinginannya adalah meninggalkan kesenangan dunia. Keinginannya adalah mendapatkan ridha Allah.”
Sobat. Terkait dengan ma’iyyatun nushrah (kebersamaan yang bersifat khusus kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih dan dicintai ). Al-Qur’an secara khusus menyebutkan beberapa kelompok yaitu :
Pertama, yang bertaqwa (Muttaqin).
Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl (16) : 128)
Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan alasan mengapa Nabi diperintahkan bersabar dan dilarang untuk cemas dan berkecil hati. Allah SWT menegaskan bahwa Dia selalu ada bersama orang yang bertakwa dan orang yang berbuat kebaikan sebagai penolong mereka. Allah selalu memenuhi permintaan mereka, memperkuat, dan memenangkan mereka melawan orang-orang kafir.
Sobat. Orang-orang yang takwa selalu bersama Allah SWT karena mereka terus menyucikan diri untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan melenyapkan kemasygulan yang ada pada jiwa mereka. Mereka tidak pernah merasa kecewa jika kehilangan kesempatan, tetapi juga tidak merasa senang bila memperoleh kesempatan.
Demikian pula Allah selalu menyertai orang yang berbuat kebaikan, melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan selalu menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pernyataan Allah kepada mereka yang takwa dan berbuat ihsan (kebaikan) dalam ayat ini mempunyai pengertian yang sama dengan pernyataan Allah dalam firman-Nya kepada Nabi Musa dan Harun a.s.:
Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46).
Juga mempunyai pengertian yang sama dengan firman Allah kepada malaikat:
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." (al-Anfal/8: 12)
Kedua, yang penyabar (shabirin).
Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2) : 153).
Sobat. Perjuangan menegakkan kebenaran harus diiringi dengan kesabaran dan memperbanyak shalat, sehingga menjadi ringan segala kesukaran dan cobaan, karena Allah senantiasa beserta orang-orang yang sabar. Dia akan menolong, menguatkan dan memenangkan orang-orang yang berjuang menegakkan kebenaran agamanya.
Ketiga, yang berbuat baik (Muhsinin).
Allah SWT Berfirman :
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokan.” (QS. An-Nahl (16) : 34).
Sobat. Mereka ditimpa oleh bencana yang mengerikan karena kejahatan yang mereka lakukan. Tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat melepaskan diri dari bencana yang mengerikan itu karena semuanya berjalan menurut ketentuan dan sunnah Allah.
Mereka telah diberikan peringatan berulang kali bahwa pada suatu saat akan datang azab Allah. Akan tetapi, mereka bukan menerima dengan kesadaran, justru malah mendustakan dan memperolok-olok rasul yang membawa berita tentang kehancuran yang akan mereka alami akibat perbuatan itu.
Di akhirat, mereka pun akan merasakan sesuatu yang lebih mengerikan lagi yaitu pada saat mereka telah diputuskan untuk memasuki pintu-pintu Jahanam yang tidak dapat mereka hindari.
Allah swt berfirman:
Inilah hari keputusan yang dahulu kamu dustakan. (as-shaffat/37: 21).
Allah SWT berfirman :
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًاۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An-Nahl (16) : 123).
Sobat. Dalam ayat ini ditegaskan hubungan yang erat antara agama Nabi Ibrahim dan agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Firman Allah SWT:
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik." (al-An'am/6: 161).
Di antara syariat Nabi Ibrahim yang masih berlaku pada masa Nabi Muhammad SAW ialah pelaksanaan khitan. Beberapa ulama menetapkan hukum wajib khitan karena syariat khitan ini tidak dihapus oleh syariat Nabi Muhammad SAW.
Firman Allah SWT:
Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. (al-hajj/22: 78).
Berulang kali pula dalam Al-Qur'an, Allah SWT menegaskan bahwa Ibrahim itu bukanlah orang musyrik sebagaimana halnya orang musyrikin Quraisy yang mengakui diri mereka pengikut dan keturunan Nabi Ibrahim.
Sobat. Sekali lagi Allah selalu menyertai dan memberikan pertolongan kepada para kekasih-Nya di mana pun mereka berada dan dalam situasi apa pun.
Oleh: DR Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
0 Komentar